10

1K 97 10
                                    



Dua hari sebelum encore konser TDS2, Jaehyun berangkat seorang diri menuju tanah kelahiran sang kekasih. Sesuai kesepakatan, Jaehyun akan menemui keluarga Renjun, membahas apapun yang berkaitan dengan anak tunggal Huang tersebut.

Kepergiannya tidak terdeteksi media, dan semoga hingga ia pulang nanti keadaan masih sama. Karena ia nekat melanggar perintah manajer yang sebelumnya menolak keras ia yang akan bepergian sendiri. Tapi ia harus menyelesaikan ini sekarang, ia ingin saat keluarga Renjun ke Korea, mereka akan menyambut Renjun dengan pelukan hangat. Dibanding dirinya, keluarga Renjun tentu adalah hal teratas yang ia ingin kekasihnya diterima dengan bangga.

Matanya yang sehitam jelaga memandang sayu ke arah awan-awan yang terlintas. Jujur saja, ia tidak percaya diri dan sudah memikirkan berbagai hal buruk yang nanti akan menimpanya. Seketika ingatannya berputar kejadian saat ia dan Renjun masih belum diterima dulu.

Ada berminggu-minggu Renjun terus murung karena member Dream mendiamkannya, anxiety dan stress nya terus dikeluhkan hingga terapi dengan dokter semakin intensif. Ia ingat jelas Renjun yang terdiam tetapi matanya teraliri air mata.

"Hyung, kita hanya hendak menggapai kebahagiaan kita 'kan ya? Kenapa tidak ada yang memberi selamat saat kita mencapainya ya?"

Jaehyun diam, tangannya memilih menggenggam jemari kecil sang kekasih.

"Aku takut hyung.."

"Sebaiknya kita berpisah saja ya hyung?"

Jantung Jaehyun berdenyut ngilu, matanya menatap nanar kekasihnya yang kacau. Ingin menyangkal tapi hampir 2 bulan ini mereka sangat terasingkan. Tidak masalah untuk dirinya, tetapi bagi Renjun ia sangat terpukul. Teman-temannya yang ia sayangi menjauhinya, karena ia dikatakan berbeda dan tidak normal.

"Jujur aku tidak sanggup hyung, orang tuaku khawatir mendengar aku yang terus konsultasi dengan dokter. Kita sudah membuat member terganggu dan tidak nyaman..."

"Tapi hyung, aku jujur rasanya tidak ikhlas jika kita harus berpisah seperti ini. Tetapi kita adalah kendala hyung.."

Jaehyun menarik Renjun kepelukannya, ia mengusap pundak sempit itu dengan pelan. Batinnya terenyuh merasakan tulang yang menonjol keras dari pundak kekasihnya. Seburuk itu pengaruhnya.

"Akan hyung lakukan, hyung akan menjauhimu. Kita, kita akan berhenti sampai sini ya. Semoga dengan ini kita bisa membalikkan keadaan seperti semula. Yang hyung inginkan kamu bahagia dulu, jika bahagiamu bukan dengan hyung, tidak apa-apa."

Baju depan Jaehyun terasa basah, isakan lirih juga terdengar memenuhi rungunya.

Ia tidak terima ketika Renjun harus sesakit ini, sungguh.

Setelah perpisahan keduanya, hubungan mereka berdua dengan member mulai membaik. Tetapi member lain sangat merasakan tertekannya Renjun dan Jaehyun ketika harus pura-pura menjauh. Dan kejadian ini berjalan selama berbulan-bulan. Dan yang disayangkan kondisi Renjun bukannya membaik karena sudah berbaur lagi dengan member, tetapi malah semakin menurun, ia lebih sering mengkonsumsi obat tidur karena tidak dapat memejamkan mata di malam hari. Jaehyun tidak jauh berbeda, ia lebih sering menyalakan nikotin di waktu tertentu saat senggang.

Member dan Manajer melihat jika kedua nya sama-sama tersakiti, apalagi disuatu malam Jaehyun pulang ke dorm dengan wajah merah dan mata yang basah. Bekas tamparan tangan tercetak jelas di pipi kanan dan kirinya membuat Johnny yang kebetulan belum tidur langsung terlonjak kaget.

"Ini dari mama dan papa.. aku sudah mengecewakan mereka sebesar itu."

Johnny akan mendengarkan baik-baik setelah menuntun Jaehyun untuk duduk di kursi, ia sabar menunggu untuk diberitahu.

BACKSTREET - JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang