Untuk Ayla,
Jum'at, hari pembagian rapor saat itu. Setelah seminggu ujian yang melelahkan kepala, akhirnya nilai-nilai itu keluar juga. Biasanya, orang tua akan datang ke sekolah dan wali kelas akan mengumumkan peringkat anak-anak mereka. Sejujurnya aku tidak begitu peduli berapa peringkatku, berapapun yang kudapat tidak mempengaruhi apa-apa dalam hidupku. Orang tuaku juga tidak begitu menuntutku harus berada di atas, hal yang terpenting adalah bahwa aku sudah berusaha sebaik mungkin.
Selesai pengumuman di kelasku, aku mengunjungi kelasmu.
Aku senang begitu mendengar bahwa kamu berada di peringkat kedua, salah satu hal yang membuatku mengagumimu adalah ketekunanmu dalam belajar. Salah satu hal yang lebih menarikku dari pada penampilanmu.
Para orang tua berkumpul di kelas, mendengarkan wali kelas kalian menyampaikan sepatah kata. Jadi para murid menunggu di luar, aku melihat anak-anak 8.E sedang berkumpul sambil menunggu pengumuman sepuluh besar.
Dan aku melihatmu.
Teman-teman mulai menggoda setiap kita berada di jarak yang dekat, tidak berani saling bertukar pandang menahan pipi yang kian merona.
masa-masa SMP, bocah-bocah yang salah tingkah.
Setelah perbincangan yang tidak begitu panjang, tiba-tiba saja salah satu seorang perempuan mengusulkan untuk kita berdua mengambil foto bersama.
wah, wah, wah!
Aku hanya bisa tersenyum canggung, kamu menolak karena malu jika kita foto berdua saja, jadi seorang teman kita menawarkan untuk berfoto bertiga.
Tapi tahu tidak? Begitu hitungan ketiga, dia langsung keluar dari posisi dan menyisakan kita berdua.
Tombol kamera telah ditekan, ponsel sudah merekam, lalu menyimpannya ke dalam ruang jejak bernama galeri.
Malamnya, aku mengirim pesan teks kepada pemilik foto, meminta foto yang dia telah diabadikan dari ponselnya.
"Cie" adalah pesan yang dia kirim sebelum mengirim foto yang kunantikan sejak pagi itu.
Astaga, sekarang aku harap masih memiliki foto itu.
Aku penasaran bagaimana perasaanmu setelah momen itu?
-Ariem
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Ayla [END]
Short StoryKegelisahan atas kerinduan yang mengganggu, dikeluarkannya kertas dan pena untuk menuangkan paragraf berisi momen-momen bersama dan bagaimana perasaan hangat itu tumbuh. Sang penulis berharap dengan menulisnya, kerinduannya dapat menghilang perlahan...