Bab 42. Teringat

25.5K 1.7K 156
                                    

Gimana? seneng ga dapet updatean dadakan hari minggu?

Kali ini author balik lagi bersama Gavan yang bibbb (sensor).

Yang penasaran kenapa disensor?

Langsung aja yuk, selamat membaca..

.
.
.
.

Hari ini Gavan menghilang tanpa memberikan kabar kepada Delon ataupun Bimo.

Padahal hari Jum'at ini mereka ada acara manggung disebuah cafe dekat taman kota.

"Diangkat ga?" tanya Delon pada Bimo yang terlihat sibuk menghubungi nomor telfon milik Gavan namun tidak kunjung tersabung.

"Chat gue cuma di read doang anjing!"

"Semisal kalau lagi ada keperluan seenggak nya ngabarin, terus kita harus gimana kalau kayak gini?" kedua nya benar-benar kalang kabut.

"Kita pasti kena masalah habis ini gara-gara tuh bocah."

"Arghh kemana sih tuh orang?!"

Waktu sudah semakin mepet, tapi Gavan hari ini benar-benar menghilang.

Sedangkan di tempat lain, Gavan sedang terduduk melamun di atas tempat tidur nya.

Hari ini dirinya memutuskan pulang lebih cepat tanpa mengabari kedua sahabat nya.

Persetan dengan acara manggung kali ini, yang jelas sekarang Gavan butuh waktu sendiri.

Terkadang pria itu melamun, terkadang juga tertawa, dan tiba-tiba saja menangis.

Seperti hal nya sekarang, Gavan sedang terkikik geli menatap foto Alena yang ada di sebuah pigura kecil.

Disana terdapat foto dimana Gavan dan Alena sedang berlibur bersama dengan Daren dan Sisil.

Mereka berfoto bersama layak nya keluarga bahagia padahal Gavan disana hanyalah orang asing tanpa ada aliran darah Daren yang mengalir di tubuh nya.

"Ahahaha cantik banget" jari tangan Gavan mengusap bagian foto Alena yang menggemaskan.

Gadis itu tampak lucu dengan topi pantai kebesaran yang menghalangi wajah cantik gadis itu.

Disana, Gavan juga sedang terlihat mencubit kedua pipi Alena gemas.

Melihat foto pada masa itu membuat ingatan Gavan kembali terlempar pada waktu Alena masih kecil.

Gadis itu sangat aktif bahkan melakukan hal-hal yang sering anak laki-laki lakukan.

Kadang Gavan sampai kuwalahan menghadapi tingkah laku Alena yang sangat menguji kesabaran.

Namun ada kala nya Alena berubah menjadi gadis yang sangat manja pada Gavan.

Bahkan pernah suatu ketika Alena tidak mau melepaskan Gavan dari pelukan gadis itu karena petir dan hujan deras masih turun.

Alena yang dulu sangat bergantung pada Gavan, apapun keadaan nya.

"Dari dulu, dari kecil lo udah sama gue by."

"Lo selalu butuh gue, lo ga bisa hidup tanpa ada nya gue di samping lo."

"Hidup lo dulu selalu ada digenggaman gue."

"Ahahaha" Gavan kembali tertawa, dan tawa pria itu kali ini lebih keras.

"Dulu lo bilang kalau besok kita bakalan hidup bareng-bareng terus sampe tua. Gue ga bisa bayangin kalau itu beneran sampe jadi kenyataan" Gavan terkikik geli.

Ada Gavan, Alena, dan beberapa anak kecil imut yang sangat mirip kedua nya pasti membuat rumah mereka nanti terasa begitu ramai.

Sedang senang-senang nya berhayal dengan membuat Gavan melayang, suara ponsel pria itu kembali berbunyi untuk yang kesekian kali nya.

Gavalen (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang