Siti Fadhilatul Jannah [31]; Kukira Imamku

3 0 0
                                    

Awan telah berubah menjadi hitam, lampu lampu jalan tersorot pada suara teriakan yang sangat kencang, bunyi motor mengganggu jalan, terdapat dua geng motor yang sedang balapan.

"Sudah siap" suara pemandung balapan pada malam itu.

"Alah lu ngga akan menang, mending ngaku kalah ajah dari sekarang dari pada lu yang malu nantinya" ucap Rafael dengan mengejek.

"Banyak omong lu, lebih baik kita buktiin dah" ucap arkan dengan tegas.

Pada saat akan terjadi balapan datanglah seorang wanita bernama wilona ia merupakan kekasih dari arkan, dan setelah mereka berbincang balapanpun langsung dimulai.

"Sayang hati-hati yaaa, kamu pasti menang jangan mau kalah sama rafael okey" ucap wilona dengan menyindir rafael.

"Iyaa udah sana, aku mau balapan dulu ini" ucap arkan dengan kesal.

"Kita hitung mundur, Tiga Dua Satu" suara pemandu balapan pada malam itu dengan mengangkat bendera berwarna hijau.

Nyalip Menyalip pun terjadi, rafael yang kesal akan keberadaan arkan hampir membuat dirinya menjatuhkan arkan dari motor, namun arkan langsung menghindar karena ia sudah mengetahui kebusukan yang akan dilakukan oleh rafael, tanpa sadar suara sirene polisi terdengar dengan kencang, hal tersebut dimanfaatkan oleh rafael untuk menjebak arkan, rafael dengan tega menendang motor akan hingga terjatuh, dibawa lah arkan kekantor polisi.

"Apa kamu sadar, telah melakukan tindakan yang salah?" Ucap pak polisi
Arkan hanya terdiam, rasa bersalah tidak muncul dari wajahnya, terdengar langkah kaki yang mendekat kemereka.

"Arkan" ucap sang mama dengan peluka

"Pak polisi maaf apa saya sudah bisa membebaskan anak saya" ucap papa arkan dengan tenang.

"Silakan pak, surat jaminan sudah diterima" ucap pak polisi.

Terdengar suara geplakan dari dalam rumah, membuat seisi rumah terdiam mendengarkan omongan dari seseorang "Arkan papa sudah bilang, jika kamu balapan motor lagi papa akan pindahin kamu kepesantren" ucap papa arkan dengan tegas.

"Lah bisa gitu, papa ngga berhak mengatur arkan, ini hidup arkan bukan hidup papa" ucap arkan dengan nada tinggi sebari meninggalkan kedua orang tuanya.

"Aku sudah capek, omong dengan anakmu itu, suruh dia pindah kepesantre saja" ucap papa arkan dengan tegas kepada isterinya.

"Yaudah pa besok lagi saja kita obrolin ini sama arkan" ucap mama arkan dengan nada lembut.

Suara langkah kaki menjauh dari tempat terdengarnya bunyi, arkan yang sedang kesal didalam kamar dijumpai oleh ibunya.

"Nak kamu ngga boleh berkata seperti itu dengan papa" ucap mama arkan dengan halus.

"Yaa tapi papa ngga layak mengatur hidup arkan ma" ucap arkan dengan kesal.

"Nak besok kita pergi kepesantren yaaa, disukabumi tempat mama dulu dilahirkan" ucap mamanya dengan bujukan.

"Mahhh arkan ngga mau dipesantren, mama jangan maksa arkan dong" ucap arkan dengan jengkel.

"Arkan mama bukan maksa kamu, tapi mama mau ajak kamu ketemu sama nenek dan kakek, sekaligus mampir kerumah sahabat mama yang memiliki pesantren" ucap mama arkan dengan tegas.

"Yaudah arkan ikut mama ajah" ucap arkan dengan pasrah.

"Alhamdulillah sekarang kamu tidur yaaa, besok kita berangkat pagi" ucap mama arkan dengan mengelus kepala anaknya.

Terdengar suara yang sangat berisik dari sebuah ruangan, ternyata suara lelaki yang membuat seisi rumah terdiam, dan masuklah seorang wanita yang bukan lain adalah isterinyanya
"Pa kenapa si?... ko kamu masih marah ajah" ucap sang isteri dengan lembut.
"Sudah aku pusing dengan anakmu itu" ucap sang suami dengan kesal.

ANTOLOGI CERPEN X PS3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang