20| Teras

356 45 7
                                    

Kurangnya air putih. Owen sudah dua harian ini mabuk mabukan kayak manusia stres. Padahal dia sendiri tahu kewajibannya banyak.

Jay mungkin sudah biasa jika dia pulang dengan bau alkohol dan pakaian berantakan. Tapi sekarang aku akan menceritakan hal yang dilakukan istri belum sah Owen saat pria itu pulang mabuk.

Dia memang perempuan gila. Saat Owen pulang, Rachel seolah istri paling patuh sejagat umat. Dia datang memeluk Owen, mencium wajah pria itu, dan membopongnya ke kamar. Jay? Yuna? Ethan? Main dakon. Mereka bertiga paling lepas tanggung jawab kalau sudah ada Rachel, orang perempuan itu sendiri yang ingin seperti itu.

Berbeda dengan Jay, pria itu lebih tau cara menangani orang mabuk.

Ketika Jay membaca koran di jam satu pagi. Owen pulang dengan keadaan mabuk membawa satu botol alkohol. Dia ingat, hari itu Owen berhalusinasi. Saat mendengar cerita dari Harry yang mengantarnya pulang, dia sudah minum minum sejak jam sembilan malam. Mencoba para gadis, dan tertidur di sofa panjang di dalam bar.

"Kau tidak boleh mabuk, Owen." Ucap Jay membopong Owen ke ruang tamu. Ruang tamu utama berasa di ruang lain, mereka berdua setidaknya harus melewati lorong sedikit panjang untuk sampai ke sana, melewati kamar tamu dan gudang.

"Jangan melarang.. kau juga suka mabuk istriku.. berapa medali sepeda ku?" Kadang ucapan orang mabuk memang bercampur. Jay mengerti itu, dulu saat masih muda dan bersekolah di inggris dia juga suka mabuk.

"Iya, aku suka mabuk dulu. Medalimu ada 57." Dia menjawab lanturan berantakan Owen. Pria yang selalu juara itu langsung tertawa keras, jumlah medalinya sama seperti umur ayahnya.

"Mm.. istriku.. beri aku ciuman.. bukannya dulu kau berjanji seperti itu?"

Tidak pernah. Istrinya tidak pernah berkata seperti itu. Namun, Owen tetaplah Owen. Dia menarik wajah yang lebih tua dan membuat bibir keduanya bersentuhan.

"Kau sudah puas sekarang, ayo tidur dulu. Kunci kamar dibawa oleh Rachel."

"Hm.. Apa Ethan sudah bayar SPP?"

"Anakmu belum sekolah."






Pagi ini. Kosong sekali rumah ini, Owen bangun siang karena hari Minggu. Rachel entah kemana, Ethan juga hilang. Yuna pun tidak kelihatan padahal biasanya dia yang paling pecicilan. Hanya pria lain dengan kaos dan celana pendek duduk membaca koran di teras rumah.

"Udah bangun mas? Sarapannya sudah tak hangatkan, kopinya ada di meja makan." Begitu pembantunya bilang seperti itu. Owen rasa rasa dirinya sudah tidak disayang oleh satu keluarganya lagi, bahkan pembantunya yang dulu paling nempel dengannya itu sekarang malah jadi cuek.

"Nggak mau makan gw, males, suapin dong je."

"Ethan aja bisa makan sendiri. Mas Owen jangan lebay gitu dong." Jay menatap ke pria yang duduk di lantai, dia tampak seperti Ethan saat Jay tidak mau membelikannya ikan cupang di pasar.

"Tapi Lo dulu nyuapin gw! Kok sekarang enggak sih! Lo udah nggak sayang sama gw ya Je?"

"Sayang, yaudah ambil sana piring sama minum di dapur! Anak manja." walaupun nada bicaranya terdengar menghina. Owen tetap melakukan perintah dari pria yang lebih tua, lalu datang membawa nasi goreng, kopi, dan segelas susu coklat.

"Itu kan susu penambah tinggi Ethan! Kok mas minum?!" Jay marah besar melihat Owen membawa gelas besar susu coklat dengan es batu. Susu bubuk merek Hilla itu mahal, rokoknya tiga bulan pun tidak cukup untuk membeli sekotak susu bubuk penambah tinggi badan itu.

"Biarin! Aku kan juga mau tumbuh tinggi." Ucap Owen seolah tak sadar diri bahwa tingginya sudah mencapai atap kamar Jay dan Yuna.







Jeje Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang