10| paman datang

473 48 0
                                    

Owen lagi, Owen lagi. Apa yang tengah dilakukan pria itu dengan lemarinya? Jay langsung lemas saat melihat kamar tidur Owen menjadi berantakan karena baju yang berserakan dimana mana (yang nulis juga mengalami hal yang sama btw).

"Je Nemu kotak warna merah disini nggak?" Ucap Owen sambil masih sibuk dengan kain kain di lemarinya
Jay menggeleng, dia memang tak pernah menemukan yang namanya kotak merah. Palingan juga kolor Owen yang belum di cuci.

"Kenapa to mas?" Tanya Jay pada Owen. Kayaknya.. kotak merah itu penting banget ya? Sampai kamar yang awalnya berantakan tambah berantakan.

Owen menghela napas karena menyerah mencari barang itu. Kelihatannya sangat penting sampai wajah Owen mengkerut saat tak mendapatinya. "Gpp, emang penting aja."ucap Owen lalu pergi meninggalkan Jay di kamar sendirian.

"Orang kamarnya aja gelap gulita, udah gitu kotor, ya pantes aja pak nggak ketemu."




Owen akhirnya memilih pergi ke kantor. Walaupun sudah jam 10.00, sementara Owen masuk kantor jam 08.30.

"Mas kok baru berangkat sih?"ucap  Jay yang turun dari lantai dua saat melihat Owen dengan kemeja warna biru Dongker seperti sudah siap berangkat bekerja.

Owen memposisikan jam tangan dan dasinya. Uih pak bos yang nggak masuk hampir satu Minggu ternyata persiapannya caekep jg yh.
"Biarin, orang gw yang punya kantornya. Yaudah ya je, Yun, boy, gw berangkat dulu!" Owen langsung meninggalkan rumah setelah berpamitan dengan penghuni rumah.

"Boy?"

"Boy?"

Yuna dan Jay bertatap tatapan, "boy siapa bjir?"pertanyaan Yuna tak bisa di jawab kali ini. Hmm.. sp yh?
Jay berpikir, "boy.. boy.. sopo cok?" Gumam Jay bingung dengan hal yang keluar dari mulut Owen.

"Yaudah lah, nggak usah diurusin, ayo kerja!" Dari pada memikirkan hal tidak penting seperti itu. Yuna lebih memilih melanjutkan kerjanya agar segera mendapatkan gaji, padahal tujuannya mau balas dendam🤭 tapi malah lanjut bestian Ama Jay.




Yuna dan Jay bekerja dirumah. Jay memang memiliki tujuan mendapatkan uang, jadi kinerjanya bagus. Sementara Yuna yang awalnya datang untuk menghancurkan pekerjaan Jay untuk kedua kalinya hanya melakukan hal hal yang disuruh Jay dengan malas malasan.












Owen benar benar pergi ke kantor. Bukan sebuah bualan lagi jika pria itu masuk kantor dengan gagahnya padahal dia tahu kalau dia telat. Tapi tak apa, semua karyawan hormat padanya, apalagi wanitanya. Mereka terpesona dengan ketampanan dan kekayaan, kau tahu selain butuh fisik yang indah wanita juga butuh uang.

Tapi kocaknya mereka tidak tahu kalo Owen ini king nt yang sekalinya dapet pasangan digamonin seumur hidup.

"Pak Owen! Akhirnya anda datang ke kantor!" Seorang laki laki datang kepada Owen dengan napas tersengal. Entah apa yang menunggu Owen hingga harus terburu buru.





























After that things. 18.56 pm.

"Murung amat pak tu muka, Napa?" Ucap Yuna saat melihat ekspresi sedih Owen. Baru saja laki laki itu pulang dari tempat kerjanya, entah apa yang dikatakan oleh seseorang yang menunggunya hingga membuat hidupnya yang tadi ceria bergembira tiba tiba sedih sedihan.

Owen benar benar benci mengatakan ini, tapi..

"Gw ada dinas ke jepang, BANGSAT EUGENE ANJING!!!" Owen meneriaki seisi rumah, Kelihatannya dia sangat emosi karena harus dinas. Owen benar benar hilang akal, bagaimana bisa jalang sepertinya mengajaknya ke jepang padahal baru saja kemarin dia bermain dan bercanda ria dengan anaknya. Yuna, satu satunya orang dewasa (yang lain) di sana hanya menatap dengan kebingungan.





"Hey pecundang! Berhenti mengamuk, kau tak melihat aku datang menjenguk keponakanku?" Suara berat pria dari lantai dua menghentikan Owen. Orangnya, tidak maksudku saudara jauhnya. Pria itu tampak kontras dengan Owen, laki laki berkulit hitam dengan rambut keriting.

"Mikey? Apa yang kau lakukan di sini hitam?" Owen benar benar bingung. Apa semenjak dia sakit semua kerabatnya datang ke tempat ini? Sialan.

Mikey, pria itu memasang pose berpikir. "Kau sudah tau apa jawabannya kan?" Mikey membalik pertanyaan. Ck, Owen benar benar jijik dengan hal hal tentang semua sepupunya.

Si pirang lebih memilih pergi ke kamarnya daripada meladeni pria jelek seperti Mikey.

"Hei, dia kenapa?" Mikey benar benar bingung dengan keadaan saudaranya.

"Ayah kenapa kak je?"

"MOTHERFUCKER! Ethan? Kamu dari mana aja cil?" Umpat Mikey yang dikagetkan oleh suara lembut dan tenang Ethan, yang ada di gendongan Jay.

Oh.. lihat betapa gemasnya anak itu dengan es krim digenggaman tangan kecilnya. Tapi tunggu dulu, siapa orang yang menggendongnya?

"Aku familiar denganmu, kau siapanya Owen?" Mikey benar benar ingat bentuk rupa wajah secantik Jay. Namun, dia lupa siapa nama orang itu. Baju yang dikenakan Jay tampak seperti outfit orang yang habis ngedate, jadi kayak rapi gitulokh, kan kalo gitu nggak kelihatan kalo Jay salah satu pembantunya Owen.

"Aku? Aku pembantunya mas Owen," jawab Jay. Mikey sedikit terkejut dengan jawaban itu. Biasanya laki laki secantik Jay akan menjadi koleksi pacar Owen, kok yang ini nggak ya?

"Oh yaudah, boleh gendong Ethan nggak?" Tanya Mikey, Jay mengangguk dan memberikan Ethan ke gendongan Mikey.

Setelah memastikan paman dan keponakan itu bermain bersama, Jay meninggalkan mereka dan pergi ke kamar Owen.



Tok tok tok..

"Mas aku boleh masuk nggak?" Ucap Jay dari luar. Jay yang mengetuk pintu kamar Owen, Jay hanya ingin bertanya dengan apa yang terjadi hingga Owen mengamuk.

Tidak ada jawaban. Tapi pintu di buka dan kegelapan dan rasa mencekam di kamar itu bisa Jay rasakan. Berkali kali dia masuk ruangan ini, tapi Owen sama sekali tak mengizinkannya untuk menyalakan lampu ataupun membersihkan kamar itu. Mungkin hanya membuka tirai sebelah kiri atau kanan dan menyisakan yang satunya. Owen benar benar hidup dengan keadaan gelap gulita, kita tahu betapa hancurnya perasaan seseorang ketika orang yang dicintainya tiada. Begitu pula Owen.

Bagaikan sayur tanpa garam. Owen tanpa istrinya hanya omong kosong. Jika bukan permata itu yang membawa kejayaan dan cahaya pada hidupnya, bukan berarti apa apa Owen yang hebat hari ini.


"Mas, kamu kan dinas juga biar dapet uang, biar bisa menghidupi Ethan. Ya kan?" Nasihat Jay pada Owen.

Mereka berdua duduk di teras, melelahkan jika menjadi Owen. Laki laki itu benar benar masih ingin menghabiskan waktu dengan putra kecilnya.

Owen mengelak, dia masih ingin bersama Ethan. Dan berakhir seperti itulah mereka berdua diteras kamar Owen.

Jay sebagai orang yang lebih tua menasehati Owen untuk tak berperilaku seperti itu lagi. Untung saja Ethan tadi di bawa keluar, jadi tak ada contoh buruk untuk Ethan dari ayahnya.

"Nanti, sehabis seminggu kau berada di jepang. Bermainlah bersama Ethan semaumu, saya nggak bakal ngelarang. Yasudah aku mau balik kerja dlu, ingat itu baik baik." Jay memberikan nasihat terakhirnya sebelum keluar dari kamar Owen.









To be continue

Asli coy, otak gw udah tidak mampu memproduksi diksi indah untuk ff ini. Mknya isinya bahasa baku dan non baku bukan kata kata bermakna awkowoka














Jeje Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang