Untuk Ayla,
Aku tahu harinya akan tiba, saat SMP kita sedang merayakan ulang tahunnya. Di hari rabu, teman-teman kita mengajak untuk datang dan bertemu di sana. Tebak siapa yang sangat antusias saat itu? Tentu saja. Sepulang dari sekolah, aku langsung mengganti pakaianku dan bergegas menuju SMP dan tidak sabar untuk bertemu denganmu setelah sekian lama.
Menepuk dadaku pelan, lalu mengelusnya sambil berbisik, "Jangan hari ini kawan." Setelah itu aku masuk ke gerbang yang sudah lama tidak aku lihat sejak tiga tahun yang lalu. Aku berjalan, melihat anak-anak yang bukan lain adalah murid SMP itu terlihat tengah menikmati pertunjukkan di tengah lapangan. Aku mengitari lorong, pelan tapi pasti kaki ini tidak bisa berhenti melangkah dengan semangat dan bibirku tidak bisa untuk berhenti tersenyum.
Sampai akhirnya sosok perempuan berseragam batik cokelat senada dengan hijabnya tengah duduk di bangku dekat kantin bersama temannya yang menggunakan seragam berbeda.
"Ayla," panggilku dalam hati.
Tarik, lalu hembuskan kembali. Aku berjalan mendekat dan menyapamu dengan lainnya. Tidak ada perubahan sama sekali, wajahmu masih sama seperti dulu. Bahkan senyummu setiap mendengar gurauanku dulu tidak berubah.
kita banyak sekali membicarakan kehidupan masing-masing setelah menengah pertama, aku menyimak dalam saat giliranmu tiba untuk cerita. Hari ini aku memandang puas kedua mata indah itu kembali setelah sekian lama. Di bawah terik rabu itu, aku merasa bersyukur hari ini tiba juga setelah sekian lama.
Momen hangat itu terjadi begitu singkat. Saat kamu memberitahu bahwa kamu harus segera pergi karena urusan, aku sangat menyayangkannya. Jadi kita mengenang momen berharga itu dengan potret yang diabadikan di ponsel kita masing-masing.
Begitulah yang kuingat, kejadian dua tahun yang tidak bisa kulupakan untuk selamanya.
Keesokan harinya, sesuatu yang kurang menyenangkan terjadi.
Hal yang terakhir kuingat dalam samar adalah langit-langit sebuah mobil berwarna putih dengan beberapa lampu yang langsung menyorot mataku. Astaga Ayla, apa kamu baru saja memicunya?
-Ariem
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Ayla [END]
Short StoryKegelisahan atas kerinduan yang mengganggu, dikeluarkannya kertas dan pena untuk menuangkan paragraf berisi momen-momen bersama dan bagaimana perasaan hangat itu tumbuh. Sang penulis berharap dengan menulisnya, kerinduannya dapat menghilang perlahan...