Bab 37. Pembalut

33K 1.5K 105
                                    

Ga kerasa udah hari Kamis aja dan itu artinya cerita ini udah waktu nya update...

Siapa hayo disini yang udah kangen sama kerandoman dua cogan beda sifat kitaa..

Ayo mana cung???

Selamat membaca, enjoy..
.
.
.
.

Gavan datang ke sekolah hari dengan memasang wajah garang.

Tidak ada senyum tengil yang terkadang terlukis diwajah pria itu.

Siapa yang berani mengungkit postingan nya di instagram, berarti orang itu sedang cari mati.

"Ga usah nyeremin gitu muka nya bisa? adek kelas sampe pada minggir gitu" tunjuk Delon pada segerombolan adek kelas yang lebih memilih melewati jalan lain dari pada melewati Gavan yang tampak seperti begal di depan kelas.

"Iya Van, udahlah. Lagian siapa juga yang mau ngejek elo perkara postingan?" Gavan saja yang parno sendiri.

Lagian komenan Damian juga sudah pria itu hapus.

"Dari pada lo sibuk melototin orang yang lewat, mending lo siapin strategi buat luluhin Alena deh."

"Gue tadi pagi kayak nya liat dia dimintain nomer sama adek kelas."

Pagi ini Bimo memang berangkat sedikit lebih pagi karena harus mengantar sang ibu ke toko kue.

Bisa dibilang, masih bisa dihitung dengan jari orang-orang yang sudah datang ke sekolah pada jam tersebut.

"Ga usah khawatir, Alena ga mungkin sih ngasih nomer nya ke sembarang orang apa lagi adek kelas."

"Lagian semalem dia bales chat gue kayak gini" Gavan menunjukan ruang chat pribadi nya dengan Alena kemarin malam.

Si anjir, ternyata foto motor pinjeman kemarin juga dikirimin langsung buat Alena?

Keren sih keren nih motor, tapi kayaknya besok pagi gue harus pake motor butut kakek aja biar ga dipinjam Gavan buat foto.

Bukan apa-apa, Gavan ini sekarang sedang terlihat seperti ingin mendapat pujian dari Alena.

Mulai dari pamer gaya keren naik motor pinjeman, sampai seolah menunjukan betapa lelah nya Gavan menjalani bimbel hari kemarin.

"Tapi kayaknya ga sih Van, tadi pagi soalnya tuh adek kelas bilang makasih ya Kak Alena cantik. Nanti gue chat, gitu sambil senyum ga jelas."

Sebenarnya yang Bimo lihat, Alena hanya membalas nya dengan senyuman ramah khas anak osis kepada adik kelas.

Tapi Bimo ingin bagaimana reaksi Gavan dengan hal ini.

"Nah terus ini juga chat lo dibales Alena,  sini peluk?"

"Lo ga lupa kan Van kalau dia lo selingkuhin aja ga nangis. Kalau gue curiga sih jangan-jangan Alena cuma mau baperin lo aja."

Mendengar perkataan dua teman nya itu sejenak Gavan termenung.

Memang ada benar nya juga setelah ia pikir-pikir.

Apalagi dulu Alena cuek dan tiba-tiba saja menganggap seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Dan juga Alena kerap kali berhasil membuat Gavan salah tingkah.

Apa Alena ingin balas dendam dengan memanfaatkan dirinya yang gagal move on padahal Gavan juga yang membuat keadaan menjadi seperti sekarang?

Tapi masa iya, Alena bisa menolak pesona seorang Gavan?

"Ck, apa gue kurang keren ya?"

"Gak bisa gue biarin nih."

Gavalen (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang