Naira Azzura [27]; SEBUAH PERAHU KERTAS

3 0 0
                                    

Dia orang yang selalu ada di sisiku, menjagaku dengan sepenuh tenaga. Dia yang selalu membuatku tertawa. Dia juga yang selalu membuatku merasa nyaman dan hanya kepada dia aku mencurahkan segala kegelisahan di hatiku.

Dia Sabian Carel Bramasta.
Seorang cowok yang memiliki lesung pipi, membuatnya terlihat manis saat tersenyum. Sabian adalah teman kecilku saat berusia 9 tahun. Saat itu aku mengenalnya karna keluargaku yang pindah dari kota Bekasi ke Jakarta dan menempati rumah yang bersampingan dengan rumah sabian.

Sejak saat itu aku menjadi temannya, saat itu juga kita sangat suka sekali bermain di salah sungai yang tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah kami. Sungai bersih dengan aliran air yang lancar dan tak lupa berisikan bebatuan kecil membuat kami senang saat bermain di sana.

Bermain krikil, dan berendam di segarnya air sungai di iringi dengan nyaringnya sebuah tawaan yang kami ciptakan, membuat kita sulit melupakan momen saat itu.

Namun kenangan yang sangat aku ingat adalah saat itu kita hanya bermain di pingiran sungai dengan beberapa kertas berwarna warni yang bertebaran di sekeliling kita.

"Abi aku bikin topi, abi" seruku dan menunjukan hasil lipatan kertas tersebut pada sabian.

"Wih keren, kalo aku bikin perahu, kamu mau? Aku ada dua" sahut sabian dan menunjukan perahu yang terbuat dari kertas tersebut padaku. Saat itu aku hanya menganggukan kepala dan sabian langsung memberikan perahu tersebut.

"Karna kita punya perahu ini gimana kalo kita berlomba, perahu siapa yang lebih cepat dia jadi pemenangnya dan yang kalah wajib membelikan permen" ujar sabian.

"Ayook siapa takut" seruku dan aku langsung turun kedalam sungai yang cukup deras tersebut dan di ikuti oleh sabian.

Kami langsung memulai permainan perahu tersebut kedua perahu tersebut terus melaju mengikuti arus air sesekali kita mengejar perahu kertas tersebut sambil saling bersorak senang. Namun saat itu aku tergelincir membuat kepalaku terbentur batu yang cukup besar dan membuat luka robek di kepalaku. Melihat itu sabian langsung menarikku keluar dari sungai dan langsung menggendongku saat itu aku langsung kehilangan kesadaranku. Sejak saat itu pula aku pindah dan tidak pernah bertemu kembali dengannya.

Namun sekarang aku di pertemukan kembali dengannya setelah belasan tahun tidak berjumpa. Berdua memulai kembali kisah kita pernah berhenti sesaat. Canda, tawa, senang, dan sedih semua menyelimuti dan menggambarkan kisah kita.

Seperti hari ini Aku telah rapih dengan sesetel kemeja hitam yang di padukan celana bahan berwarna cream. Hari ini aku dan sabian berjanjian untuk mengunjungi pasar malam yang berada dekat kota. Tapi sudah lebih dari 20 menit aku menunggu namun belum ada tanda tanda kedatangan sabian.

Aku menunggu di depan teras rumah dengan sesekali mengelus tangan yang terasa dingin karena udara malam. Sudah beberapa kali pula aku mengiriminya pesan namun tak kunjung juga ada jawaban. Baahkan hujan kini mulai berjatuhan.

35 menit berlalu aku sudah bosan menunggu aku bangkit dari duduk dan kembali memasuki rumah namun sebuah notifikasi WhatsApp menghentikan langkahku.

XII-C BIMSAK
________________________________

Nellaa
Gila ada kecelakaan deket rumah gue

Pirza
Ujan ujan gini?

Cece
Kecelakaan gimana?ada yang tewas ga?

Nella
Gue ga tau kronologinya gimana abang gue liat pas jalan pulang tadi.

You
Dimana?

Nella
Di depan jalan bakti 14 depan trakindo

Geo
Serius lo?

Geo
Apa faedahnya kalo gue boong, kocak

Sera
Terus korbannya gimana?

_______________________________________

Aku tanpa sadar meremas ponsel yang berada di tanganku. Jantungku berpacu sangat cepat. Aku berharap itu bukan sabian.

Ting!

Sebuah pesan masuk tapi itu bukan dari grup kelas melainkan Hera bundanya sabian. Sebaris kalimatnya seakan membuat seluruh tubuhku kehilangan kekuatan bahkan pandanganku kabur beberapa saat.

Aku segera berlari keluar rumah tanpa membawa apa apa selain ponsel dsn kunci mobil. Berkendara seperti orang yang kesetanan, bahkan aku tidak peduli dengan pengendara lain yang membunyikan klakson karena melaju ugal ugalan di tengah hujan yang sangat deras itu.

Aku tiba dirumah sakit dimana Sabian sedang di rawat. Aku bisa langsung melihat bunda Hera yang menangis pilu di temani suami ayah Sean. Aku berjalan menemui mereka dengan langkah tergontai dan langsung memeluk mereka

"Bunda abi?" Kataku dengan air mata yang telah jatuh

"Abi insyaallah gapapa zee" sahut bunda Hera dengan suara lirih. "Udah ah nangisnya, abi sebenernya bawa hadiah buat kamu. Kamu ulang tahun hari ini ya sayang? Maaf hadiah dari abi hancur semua" ucapnya sembari memberi sebuah buket bunga yang sudah sedikit hancur dan kotor serta sebuah kotak lusuh berwarna biru.

"Ada suratnya zee coba kamu baca deh" kini ayah Sean yang berbicara lantas aku langsung mengambil sebuah kertas berwarna coklat yang tersimpan di dalam buket bunga tersebut.

To: Zee Arqeinesha

Ga terasa ya udah 18 tahun aja, selamat ulang tahun ya zee. Jangan lupa bersyukur dan jangan pernah lupain gue tentunya, haha. Sorry kalo kesannya hadiah gue kurang menarik tapi dengan lu menerimanya aja gue udah seneng banget kok. Zee jaga kesehatan ya jangan keseringan makan pedes apa lagi seblak. Jangan suka begadang kalo ga ada bang dadang ya zee. Hehehe

Oh ya gimana bukunya? Suka ga?gue sengaja beli buku itu karna gue ga sengaja liat wishlist lu hehe. Zee jaga terus bahagia ya, oh ya jangan lupa senyum juga ya.

~SELAMAT ULANG TAHUN ZEE CANTIK~

Dari Sabian yang ganteng-

Sesak di dada Zee semakin menjadi jadi. Rasanya oksigen di paru parunya menghilang begitu saja. Suara tangisan mengelegar di koridor rumah sakit. Zee tidak bisa menahan tangisnya bagaimana sabian bisa mengingat ulang tahunnya sedangkan dirinya sendir saja lupa akan hal itu.

"Zee selamat ulang tahun sayang" kini bunda Hera memeluk zee. Keduanya menangis di dalam pelukan.

"Bun, abi bakal sembuhkan?" Tanya zee yang masih dalam pelukan.

Mendengar pertanyaan tersebut Hera merasakan sesak yang amat luar biasanya bahkan air matanya tidak kunjung berhenti. Bagaimana tidak ternyata anak semata wayangnya mengidap penyakit kanker jantung stadium 3. Memikirkannya saja ia tidak kuat.

"Abi pasti sembuh zee. Abi pasti sembuh"

ANTOLOGI CERPEN X PS3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang