Woman of holy wisdom

32 8 0
                                    

Pagi itu, Te Heya bergegas menuju Dewa Zeus, karena ada hal penting yang akan di titahkanya pada Te Heya sebelum memulai berlatih ke tahap terminasi. Setelah satu jam perjalanan mengudara dengan spirit bangaunya, kini dia telah mendarat dengan sempurna di hadapan Zeus.

"Salam hormat dari ku, Te Heya untuk Ether Domain."

"Bangun."

"Aku mendapatkan titah untuk segera ke tempat mu sang Dewa Zeus." Te Heya melakukan penghormatan dengan memberikan salam pada Zeus—membungkuk kaki kanan—melipat menutupi kaki kiri. Dengan satu tangan kanannya melambung ke udara, sedang tangan kirinya di lipat ke belakang—mendarat di bagian pinggang. Kini dia mengambil posisi duduk bersila di hadapan Zeus.

"Aku memilih mu untuk sebuah mandato dari para Dewa yang lainya."

"Apa? Terimakasih..."

Wanita itu tersenyum ringan dengan wajah berseri-seri. Mata sayunya kini sedikit melebar akibat terkena kilauan cahaya dari Zeus. Dia menunduk. Apa-apaan silau sekali!

"Sebagai pemimpin di Melian, atas jasa mu selama ini, aku akan memberikan kau gelar 'holy' padamu. Dengan segala kebijaksaan mu. Kini aku mengesahkan mu sebagai woman of holy wisdom. "

"Ucapan salam terimakasih dariku untuk Zeus. Aku akan berusaha menjaga mandat ini dengan baik kedepannya."

"Aku, Zeus! Akan memberimu hadiah pedang kabut es ini. Jaga dia dengan baik, dan berlatih lah dengan baik sampai kamu memasuki tahap eternal terminasi."

"Baik."

Te Heya kaget tak menyangka bahwa dirinya akan di anugerahi mandato suci ini dari para dewa juga Zeus dengan hadiah pedangnya. Wanita itu menunduk, termenung. Sekonyong-konyong teringat dengan Lobelia, sehingga dengan berhati-hati mengajukan permohonan pada Zeus. "Apakah aku boleh mengajukan permohonan padamu?"

"Katakan!"

"Aku memohon agar engkau memberikan hadiah pada murid berbakat ku—Lobelia. Sedari kecil hingga kini dia telah membantu ku menjaga gunung Melian. Dia wanita yang cantik, muda, berbakat, juga rajin. Dia telah mencapai tingkat eternal birth. Dia juga lihai menggunakan senjata. Aku tak enak hati jika harus memakan give ini sendirian."

"Aku mengerti. Jika itu permohonan mu, tapi ketahuilah aku tak dapat memberikan persenjataan padanya seperti yang ku lakukan padamu. Aku hanya bisa memberikan gelar baginya holy woman adroit."

"Baik. Ijinkan aku yang memberinya hadiah persenjataan padanya, Zeus. Ini adalah bentuk apresiasi dari ku untuknya karena, telah membantu menjaga Gunung Melian selama ini."

"Sesuai keinginanmu, maka lakukan lah!"

"Baik, Zeus."

"Kembali lah bersama Amor untuk membawa titah dariku."

"Baik."

Dia pun bangkit dari posisi sebelumnya, bergegas kembali bersama Amor dengan membawa titah dari Dewa Zeus untuk muridnya, Lobelia.

Te Heya, kembali dengan berbunga-bunga sembari memikirkan senjata apa yang akan di hadiahkanya.

***

Di paviliun Phoenixlike.

Semuanya tetap berlatih dengan baik di bawah bimbingan Lobelia. Wanita itu sedikit kecewa akan menghilangnya Sang Master dengan tanpa berpamitan yang meninggalkan ruangan kosong di kamarnya.
Setelah pelatihan selesai, wanita berbalas cantik itu memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang baca. Ruang baca : tempat para murid membuka buku-buku sejarah dan sebagainya. Buku-buku di sana dapat mengudara seolah terdapat sihir yang menjalankan tugasnya.

Spirit Book—sebutan yang cocok bagi mereka yang mencari petunjuk buku.
Ruang baca itu adalah, tempat favorit yang sering digunakan oleh Te Heya, dan Lobelia.

"Sudah 2 hari berlalu, kemana perginya Kakak." Dia bergumam dengan menggulung buku pilihan, di lembar selanjutnya hanya dengan angin dari kibasan tangannya.

