Apa tempat favorit kalian?
Untukku, tempat favoritku adalah perpustakaan. Tunggu! Jangan salah paham, aku bukan seorang kutu buku atau gila nilai. Hanya saja aku menyukai ketenangan. Siapa yang tidak menyukai ketenangan, bukan?
Karena itu, saat ini aku berada di perpustakaan sekolah. Tidak terlalu luas memang, tapi cukup nyaman untuk tidur dan... yah, membolos pelajaran. Begitulah diriku, aku tidak suka memaksa otak dan tubuhku melakukan hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan. Tak heran, aku sering keluar-masuk ruang BK.
Oke, kembali ke topik. Jam di dinding menunjukkan pukul 12.00, artinya tiga jam lagi waktunya pulang. Sekalian saja tidur di perpustakaan hingga waktu pulang, pikirku.
Aku sudah bersiap menyambut mimpi, duduk di kursi dengan tangan menjadi tumpuan kepala di atas meja. Hingga suara mirip bisikan menggangguku. Awalnya, aku mengabaikannya, berpikir mungkin itu suara siswa lain yang juga ingin bolos di perpustakaan. Tapi semakin lama, semakin keras, dan jelas memanggil namaku.
“Aylira… Aylira…”
Suara itu terus berulang sampai aku membuka mata. Pandanganku menyapu setiap sudut perpustakaan. Sepi, tidak ada siapa-siapa, semuanya masih seperti saat aku menutup mata. Bukannya khawatir akan kemunculan makhluk halus, aku justru penasaran. Siapa yang membuat suara itu? Dari mana asalnya? Aku yakin seratus persen tidak sedang salah dengar.
“Aylira… Aylira… Kemarilah… Akhiri semuanya… Aylira… Aylira… Akhiri…”
Seperti terhipnotis, aku beranjak dari kursi, mengikuti suara yang menggangguku. Dengan langkah yang senyap, jantungku berdetak semakin kencang. Rasanya, ada sesuatu yang menantiku di sana—sesuatu yang tak pernah kubayangkan. Hingga akhirnya, aku tiba di depan rak buku, dan suara itu tiba-tiba hilang, seolah tidak pernah ada.
Jemariku terangkat, menyusuri deretan buku-buku yang berbaris rapi, sampai berhenti pada sebuah buku yang menarik perhatianku. Buku itu terlihat tua, dengan sampul cokelat dan gambar pohon besar yang memenuhi sampul, dengan daun-daun berwarna emas.
Karena rasa penasaran, aku membuka sampul buku itu. Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Cahaya terang menyilaukan seolah memancar dari balik halaman-halamannya. Begitu buku itu terbuka sepenuhnya, cahaya semakin terang, memenuhi seluruh ruangan. Saking terangnya, aku terpaksa menutup mata.
Hening sejenak. Ketika cahayanya mulai redup, aku membuka mata kembali. Terkejut! Bingung! Baru beberapa menit lalu aku berada di perpustakaan sekolahku yang sempit, penuh rak-rak buku berdempetan. Kini, entah bagaimana, aku berada di ruangan yang berkali-kali lipat lebih luas dan megah, dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi hingga seakan tak berujung.
"Tenang, Ra. Jangan panik. Ini cuma mimpi. Jangan panik."
Tapi, tidak ada gunanya. Aku tahu ini bukan mimpi. Aku sudah memastikan dengan berbagai cara.
"PERMISIII!! ADA ORANG??!!"
Tidak ada jawaban. Tidak ada pilihan lain selain mencari tahu sendiri.
2 jam. 5 jam. Atau mungkin setengah hari? Entahlah, berapa lama aku melangkah. Namun, seolah-olah ruangan ini tak berujung, hanya ada rak-rak buku sejauh mata memandang.
Aku menyerah. Ini melelahkan. Jika aku harus terjebak di ruangan sunyi dengan buku-buku ini, aku bisa benar-benar gila. Aku duduk bersandar di dinding, menyembunyikan wajah di antara lutut.
Memeluk erat buku yang menjadi sumber masalah, aku mulai terisak. Andai saja aku tidak begitu penasaran dan membuka buku sialan itu. Sekarang, meski aku membolak-balik halamannya ribuan kali, tak akan terjadi apa-apa.
Tiba-tiba, aku mendengar langkah kaki mendekat. Seseorang berjalan ke arahku.
"Bagaimana kau bisa berada di ruanganku?"
Miracle4714, 06/12/23

KAMU SEDANG MEMBACA
AYRUS {The Legend Of Last Stone}
FantastikLyra, seorang gadis berseragam putih abu-abu, tanpa sengaja menemukan sebuah buku aneh yang membawanya ke tempat asing, negeri penuh misteri yang jauh dari peradaban modern. Negeri ini berpusat pada sebuah kepercayaan akan Pohon Kehidupan, pohon leg...