Ini bukan cerita romance atau puisi.
Aku menulis apa yang ada di dalam pikiran ini katakan.
Menulisnya adalah satu-satunya cara untuk mengabadikannya.
Surat-surat kecil berisi kenangan masa lalu yang ditulis kembali dengan perasaan mengagumi dalam enam tahun terakhir dan masih berlanjut.
Entah mau dibawa kemana lagi perasaan ini.
Pasang-surut telah semua dirasakan tapi selalu berakhir di tempat yang sama.
Mencoba berpindah, namun dinding yang dibangun tinggi hancur dalam sekejap hanya karena sebuah pertemuan.
Saat itu tersadar, bahwa memang perasaan ini tidak mau pergi.
Dan aku menyukainya.
Ide untuk menulis surat-surat ini berasal dari musik indah yang berisi lirik penuh kata-kata yang mendorong diriku untuk melakukan ini, mengabadikan perasaan yang terkurung dalam sangkar pikiran.
Aku masih teringat jelas, di bulan Mei saat pertama kali mendengarnya.
Rindu yang tak pernah terkirim, kotak hati yang tak pernah dibuka, helaian benang merah yang melilit kelingking kita kian memanjang.
Aku harap kamu membacanya dan mengingat kenangan yang dirajut di dalam tulisan ini.
Untuk perempuan berambut ikal, Aylana Aurynnisa.
Dari laki-laki beralis tebal, Ariem Azhikram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Ayla [END]
Historia CortaKegelisahan atas kerinduan yang mengganggu, dikeluarkannya kertas dan pena untuk menuangkan paragraf berisi momen-momen bersama dan bagaimana perasaan hangat itu tumbuh. Sang penulis berharap dengan menulisnya, kerinduannya dapat menghilang perlahan...