Lobelia menutup bukunya tepat di halaman terakhir dan duduk sembari memandangi jendela ruang baca. Pikiran yang dipenuhi oleh rasa keingintahuan besar masih menghujaninya setiap hari, mencoba mencari tahu bagaimana kondisi di luar akademi Deathless salah satunya adalah, akademi Ephemeral.

Wanita yang termenung itu mencari tahu segala sejarah gunung Melian di buku ruang baca dengan keras, akan tetapi tak ada satupun dari pertanyaannya yang menjawab kegelisahan itu.  Dia bertanya tanya apa itu Melian—mengapa di bagi menjadi 2 bagian yang terpisah.

Saat dia masih dalam kondisi yang sama, terlihat Te Heya kembali dengan utusan Zeus. Matanya yang melihat kedatangan Sang Master pun segera keluar dari ruang baca tersebut, melalui jendela lantai 10. Fia terbang dan ikut berkumpul dengan yang lain untuk menyambut masternya.

"Selamat datang kembali master Phoenixlike." Sambutan salam dari para murid di akademi deathless tepat di paviliun Phoenixlike.

"Ini adalah Tuan Amor. Berikan salam padanya, dia utusan dari Dewa Zeus yang membawa heaven's mandate."

"Selamat datang di akademi Deathless—paviliun Phoenixlike, menyambut datangnya heaven's mandate dari Zeus. Semoga anugerah menyertai semua." Mereka memberi salam dengan membungkuk—melipat kaki kanannya kedepan—menutup kaki kiri. Membuka tangan kanan di udara—melipat tangan kiri di pinggang.

"Semoga kesejahteraan dan kebahagiaan di limpahkan pada kalian semua. Bangunlah...tidak perlu berlama-lama membungkuk," balasan dari Amor.

"Amor datang kemari untuk titah Zeus, membawakan heaven's mandate untuk murid berbakat kita—Lobelia."
Umum Te Heya, diikuti senyuman bangga kepada muridnya tersebut.
Serentak para murid yang awalnya menundukkan pandangan kini secara bersamaan melemparkan tetapan tidak suka kepada Lobelia.

"A-aa-aku,  Master?" Lobelia terkejut, ia terbata saat namanya terpanggil untuk sebuah heven's mandate dari Zeus.

"Kemarilah, Nak," pinta Amor. Lobelia mendekat.

"Tuan Amor, silahkan bacakan heaven's mandate." Ujar Te Heya mempersilahkan, membukakan jalan.

Lobelia melangkah 1 kaki maju ke depan, bersampingan dengan Te Heya. Amor segera membacakan isi dari heaven's mandate.

Pelafalan dan pengucapan yang baik dengan intonasi yang tepat. Heaven's mandate : Lobelia di beri gelar sebagai holy woman adroit. Amor memberikan perintah pada Te Heya agar berdiri sejajar lebih dekat dengan Lobelia. Endless Heaven's mandate : Dengan ini, Te Heya di beri gelar Woman of holy wisdom. Keduanya, diharapkan mampu untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan lelaki di luar vacant dan holy.

"Apakah kalian sanggup menjalankanya?" tanyanya menutup heaven' mandate juga Endless heaven's mandate.

"Kami sanggup menjalani perintah tersebut di kemudian hari dan akan bertanggung jawab atasnya." Jawaban dari keduanya dengan salam membungkuk seperti biasanya akan tetapi kedua tanganya kini berada tepat di bawah kening dengan posisi tertumpuk.

Hari bahagia itu pun selesai dan berlalu. Semua kini menjalani aktivitas masing-masing di paviliun Phoenixlike—akademi Deathless. Meskipun hari telah berlalu begitu saja akan tetapi, keresahan Lobelia tak jua berlalu. Wanita itu tetap saja mencari tahu, mengapa Melian Mountain di bagi menjadi dua mansion yaitu, akademi Deathless dan akademi Ephemeral. Bahkan dia telah melupakan heaven's mandate yang beberapa waktu lalu di ikrarkan bersama-sama di hadapan Amor dan para murid paviliun Phoenixlike.

Apa yang membuatnya benar-benar terobsesi pada pandanganya itu? Lobelia mengalami pergejolakan batin, mungkinkah ketidak adilan status terjadi di tempat suci ini? Tanya batinya yang hanya sekadar spekulasi belaka tanpa bukti konkrit.



|END| Posterior Cases Of Love And Sacrifice|Academia√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang