#09: Berteman

5.8K 492 12
                                        

SETELAH bermohon-mohon pada Anna kemarin –setelah kembali dari Universal Studio, akhirnya kini mereka kembali ke Jakarta bersama-sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SETELAH bermohon-mohon pada Anna kemarin –setelah kembali dari Universal Studio, akhirnya kini mereka kembali ke Jakarta bersama-sama. Sebenarnya hanya Anna yang jadwal pulangnya hari ini, sedangkan Samudra ia masih ada 2 hari lagi disini. Namun demi gadis incarannya, apapun bisa ia lakukan dengan senang hati, kan?

"Apa isi tas lo?" Samudra menatap tas ransel yang cukup besar dibanding tas biasanya, tetapi cukup kecil dibandingkan koper. Anna mengerutkan keningnya kemudian menatap tasnya yang kini ia sampirkan ke depan.

"Hanya beberapa cemilan, ponsel, ipod, dan beberapa novel." Jawaban Anna membuat Samudra ikut mengerutkan keningnya. Perjalanan Singapur-Jakarta tidak sejauh Jakarta-London kan? Kenapa persiapannya harus sematang dan sebanyak itu?

"Lo bilang, gue aneh, whatever. Ini namanya sedia payung sebelum hujan, gue bakal mati kebosenan kalau cuma ngeliatin awan. Lagian lo ngapain ngambil jam terbang sore gini sih?" Ketus Anna membuat Samudra tertawa kecil kemudian tangannya merangkul Anna dan mencari tempat duduknya.

"Duluan. Biar bisa lihat matahari terbenam." Anna berdecak sebal mendengar jawaban Samudra dan segera mengambil posisi duduk di samping jendela yang nantinya memperlihatkan awan dan langit biru.

Saat speaker mulai berbicara dan mengatakan bahwa penerbangan akan di laksanakan sebentar lagi, Anna dengan cepat membuka tasnya, mengeluarkan ipod dan earphone.

"Heh!" Gerakan Anna terhenti saat Samudra menahan tangannya yang hendak memasangkan earphone di kepalanya. Mengkerutkan keningnya, seakan-akan protes dengan kelakuan Samudra.

"Lo enggak terbang sendirian, lo bisa ajak gue ngobrol." Anna berdecak kemudian menatap Samudra sangar, membuat Samudra menciut sebentar namun kembali sadar dengan cepat.

"Gue gak minat ngobrol sama orang asing," ketus Anna kemudian ia langsung menghentakan tangan Samudra dan kembali memasang earphonenya pada tempurung kepalanya.

Samudra menarik nafas panjang, mengelus sebentar dadanya yang terasa sesak. Oke, mungkin mereka berkenalan baru jalan seminggu, tapi apa kejadian-kejadian yang mereka alami tak bisa Anna tangkap sebagai wujud Samudra ingin berteman? Apa Anna tidak bisa menangkap kata perkata ketertarikan Samudra pada Anna?

Setelah menetralkan nafasnya, Samudra kembali menarik nafas panjang. "Kalau gitu kita kenalan." Samudra menyodorkan tangan kanannya tepat di depan wajah Anna, membuat Anna menoleh sebentar kemudian mengerutkan keningnya. Mungkin ia tidak mendengar ucapan Samudra. Dengan alis menyatu, Anna menurunkan earphonenya.

"Kita kenalan, gue Samudra," ujar Samudra diiringin senyum tulusnya. Mungkin Anna bukan model perempuan yang baru bertemu kemudian jatuh cinta pada Samudra, dan menerima Samudra begitu saja. Perempuan ini banyak proses, dan Samudra menyukainya.

"Gue udah tahu, lo juga udah tahu nama gue kan?" Samudra kembali tersenyum, namun kali ini diiringi sedikit kekehan.

"Kalau begitu, kita berteman." Samudra kembali menaik-naikan alisnya, berusaha menggoda Anna agar mau menyalami tangannya. Anna berdecak kemudian menggeleng heran dan segera memakai kembali earphonenya. Samudra menelan perlahan ludahnya, ia merasa sakit hati. Perempuan. Ini. Mengabaikannya.

Samudra menyerah. Ia menyandarkan tubuhnya, kemudian tangannya membuka ransel hitamnya, mengeluarkan buku berukuran 20x15cm dengan tebal 2 cm. Samudra memandang sebentar cover buku tersebut. Novel berjudul 24 Hours karya Lovana Monalisa. Saat sedang asik memandangi Novel karya calon istri sahabatnya itu, Samudra mulai hendak membuka novel tersebut, akan memulai membacanya jika saja sebuah tangan tidak menghalanginya.

