3 & 4

26 1 0
                                    

Untuk Ayla,

Kebisingan di kelas tujuh saat itu kembali teringat begitu aku mulai menulis untuk bagian ini.

Aku duduk di pojok belakang, sendiri. Tidak, aku bukan dikucilkan. Hanya saja aku mendapatkan sisa tempat terakhir. Aku tidak begitu mempermasalahkannya, namun yang ingin kubicarakan adalah bagaimana kita bertemu untuk pertama kalinya.

Kamu dengan seragam SD-mu dan begitupun aku.

Kalimat pertama yang kukatakan adalah, "Wajahmu begitu familiar."

Raut bingung tergambar di wajahmu, aku juga tidak mengingat apakah kita pernah bertemu sebelumnya?

Saat itu ... aku belum menyukaimu. Bahkan aku tidak terbesit menyukai seseorang saat menginjak SMP.

Kelas kita dekat dengan kantin bukan? Aku jadi merindukan jajanan di sana.

Perpustakaan berkeramik cokelat dan tidak begitu luas. Salah satu tempat ternyaman, apa tempat ternyamanmu saat itu?

Model rambutku saat itu sangat buruk, apa kamu juga berpikir yang sama?

Aku terkejut saat wali kelas kita mengatakan bahwa aku akan dipindah ke kelas lain, aku merasa tidak adil saat itu.

Tanggal pastinya, belum ada yang tahu karena kelasnya saja belum jadi.

Kamu juga menarik perhatianku saat kamu memainkan tepukan tangan dengan gelas (cup) seperti adegan dari film Pitch Perfect.

Aku memintamu untuk bernyanyi sambil memainkannya dan lagu yang kamu nyanyikan adalah "Ibu kita Kartini." Aku masih ingat.

Aku memintamu untuk mengajariku, apa kamu masih mengingatnya?

Sampai akhirnya aku bisa dan aku memanggilmu guru, sangat konyol jika diingat kembali.

Dan saat itu absen kita hanya bersebelahan, namamu disebut setelah namaku diucapkan oleh siapapun yang sedang mengabsen.

Absen Tiga dan Empat.

Begitulah kira-kira momen pertama kita saling mengingat nama satu sama lain dan bagaimana aku mengenalmu.

-Ariem A

Für Ayla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang