Asrama Amaranthine tengah di sibukan dengan uji botanical. Kini merekalah yang akan meracik sabun untuk mandi sesuai dengan prosedur yang telah di tentukan.
"Probabilidad!"
Nampak seorang pria yang tengah menyuarakan hasil ujinya.
"Duar!"
Asap hitam keluar dari telinga dan mulut dengan wajah yang menghitam dan rambut seperti kesetrum.
"Hahahahahah...."
"Jangan membuat heboh. Kembali," ujar Celeste.
Setelah Phylos dan Sera sering bertemu, sahabatnya yang tak lain adalah Ellgar mengetahui hal itu berniat untuk menyatukan keduanya dengan hubungan yang lebih dekat dan membuat lebih dari sekedar teman.
Lobelia, hari ini kembali menuju ephemeral dan tanpa sengaja bertemu dengan lelaki pandai besi itu di tempat cuci jemur. Suara hiruk pikuk seperti biasanya membuat wanita itu merasa nyaman.
"Nona..."
"Kamu... Pandai besi hari itu ya?''
"Iya, ada perlu apa kemari, ini hanya tempat cuci jemur?"
"Oh, itu... Aku kebetulan ingin berkunjung dan sekalian mengambil beberapa pakaian yang kemasan beberapa hari yang lalu. Sengaja aku tak menyuruh para pekerja dan akan lebih memilih mengambilnya sendiri sebagai kecuali seragam."
"Oh, begitu ya."
"Ya."
Selang beberapa menit Lobelia keluar membawa pakaiannya dan kembali menuju elgar setelah itu mereka berjalan berkeliling akademi ephemeral.
"Silahkan coba roti isi ini," ungkap Ellgar padanya memperkenalkan makanan yang aka di dapur akademi ephemeral.
"Enak, sangat enak."
"Heheheh iya... Oh ya, tombak yang kamu minta sudah hampir selesai dan sekarang sedang dikerjakan oleh kawan-kawanku di tempat pembuatan senjata. Nanti jika sudah selesai akan kami kirim sekalian dengan pedang kebajikan milik Master Te Heya."
"Ya."
Phylos dan Sera, yang sedang berjalan tanpa sengaja bertemu dengan keduanya.
"Hmmm..."
Mereka saling menatap satu dengan yang lain."Kamu disini rupanya?"
Ujar Phylos, menunjuk Ellgar."Oh hahaha. Kamu juga!"
"Hoho. Kenalkan ini nona Sera."
"Dia Lobelia."
Selanjutnya mereka saling berkenalan dan bahkan tanpa dua sahabat itu sadari doa wanitanya malah asik mengobrol sendiri.
Di kesempatan itu mereka berempat bertemu dengan Bibi Wani yang sedang tergesa-gesa dan mengatakan jika, Sera sedang disuruh untuk ke akademi deathless karena, ada Nona dari Paviliun Amaranthine yang bernama Afreda tengah mengeluhkan pekerjaannya.
Wanita itu pun bergegas pergi setelah mendengarkan perintah yang disampaikan oleh kepala pengasuh itu. Lobelia yang mendengarnya pun sekonyong-konyong mengekor di belakang Sera, diikuti oleh kedua lelaki tersebut tanpa diketahui.
"Brak!"
Suara wadag pakaian yang terjatuh dengan keras di ubin bebatuan Asrama Amaranthine."Apa begitu pekerjaan kalian. Mengapa bisa pakaianku tak sesuai dengan yang aku kirimkan kemarin!"
Kejadian ini cukup membuatnya merasa Dejavu dengan kejadian sebelumnya di paviliun Imperial.
"Lobelia."
"Grece?"
"Kenapa kamu di sini?"
"Aku tengah memperhatikan Afreda yang tiba-tiba marah..."
"Apa gadis lembut itu?"
"Iya, lihat. Kelembutanya seketika berubah menjadi monster api biru."
"Gawat rambutnya menyala."
"Duk duk duk..."
Suara tunggang langgang dari kaki Lobelia juga Grece, yang melaju cepat untuk segera menolong pelayan tersebut.Wuuush....
"Beetej. Bo'otiktech!"
"Berani... Berani-beraninya kamu Lobelia."
Keduanya pun kini saling melemparkan mantra sihir satu dengan yang lain. Hingga sebuah ledakan itu terdengar sampai pada Paviliun Imperial. Para Master mendatangi mereka diikuti oleh ketua asrama dari pas masing-masing pavilion.
"Ada apa ini? Kenapa ketua asrama pilihan di paviliun phoenixlike, Lobelia berantem di paviliun Amaranthine?"
Ujar ketua asrama Irin dari Amaranthine."Aku melihat dia berlaku kekerasan dengan pelayan kecil ini."
"Afreda. Hentikan, kekanakan ini!"
Dari kejauhan nampak Master Galendra yang seorang pria berjalan cepat menuju keduanya."Master ....?"
Dia menghentikan mantra-mantra itu dan tak lagi melawan Lobelia."Maafkan kami, penanggung jawab sementara. Kamu boleh pergi," ujar Galendra dengan melirik ketus pada Lobelia.
Wanita itu sempat berjalan sembari memikirkan apa yang dilihatnya baru saja, akan tetapi dia mencoba untuk mengabaikan sang master tersebut. Pria itu malam nampak masih muda berusia 23 tahun, dan satu-satunya master termuda di akademi Deathless.
"Sera, kembalilah dan berhati-hatilah saat bekerja."
"Baik nona Lobelia."
Dia tertunduk ketakutan atas kejadian yang membuatnya trauma untuk kedua kalinya di akademi Deathless."Kejam-kejam sekali mereka."
Ujar Ellgar saat telah sampai di pintu akademi Ephemeral yang terdengar di telinga Gandhi sang penjaga pintu Ephemeral dengan gada besarnya."Kalian!''
Suara besar dan serak itu menghentikan langkah ketiganya."Tuan penjaga, ada apa?"
"Jangan sembarang melangkahkan kaki di akademi Deathless."
Dengan mata dan raut wajah yang menakutkan karena sebelah mata kirinya yang katarak, cie mengucapkan kalimat yang cukup mengintimidasi pada ketiganya."Baik."
Balasan patuh itu kemudian meninggalkan sejuta pertanyaan kepada sang penjaga pintu. Ketiga teman itu pun kini duduk membantu untuk menenangkan wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
|END| Posterior Cases Of Love And Sacrifice|Academia√
Fiksi RemajaDjaduk Writing Projects © Karya mentah! No, edit! 🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒 Kesimpulan dalam sebuah cerita yang mengenalkan tentang kisah cinta bersemi di sebuah gunung suci terakhir hadiah dari para dewa untuk di jadikan sebagai akademi. Orang...