"24 Hours? Lo punya novel ini?" Anna merampas Novel tersebut dari Samudra, kemudian menurunkan earphone nya menjadi sebatas leher. Awalnya Samudra memandang Anna dengan heran, namun senyum indah mengembang saat menatap mata Anna berbinar saat menatap novel tersebut.

Anna tidak berhenti memandangnya. Hampir 1 bulan ini, ia mencari novel ini dengan keras namun ia tidak berhasil menemukannya. Dan kini, buku itu berada dalam genggamannya. "Lo mau baca?" Suara Samudra mengangetkannya. Tak berniat mengalihkan pandangannya Anna mengangguk cepat.

"Baca aja, kalau mau boleh lo simpen." Ucapan Samudra kini berhasil membuat Anna menoleh, menatap Samudra dengan heran. Jadi laki-laki disebelahnya ini adalah penggemar novel roman seperti ini?

"Gue belum baca. Gue dikasih sama Lovana, katanya kalau iseng disuruh baca, gitu," lanjut Samudra yang sepertinya paham dengan kemana arah pemikiran Anna. Anna terdiam beberapa saat. Dikasih sama Lovana. Lho, dia kenal Lovana Monalisa?

"Lo kenal?"

"Ya Tuhan, cantik-cantik lo pikun ya. Lovana yang mesen gaun pengantin sama lo, Non. Yang pesanannya gue ambil kemarin." Anna menepuk keningnya kemudian cengengesan. Ia baru ingat, bahwa pelanggannya adalah Lovana, seorang novelis dengan 1 buku namun dapat best seller dalam kurun waktu 3 bulan.

Mendengar nama Lovana, membuat Anna terdiam beberapa saat. Samudra, yang ia fikir sebagai calon suami Lovana sedang berada bersamanya, mengklaim dirinya sebagai milik laki-laki itu meskipun di depan orang yang tidak ia kenali. Apa ia tidak memikirkan calon istrinya, atau jangan-jangan mereka merupakan pasangan korban perjodohan.

"Kalian menikah karena perjodohan ya?" Samudra yang sebelumnya sibuk memperhatikan Anna tidak terlalu mendengar ucapannya, namun senyum Samudra berubah menjadi masam, membuat Anna sangat yakin.

"Awalnya, tetapi sekarang udah saling mencintai, kayaknya."

"Kok kayaknya?" Anna protes dengan jawaban yang Samudra berikan. Sebenarnya ini laki-laki niat nikahin Lovana gak sih?

"Ngapain ngurusin masalah orang sih." Eh? Anna makin menatap Samudra dengan tatapan sebal. Urusan orang, jelas-jelas ini urusannya. Menikahi orang tetapi masih menggoda orang lain.

"Jadi mau pinjam bukunya gak?" Anna terdiam sebentar. Sebenarnya mau, tapi gengsi banget kalau bilang iya. Tetapi mau nyari di toko buku juga tidak akan menemukannya lagi.

"Kalau mau, gue ada satu syarat." Samudra menatap Anna yang kini menatapnya dengan tatapan ingin tahu, namun tetap memperlihatkan tampang galaknya. Bikin Samudra gemas. Sebenarnya Samudra tak terlalu yakin dengan idenya, namanya juga usaha kan ya?

"Izinin gue anter-jemput lo selama waktu yang lo pakai untuk pinjam buku itu. Dan gue berhak atas waktu kosong lo. Gimana?" Anna terdiam beberapa saat, kayaknya Anna akan menyanggupi syarat ini. Novel dengan tebal 5cm saja bisa ia habiskan dalam waktu 5 hari, ya paling novel ini hanya memakan waktu 2 hari. 2 hari bukan waktu yang lama kok, lagian Samudra pasti akan banyak pekerjaan mendekati akhir tahun ini.

"Okey!" Anna mengangguk mantap dan diiringin dengan senyuman manis Samudra. Samudra bersyukur dalam hati. Berapapun hari yang Anna habiskan untuk membaca novel tersebut, ia harus gunakan sebaik mungkin.

"Well, let's be friend?"

"Well, let's be friend?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rabu, 1 Agustus 2018.

Golden HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang