"Pak bos gue minta tolong dong. Serius deh, gue lagi ada urusan di Bogor, Lovana lagi ngurusin cathering. Lo tolong ke Butik ya." Samudra mendengus saat suara berat Denny memasuki telinganya. Denny ini pintar sekali kalau ingin meminta tolong, mentang-mentang Samudra tidak bisa menolak permohonan Denny dan Davin, mereka pasti seenaknya memerintah Samudra. Enggak deh, Denny dan Davin tahu diri kok, mereka tidak akan memanfaatkan kebaikan Samudra.
"Yaelah Den, masih banyak banget kertas yang harus gue baca." Bukan, Samudra bukan tipe laki-laki pemalas yang rela berbohong demi tidak jadi mendapat pahala. Memang benar, dihadapannya masih banyak kertas-kertas yang baru saja diantarkan oleh Farhan.
"Janji cuma ngambil doang, setelah itu anterin ke Lovana's ya. Nanti abis ngurus chatering, Lovana kesana." Samudra mendengus sebal mendengar permohonan sahabatnya.
"Itu namanya bukan cuma, Kesemek. Yaudah bentar lagi gue jalan deh. Kirimin aja alamatnya," pinta Samudra diiringi ucapan terima kasih bertubi-tubi dari Denny.
"Daisy Boutique. Kata Tante Anne langsung ambil aja, bayarnya nanti kalau Lova udah nyobain." Samudra hanya berdehem, setelah mendengar ucapan terima kasih dari Denny, Samudra segera memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.
Tangannya bergerak merapihkan sedikit berkas-berkas di ruang kerjanya dan segera berjalan keluar ruangannya. Di perjalanan ia bertemu Farhan menatapnya dengan heran.
"Mau kemana lo?" tanya Farhan sambil menghentikan langkahnya, membuat Samudra ikut menghentikan langkahnya dan menatap Farhan dengan tatapan memohon.
"30 menit aja An, gue ada perlu nih, nolongin si Denny. Gapapa ya, setelah itu gue lanjut baca berkas yang dari lo lagi," ujar Samudra dengan nada memohon, berharap Farhan mengiyakan, karena saat Farhan menyodorkan map yang berisi berkas, Farhan bergumam,
"Jangan pulang sebelum selesai baca!" Kan. Siapa yang gak ngeri coba, apalagi udah ngeluarin pelototannya yang super mengerikan itu.
"Yaelah Sam, emang bosnya gue. Pergi pergi aja terserah lo. Gak balik juga gapapa, biar gue yang jadi bosnya," jawab Farhan diiringi tawa renyah dari bibir tipisnya, membuat Samudra mendengus sebal.
"Salak lo, enak aja." Samudra langsung berjalan saja meninggalkan Farhan yang masih tertawa. Meninggalkan Farhan dengan salak yang keluar dari mulutnya. Ini Samudra, lebih doyan ngeluarin sumpah serapahnya menggunakan buah-buahan, biar beda gitu.
Samudra sudah berada di halaman parkir butik yang disebutkan oleh Denny. Boleh juga nih Lovana seleranya. Nanti gue kawin di butik ini aja deh. Batin Samudra kemudian berjalan mendekati pintu masuk butik tersebut.
Senyumnya melebar saat menatap ruangan cukup besar ini berdinding berwarna putih gading dengan beberapa manekin yang mengenakan gaun elegan. Ingin rasanya ia melihat gadis yang ia cintai berdiri di hadapannya dengan salah satu gaun indah ini. Gadis yang ia cintai? Yang mana?
"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" Seorang karyawati menghampiri Samudra, Samudra menoleh kemudian tersenyum. Hanya sebentar, setelah itu pandangannya kembali ia edarkan kesana kesini, dan berhenti pada seorang gadis yang sedang memunggunginya.
"Mau ambil gaun atas nama Lovana," jawab Samudra tanpa melepaskan pandangan dari gadis tersebut. Seperti kenal.
Kring! Samudra merogoh kantung celananya, berbalik badan dan menjawab telepon tersebut. Siapa lagi kalau bukan perempuan yang ia cintai. Mama.
"Hallo baby..." Samudra menelan ludahnya, kenapa Mamanya ini hobi sekali memanggil Samudra dengan sebutan baby, sejak dulu hingga sekarang. Mungkin dulu Samudra terima saat ia masih baby, tapi sekarang?
"Iya ma?" sahut Samudra saat mendengar panggilan manis dari seberang sana.
"Kamu lagi dimana, Mama ke kantor kamu kata Farhan gak ada." Samudra tersenyum saat mendengar bahwa Mamanya menghampiri kantor. Pasti membawa makan siang. Duh, jadi laper.
"Mama tunggu di ruangan aku aja, sekarang aku lagi di butik, setelah ke Lovana's Restaurant aku langsung ke kantor." Jawaban Samudra membuat Mamanya mematikan ponselnya, membuat Samudra tersenyum dan kembali membalikan badannya.
Matanya membulat diiringi senyum manisnya, saat menatap seorang gadis sedang menatapnya. Sepertinya perempuan itu sama terkejutnya dengan dia, buktinya mata hitam itu melotot hampir keluar. Lucu aja kalau dibayangin.
"Lho, hai sayang." Samudra makin mempermanis senyumannya, biasanya senyum jenis ini yang membuat cewek-cewek tunduk. Namun apa tanggapan Anna, ia malah mengkerutkan keningnya, bingung mungkin. Kurang jodoh apa coba, kayanya harus gue deketin nih. Bikin penasaran.
"Maaf, kamu mau ngambil pesanan Lovana kan? Sebentar," Gadis yang kini memasuki daftar incaran Samudra –Anna berbalik badan dan memanggil karyawatinya untuk segera membungkus gaun.
Tak lama, Anna sudah memegang paper bag berukuran besar dan menyodorkannya pada Samudra dengan senyum meremehkan. "Untuk pembayarannya, bisa langsung ke kasir," ujarnya tanpa menatap wajah Samudra yang tengah tersenyum jahil padanya.
"Lho, kok langsung di bayar? Kata tante Anne diambil aja kok." Samudra kembali berucap dengan nada santai. Matanya tidak lepas dari Anna, gadis ini sungguh manis dan sangat menarik perhatiannya. Denny hutang penjelasan bisa dapet designer cantik gini.
"Seharusnya kamu bawa calon pengantinnya kesini, supaya dia cobain dan langsung bisa complain apa kekurangannya." Samudra mengkerutkan keningnya mendengar bentakan Anna. Benar-benar keturunan nenek lampir ini cewek, doyan banget teriak-teriak. Namun senyumnya malah menggembang saat menyadari bahwa Anna ini tipe perempuan galak. Galak tetapi nangis karena cinta, ya ampun.
"Emangnya kamu fikir urusan Lovana cuma gaun doang, dia juga ngurusin gedung, chatering, undangan, dan lainnya. Emang dia robot," ujar Samudra dengan nada semenyebalkan mungkin, ia terkesan ingin membuat Anna makin marah. Mancing bahasa kerennya. Dan kini ia suka saat gadis itu meninggikan oktaf bicaranya.
"Saya tidak mengurus itu. Seharusnya calon suami bisa mengurus sebagian, jangan mengandalkan calon istri," jawab Anna dengan menekan pada bagian calon suami, membuat Samudra tertawa kemudian bergumam dalam hati. Jangankan ngurus begituan, ngambil gaun aja nyuruh gue. Denny doang emang, mau kawin nyusahin semua orang.
Samudra terdiam sejenak membuat Anna tersenyum penuh kemenangan. "Oke. Bawa sana gaunnya, saya tunggu lusa Lovana datang kesini untuk konfirmasi," ujar Anna kemudian di jawab dengan anggukan dan senyum tipis Samudra.
"Okelah. See you lusa, sayang." Anna memutar bola matanya kesal saat mendengar panggilan yang terletak pada akhir kalimat. Ya ampun, menghadapi klien 5 menit model seperti itu membuatnya lelah, jangan sampai ada klien kedua ketiga bahkan seterusnya yang seperti dia. Huh.
Dalam hati, Anna tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak mencibir. Udah punya calon istri cantik aja masih sayang-sayang ke cewek lain. Niat kawin kagak sih, playboy amat. Pantesan jomblo, pasti hobinya cuma nebar panggilan sayang doang. Lah? Iyalah jomblo, orang dia mau kawin.
Jum'at, 27 Juli 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Hour
Chick-LitPutus cinta memang menyakitkan. Apalagi dengan alasan sepele yang sebenarnya masih bisa diatasi. Tapi Anna merasa cukup, ia tak lagi merasa cocok dengan Daffa. Bukan berarti Anna cocok dengan cowok lain, tetapi tidak ada salahnya, kan, menerina lak...