.
.
.
Ruangan besar dengan kapasitas ribuan orang adalah tempat Renjun berpijak saat ini. Kemeja kuning dan celana jins pakaian yang ia kenakan, ditangannya tertenteng goodie bag kecil berwarna biru dan handphone yang tidak berhenti berkedip sejak tiga puluh menit yang lalu.
Matanya yang serupa rubah mengamati sekitar, dekorasi cantik memenuhi ruangan, pohon sakura buatan berdiri di sepanjang sisi. Ada hiasan lampu-lampu berwarna pink yang menyatu dengan warna bunganyamenambah kesan menarik dan elegan disatu waktu.
Ada begitu banyak orang di ruangan tersebut. Mereka bercengkerama ria sambil memakan makanan ringan yang tersedia. Ditengah keramaian itu, ia sangat merasa sendirian.
Masker yang menutupi separuh wajahnya dan kacamata bulat yang membingkai matanya membuat ia cukup sulit dikenali. Tidak ada media yang meliput ia hadir di acara ini.
Memang itu tujuannya, ia ingin menghindar dan seolah-olah ia tidak ada. Tangannya gemeteran dan berkeringan ketika pandangannya jatuh kepada sepasang laki-laki dan perempuan yang berjalan di karpet putih yang membelah kerumunan. Mereka adalah bintangnya. Like a prince and princess.
Sorakan riuh mengganggu telinganya, matanya memanas tidak sebanding dengan dua orang yang berjalan anggun didepan sana yang sedang menebar senyum kebahagiaan.
Renjun mengusap matanya yang basah, tangannya memencet layar handphone dan mematikannya karena panggilan masuk terus ia terima.
Ia ingin segera selesai.
Meskipun batinnya sudah ia siapkan sejak jauh-jauh hari saat ia memutuskan untuk datang, tapi nyataya ia kembali lemah ketika kenyataan menampar dengan kejam.
Di depan sana si tampan dan sicantik disandingkan, membuat siapapun yang melihat akan berdecak kagum. Kombinasi yang sangat bagus sekali. Serasi. Dan yang jelas tidak ada pertentangan norma di sana.
Hatinya tercubit ketika dua pasang bibir itu bertemu mengundang tepuk tangan meriah.
Bibir itu, dulu miliknya.
Hanya miliknya.
Tetapi sekali lagi, itu dulu.
kini ia tidak memiliki hak apapun lagi, ia hanya orang yang pernah singgah, sementara di depan sana wanita itu adalah orang terpilih yang diakui untuk menemani hingga akhir hayat.
Setelah sesi cakap-cakap, orang-orang mulai menunggu giliran untuk sesi foto dan menyerahkan hadiah. Di iringi dengan musik romantis yang mendukung suasana bahagia itu.
Dan ditengah senyum manis yang terpancar dari raut orang-orang, Renjun menjadi satu-satunya yang malah menunduk dengan tangisan lirih. Ia sendiri tidak merasakan kebahagiaan dan berat ketika harus menyunggingkan senyum.
Matanya yang buram menemukan manager hyung yang berdiri tidak jauh darinya, sedang mengobrol dengan istrinya. Kejadiannya sangat cepat, Renjun menyerahkan goodie bag yang dibawanya kepada sang manajer dan ia langsung pamit keluar gedung tanpa memberiikan ucapan selamat kepada dua orang yang sedang berbahagia didepan sana.
Ia tidak memiliki hati yang kuat.
Ia memilih menyerah dan kabur dari suasana yang menghancurkan perasaannya.
Sebelum benar-benar keluar, ia menoleh sekilas ke arah mempelai laki-laki yang sedang tertawa bersama dua tamu undangan yang juga dikenal baik oleh Renjun.
Jung Jaehyun.
Berdiri bersanding dengan wanita pilihannya.
Melupakan janjinya untuk terus bersama dan memberikan bahagia untuknya.
.
.
END
kalau endingnya gini gimana?
wkwkwkwkwkwkwwk
Santai aja gasi
Ada lanjutannya santaiii :D
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET - JAEREN
FanfictionDibalik gemerlapnya dunia para bintang, ada sepasang pemuda yang mencoba berjalan bersama di jalan yang sama. With me : To be Realistic but happy ending. idol Life 18+ FIKSI bxb jaehyun x renjun Canon