Sudah empat hari Alvia mendiamkan Gilang, mengacuhkan laki-laki itu setelah pernyataan Gilang padanya. Entah dengan maksud apa Alvia melakukan itu, tetapi ia juga tidak merasa puas setelah melakukan itu pada Gilang. Laki-laki itu dengan gencar terus mendekatinya, seakan tidak memberikan Alvia celah untuk bernapas.
Selama empat hari itu pula Alvia, Mela, dan Gilang sibuk mengerjakan tugas kelompok Ekonomi. Mereka bertiga dengan bergantian mengerjakan tugas tersebut lalu saling mengoreksi hasil tersebut. Hari berikutnya, satu persatu kelompok maju untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok mereka.
Bu Nur menyimak dengan baik dan menorehkan tinta pada kertas, memberikan nilai di tiap kelompok. Bergantian satu persatu hingga tiba di kelompok Alvia. Alvia yang pertama kali berbicara membuka presentasi kelompok mereka lalu dilanjut dengan Mela dan Gilang.
Sesi presentasi tersebut berjalan lancar oleh mereka bertiga. Alvia dan Mela bernapas lega setelah selesai. Gilang yang di belakang ikut tersenyum ketika melihat Alvia tersenyum senang pada Mela.
Kelegaan mereka tak berhenti di situ, tugas mereka makin bertambah seiring berjalannya waktu. Baik tugas untuk individu maupun kelompok. Entah tugas presentasi atau tugas berupa makalah atau laporan. Ditambah dengan jadwal mereka yang mendekati ujian untuk kelulusan mereka.
Dalam kurun waktu itu pula Gilang terus mendekati Alvia walaupun terkadang Alvia dengan perlahan menolak untuk didekati. Namun, ada suatu perkembangan yang membuat Gilang girang saat itu. Saat ia mendekati Alvia, gadis itu tak menunjukkan reaksi akan memberontak untuk menolaknya atau menjauh secara perlahan.
Selain Gilang yang mendekati Alvia yang bisa dibilang secara non stop, dia juga turut mengirim Alvia pesan juga tak lupa laki-laki itu seperti mengingatkan Alvia untuk menjawab pertanyaannya. Tak lupa pula, respon Alvia yang sangat singkat dan terkesan tak peduli.
Namun, kembali lagi, Gilang tak mempermasalahkan hal itu yang penting respon Alvia saat ini yang sudah tidak membuat jarak dengannya serta tak memberontak untuk menolak didekati pun itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Gilang.
Seisi SMA Harapan Cerah pun sudah mengetahui jika duo Tom and Jerry yang dulunya selalu ada saja untuk dipermasalahkan kini berubah menjadi calon duo couple romantis seisi sekolah. Seluruhnya telah tahu jika Gilang telah menaruh hati pada gadis yang selalu membuat gaduh kegiatannya setiap hari.
Alvia masih membuat gaduh kegiatannya setiap hari bagi Gilang ... iya gaduh di dalam hati juga perasaannya. Apalagi ketika para teman-temannya melihat 'kebucinannya' pada Alvia mereka akan mengolok-olok Gilang dengan puas.
Semacam hari ini saat Gilang baru saja datang bersama Alvia, Fatah langsung bersorak ketika menangkap keduanya memasuki kelas secara berbarengan.
"Woo! Yang bucin tingkat angkut nggak bisa diganggu gugat, guys!" ehek Fatah yang membuat seluruh kelas tergelak.
"Fat! Mending lo diem, deh. Mulut lo pengen gue tabok rasanya," ujar Alvia yang mulai gemas dengan mulut Fatah yang seperti lambe turah.
"Hoho! Yang sudah official nggak terima, nih," kelakar Fatah yang terus memancing Alvia.
Alvia memutar bola mata tidak meladeni Fatah lebih lanjut, ia duduk di bangkunya dan mengobrol dengan Liana dan Mela yang sudah datang.
Derrel dan Gilang terbahak setelah melihat respon Alvia yang mengacuhkan Fatah begitu saja. Fatah mengerutkan hidung tak suka.
"Vi! Kok udahan, sih! Dibales, dong biar lebih seru!" protes Fatah yang tentu tidak dibalas oleh Alvia.
Derrel dan Gilang semakin terpingkal di bangku melihat Fatah yang kalah telak dengan Alvia. Biasanya laki-laki itu memang sering menggoda teman-temannya, tetapi sangat jarang jika godaan tersebut tak direspon seperti Alvia tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Tapi Mesra
Teen Fiction[CERITA INI DIIKUTKAN DALAM EVENT GREAT AUTHOR FORUM SSP X NEBULA PUBLISHER] "Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Soal perasaan nggak ada yang tau ke depannya akan gimana. Awas nanti bisa berubah jadi cinta lho!" Mungkin kalimat itu sudah serin...