Untuk Ayla,
Bagaimana kabarmu? Sudah dua tahun kita tidak bertemu sejak kelulusan SMP itu. Di saat aku mulai memberanikan diri lagi, sekarang aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Status media sosialmu kini menjadi satu-satunya aku melihatmu. Aku terkejut saat melihatmu mengikuti eskul menari, aku kira kamu orang yang cukup pemalu untuk seseorang yang mengikuti eskul menari. Ternyata aku belum begitu mengenalmu, ya.
Sekolah perlahan-lahan mulai kembali seperti semula, sekolah kejuruan di sini tidak begitu buruk sepertinya. Bagaimana SMA-mu? Apa kamu nyaman di sana? Andai aku bisa mendengar setiap ceritamu tentang itu tanpa melepas tatapanku pada matamu yang membuatku bisa berlama-lama melihatnya.
Apa hanya aku yang merasakannya?
Sekarang kita seperti orang yang asing, aku tahu betapa tingginya perasaan ingin memerintahkan jari-jari ini dan mulai mengetik pesan di instagrammu. Aku tahu kamu bakal membalasnya, namun aku ragu dan masih sedikit dihantui bayangan tahun itu.
Tapi apa kamu tahu? Akhir-akhir ini aku mulai mendengarkan musik. Perasaanmu bisa menciptakan dan menemukan nuansa baru yang membawamu ke suatu tempat asing di dalam pikiranmu hanya dari mendengarnya. Suasana hatimu bisa berubah-ubah, terbawa melodi yang melambungkan dan menenggelamkan perasaan. Bahkan salah tingkah dan terluka oleh sajak yang diciptakan penyair dengan lantunan yang indah.
Apa kamu juga menyukai musik, Ayla?
Jika iya, aku penasaran seperti apa selera musikmu? Genre apa yang kamu sukai? Hidup penuh dengan misteri, huh?
Ayla, aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya kurasakan terhadapmu. Perasaan abu-abu yang terlihat buram.
Aku akan cari tahu itu nanti, mungkin waktu akan menjawabnya.
Kita masih remaja, aku rasa perasaan bingung, sesuatu yang tidak menetap, dan berubah-ubah setiap waktu adalah fase yang akan kita lalui.
Aku harap kita bertemu lagi. Aku ingin menjawab apa ini perasaan yang kutakutkan atau rindu yang tidak disadari?
Akhir-akhir ini sepertinya langit sedang bersedih, apa dia sedang sakit?
Suasana muram di sini terasa lebih menyedihkan jika langit ikut sedih. Pemandangan lorong yang setiap hari kulihat lebih terang sekarang, penuh dengan banyak orang yang mondar-mandir. Terkadang aku membayangkan jika kamu ada di sini, pasti suasananya tidak begitu membosankan. Apalagi kalau kamu melihat wajah ayahku, selalu muram setiap dia keluar dari ruangan itu. Astaga, aku lupa menulis kalau temanku di sini tidak begitu banyak. Mereka juga tidak satupun yang tahu, kalau aku sering mengunjungi tempat ini.
Andai kita masih sedekat saat SMP dulu, pasti kamu sudah kuajak kemari untuk menemaniku melewati momen membosankan ini.
Tapi serius, cuaca sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku harap kamu selalu menjaga kesehatanmu dan terus bahagia.
-Ariem
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Ayla [END]
Cerita PendekKegelisahan atas kerinduan yang mengganggu, dikeluarkannya kertas dan pena untuk menuangkan paragraf berisi momen-momen bersama dan bagaimana perasaan hangat itu tumbuh. Sang penulis berharap dengan menulisnya, kerinduannya dapat menghilang perlahan...