Ayla's (part 1)

10 3 0
                                    

[Now Playing : The Joker And The Queen - Ed Sheeran] 

***

"Maybe it wasn't a coincidence. Maybe it was fate." (Serendipity)

Hari pertama mendaftar sekolah disambut dengan hujan yang sangat deras. Awan-awan itu bergantian mengeluarkan kilat putih disusul suara gemuruh. Perempuan yang sedang berteduh di teras warung itu menghela napasnya. Dia meratapi seragam SD-nya yang setengah basah, menyesali tidak mendengar ucapan ibunya yang menyuruh untuk membawa payung. Tapi dia bersyukur karena berkas buat pendaftaran aman dari serangan air hujan, tersimpan aman dalam map merah muda. 

Setengah jam dia menunggu hujan reda, namun awan-awan sepertinya masih menikmati tangis mereka. Ibunya juga belum menyusul, perempuan berambut ikal itu benar-benar mengutuk hari ini. Perempuan itu menunduk lesu sambil memandangi genangan air di depannya. 

"Hei." 

Dia mengadah kepalanya saat menyadari pantulan genangan tertutup oleh sesuatu di depannya, sebuah payung dengan seorang laki-laki memakai kemeja biru tengah melihatnya. "Mau bareng, nggak? Daftar ulang juga 'kan?"

Laki-laki beralis tebal itu sedikit mengarahkan ujung payung padanya, menawarkan tumpangan. Gadis itu terdiam sejenak, kewaspadaannya meningkat begitu melihat laki-laki. Dia menggeleng pelan, "Nggak apa-apa, duluan aja. Terima kasih tawarannya."

"Kamu yakin? hujannya awet, loh." 

Keras kepala, batinnya. Baru saja dia mau menolak tawaran kedua, tiba-tiba terasa getaran dari saku rok-nya. Buru-buru dia mengangkat teleponnya begitu melihat nama "Ibu" tertulis di layar ponselnya. 

"Ayla, ibu agak terlambat datang ke sana, di jalan macet banget. Kamu masuk duluan aja, nanti ruangannya keburu penuh, loh." 

Lagi-lagi dia kembali menghela napasnya. Laki-laki di depannya masih setia menunggu, menatapnya. Perempuan itu tidak memiliki pilihan lain, jika dia tetap menunggu ibunya, waktu pendaftaran akan segera ditutup. 

Kini posisi Ayla berpindah di bawah payung, kedua bahu mereka saling bersentuhan. Setelah memastikan dirinya siap, laki-laki itu mulai melangkah diikuti Ayla yang mendekap tas yang berisi berkasnya erat-erat, takut basah. 

Tibalah mereka di depan lobi sekolah, laki-laki itu menutup payungnya  dan menepuk-nepuk lengan bajunya yang sedikit basah. "Terima ... kasih," cicit Ayla, mengalihkan pandangannya karena dia tidak pernah berani menatap mata orang lain ketika berbicara. 

"Sama-sama, kalau gitu aku duluan ya!" Tanpa memandangnya, laki-laki itu bergegas pergi menuju lorong lain sambil membawa payungnya. 

Ayla memandangi punggung yang kian menjauh, dia tidak akan sadar kalau dia tidak memperhatikan dengan cermat. Bahu kiri laki-laki tadi sangat basah, sebelumnya saat Ayla ditawari tumpangan, kemeja laki-laki itu kering. 

Dan Ayla berada di sisi kanan saat mereka dalam satu payung....

Dihari itu, Ayla tanpa sadar menanam wajah laki-laki itu dalam pikirannya. 

***

"You know the feeling when you see a face and you're not exactly sure why, but ... you know?" (Jerry Maguire, 1996)

Hari pertama sekolah disambut matahari yang panas, Ayla bersama siswa-siswa baru lainnya sedang menunggu pengumuman pembagian kelas untuk siswa kelas tujuh. Begitu namanya disebut, Ayla masuk ke kelas 7.E. Belum begitu banyak teman sekelasnya yang berada dikelas, perempuan itu meyakini namanya dipanggil diawal. 

Für Ayla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang