Dakishimecha Ikenai

1.4K 42 1
                                    

Kita tidak boleh sampai berpelukan.

Yessica Tamara as Prima Radeva
Shani Indira as Mahika Kaila

Sambil berjalan mendorong sepeda

Pada jalan di tepian sungai

Bagai menikmati mentari terbenam

Kita berjalan perlahan

Dua orang gadis terlihat berjalan di pinggir sungai, dengan salah satu gadis yang mendorong sepedanya. Seragam putih abu yang mereka gunakan masih lengkap, dapat dipastikan mereka baru pulang dari sekolah.

"Kak Mahi ayo naik sepeda aja, biar kakak gak pegel." Gadis yang lebih muda- Prima berkata.

"Sunset-nya lagi cantik banget, Prima. Lebih enak jalan kaki nikmatinnya." Mahika menjawab.

"Tetep lebih cantik kak Mahi tuh." Prima menyahuti sambil tetap menatap depan mendorong sepeda. Mahika hanya terkekeh menanggapi jawaban adik kelasnya itu.

Selanjutnya, langkah kaki mereka terlihat pelan, menikmati suasana sore yang teduh saat mentari akan terbenam.

Pada saat jembatan terlihat

Jalan kita pun berbeda arah

Jika tak bicara tentang hal apa pun

Pasti penyesalan 'kan tersisa

Langkah kaki Mahika tiba-tiba terhenti saat jembatan terlihat.

"Duduk sini dulu yuk." Mahika menarik tangan Prima untuk duduk di kursi taman yang ada di pinggir jalan kecil itu. Prima memarkirkan sepedanya dan ikut duduk disebelah Mahika.

"Besok pengumuman kelulusan aku, Prim. Kamu udah tau aku bakal kuliah di luar kota, kan?"

Prima tahu.

Prima tahu, tapi prima masih menyangkal hal itu. Tapi, jika tidak berbicara apapun ia takut akan menyesal.

Ku suka matamu

Saat bicara impian

Tunjukkanlah

Senyummu yang indah itu

"Kak Mahi beneran harus kuliah di luar kota ya? Jurusan yang kak Mahi mau emang gak ada disini?" Prima akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang dari dulu ditahannya.

"Cita-citaku dari kecil mau jadi reporter, Prim. Aku suka ngelihat gimana mereka bekerja. Kampus yang punya akreditasi bagus buat jurusan itu gak disini, mangkanya aku harus keluar kota." Mahika menjawab dengan kilauan mata dan senyum, seolah-olah menjelaskan bahwa ia memang sangat mengagumi hal itu.

Kilauan mata dan senyum manis dengan lesung pipi milik Mahika itu selalu Prima sukai. Selalu terlihat sangat indah.

"Kamu udah mau kelas 12, udah tau mau lanjut kemana?" Tanya Mahika sambil menoleh menatap adik kelasnya itu.

"Aku tertarik buat ambil seni musik kak. Tadinya belum tahu mau di kampus mana, tapi sekarang kayaknya aku tahu deh." Jawab Prima.

"Mau kemana?"

"Nyusulin kak Mahi, biar bisa pulang bareng lagi."

Kenangan itu merupakan teman

Yang setiap saat akan selalu bersinar

Bahkan kenangan yang menyedihkan s'kalipun

Jadi cerita penuh tawa

"Kak, kita udah kenal 2 tahun ya?"

"Iya, udah 2 tahun aku kenal sama adik kelas yang ngehancurin prakarya aku di hari pertama dia masuk sekolah." Jawab Mahika sambil menatap Prima. Prima tertawa.

"Yaampun, masih aja diungkit. Kan aku udah tanggung jawab buat bantuin, kak. Kalo gak gitu kamu gak bakal kenal adik kelas paling keren kayak aku." Jawaban yang sangat percaya diri. Mahika hanya menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu. Mahika kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Prima.

"Kenangan kita selama 2 tahun ini banyak juga, ya? Gak sadar apa yang dulu kita lewatin sekarang jadi kenangan yang gak bisa diulang." Perkataan Mahika membuat Prima terdiam. Ingatannya menerawang jauh, mengingat kembali hal-hal yang pernah mereka lakukan.

Pulang bersama, bermain di pasar malam, belajar bersama (Mahika belajar dan Prima tertidur), kehujanan, maupun hal-hal sedih yang mereka lewati bersama. Kenangan itu akan selalu bersinar dalam ingatan mereka.

"Kak Mahi jangan lupain aku ya."

"Gak akan, Prima."

Kita tak boleh sampai berpelukan

Nanti tak bisa ucapkan selamat tinggal

Kupaksakan diri 'tuk mulai bercanda

Dan menjadi t'rasa sangat sedih

Langit makin gelap, menandakan senja akan berakhir dan berganti malam. Posisi mereka masih sama seperti tadi, seakan tidak ingin beranjak. Terlalu nyaman.

"Habis pengumuman kelulusan besok, aku bakal langsung berangkat, Prim. Berkas disana udah harus diurus." Ternyata secepat ini. Prima sungguh belum pernah siap.

"Cepet banget, nanti kamu kangen aku loh kak. Disana gak ada tuh adik kelas yang keren kayak aku."

"Anak kecil percaya dirinya tinggi banget ya."

Prima tertawa. Padahal candaan itu hanya caranya untuk menutup kesedihan yang ia rasakan.

Kita tak boleh sampai berpelukan

Aku tak ingin membuat kamu menangis

Aku pura-pura mengikat tali s'patu

Dan menahan rasa sayang ini

Mahika menegakkan kepalanya dan menarik Prima untuk beranjak saat ia rasa langit sudah sangat gelap.

"Ayo pulang. Nanti makin malem."

Mereka kemudian kembali berjalan perlahan. Melewati jembatan dan sampai di persimpangan, tempat mereka akan berpisah.

"Prima, makasih ya udah mau jadi temen dan adik aku dua tahun ini. Makasih buat semua kenangannya." Mahika berkata dengan nada yang sedikit bergetar, menahan tangis.

Prima menahan dirinya untuk tidak memeluk Mahika, ia tahu apabila ia lakukan itu, Mahika akan makin menangis. Prima memilih untuk mengusap surai hitam milik gadis di depannya.

"Sama-sama, kak. Aku juga seneng bisa kenal kak Mahi yang sabar banget. Do'ain aku ya biar bisa nyusul kakak." Prima menjawab dengan senyuman khasnya. Gummy smile yang sangat manis. Mahika mengangguk. Ia kemudian melangkahkan kaki ke arah rumahnya.

"Goodbye, Prima." Mahika berjalan sambil melambaikan tangan yang dibalas oleh Prima.

Saat Mahika telah tidak melihat ke arahnya, Prima menundukkan badannya untuk mengikat tali sepatu. Tapi, Prima hanya berpura-pura.

Ia menunduk untuk menahan tangis.

Sekaligus menahan rasa sayang miliknya kepada Mahika yang tidak ia ucapkan.

END

Cerita ini juga udah pernah di post di X, tunggu cerita yang baru setelah ini ya~

Oneshoot Yessica Tamara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang