3| Jay - Jeje

769 54 7
                                    

Jay dengan baju adat berwarna coklat, kacamata kuning adiknya, dan koper hitam kecil disebelahnya.
Sudah siap dengan pekerjaan barunya.

"Beberapa tahun lalu gue ngajarin sekarang praktek di rumah holang kaya langsung, keren bwat gwenjh" Jay dengan bangganya menyombongkan diri didepan pintu putih dengan lantai marmer itu.

Jay mengetuk pintu besar megah itu, pintu terbuka menampilkan seorang pria yang 20 cm lebih tinggi dari dirinya.

Owen, hanya dengan handuk yg menutupi kebanggaannya.

" Aduhh mas mbok Yo pakek baju dulu to!" Jay menutup mata sambil melontarkan ucapan dengan bahasa jawa. "Gapapa lah, lagian sama sama berbatang gitu loh" Owen menepis keterkejutan Jay dan segera menarik pria yang lebih kecil untuk masuk segera kerumahnya .

"Siapa nama Lo?" Tak ingin membuat suasana canggung Owen membuka suatu obrolan.

"Kulo? E.. A! JEJE Ndoro!" Owen sedikit menjauhkan dirinya dari Jay yang dengan semangatnya menyebut namanya.

" Yaudah Lo bersihin satu rumah, nanti jam sepuluh lebih lima ambil anak gw di sini" Owen menyerahkan kertas kecil yang tertera alamat rumah diatasnya.

"Loh! Sampean punya anak?" Jay bertanya dengan ekspresi terkejut, pasalnya pria yang terlihat masih sangat muda ini ternyata sudah memiliki anak.

"Ya Iyalah, kan gw udah bilang yang gw butuhin bukan cuman pembantu, tapi juga babysitter."

"O.. njeh salah kuloo.."

Setelah menutup gerbang depan rumah, Jay segera masuk lagi kerumah dan melakukan pekerjaan nya, mulai dari menyapu, mengepel, dsb.

Rasa lelah menimpa punggung kecil Jay, matanya melirik kearah jam. Sudah setengah 10 dia harus bersiap untuk segera menjemput anak  tuannya.

Pria itu pergi kekamar mandi, niatnya membersihkan diri karena tubuhnya kotor dan berdebu. Anak orang kaya biasanya benci orang berdebu. Selesai beres beres, pria itu langsung ketempat tujuan.





"Permisi..." Jay mengetok gerbang dari kayu mengkilat itu, apakah semua kerabat Owen orang kaya semua? rumah dengan nuansa jepang ini rasanya terlalu besar.

Seorang perempuan dengan kimono biru, rambut berwarna biru, matanya bahkan! " Cari siapa?" perempuan  itu bertanya pada Jay. "Eh! Lu ya yang bakalan ngambil anaknya Owen?" Belum Jay bicara perempuan itu sudah tahu maksudnya kesini.

"Masuk aja dulu, Ethan masih tidur" perempuan itu memberikan ruang bagi Jay untuk masuk "oh... nama anaknya tuan, Ethan toh" batin Jay.

Setelah masuk, penampakan yang pertama kali dilihat oleh Jay adalah interior jepang yang memukau penglihatan. Kedengarannya horor, tapi nggak kok. Rumah itu malahan terasa sangat damai dan indah.

"Bentar ya, gw siapin dulu bocahnya" perempuan itu pergi dari sana menuju ke lantai dua, Jay lalu dipersilahkan duduk oleh wanita lain.

"Nama kamu siapa? Saya belum pernah lihat pacar Owen yang ini." Wanita itu tersenyum tipis. Jay sedikit terkejut mendengar kata 'pacar' yang keluar dari bibir Semerah apel itu, bukannya Owen sudah memiliki anak? "S - saya Jeje. Tapi mbak, bukannya ndoro Owen sudah punya anak? Dan saya bukan pacarnya, saya pembantu baru." Jay berbicara sedikit gugup.

"Oh, sepertinya Owen belum bercerita. Istrinya sudah mati, sejak anak itu lahir. Nama saya Eugene, sepupu Owen. Salam kenal" Eugene mengulurkan tangan yang langsung dibalas oleh Jay.

"Woy!" Suara debuman pintu mengiringi suara tegas dari wanita bernama Noah itu, Eugene dan Jay yang mendengar suara itu sontak melirik kebelakang ke arah wanita biru yang otot ototnya sedang tegang mengepalkan tangan didepan muka.

"Lo (menunjuk Jay) ikut gw!"
Jay langsung berdiri dan mengikuti Noah, kelantai dua dimana semua kamar ada disana ya kecuali kamar utama.

"Bangunin dah tu bocah "Noah menunjuk ke kamar dengan pintu berwarna coklat tua. kamar Ethan, pikir Jay. Jay segera melakukan yang diperintah yang diberikan Noah.

Tak perlu waktu melebihi 30 menit Jay sudah membawa Ethan keluar dari sana dengan pakaian rapi dan ransel di Ethan. Sedangkan bocah lima tahun itu sendiri sedang tidur nyenyak dengan wajah segar di pelukan Jay.

Noah dan yang lain melihat Ethan terlihat rapi klimis seperti itu opoyo Ra kaget.

"Wahh sepertinya Noah, tidak becus saat mengurus anak" Eugene dengan  jahilnya menertawakan Noah yang memeras kain baju nya keras.

"Saya pulang dulu njeh" Jay menunduk dan segera keluar dari tempat itu memesan taksi dan segera pergi dari sana.







Sorenya, Ethan terbangun ditempat yang berbeda dari biasanya, di kamarnya yang dulu ada lukisan jepang, sekarang adalah kamar anak kecil pada umumnya.

Ethan dengan langkah kecilnya keluar dari kamar itu, mengerjap mata Rumah bibinya tak seperti ini.

Rumah dengan gaya classical modern itu membuat nya ingin terus memandang, rumah yang dulu harusnya ia tinggali dengan kedua orang tuanya. Pengen turun tapi Ethan bimbang, takut jatuh.

Tapi pengen turun, Ethan mengumpulkan keberanian untuk melangkah kan kaki kecil nya di tangga marmer yang jauh lebih besar dari tangga dirumah bibinya.

Terlihat licin Ethan takut jatuh, Ethan berpegangan pada sisi tangga tapi sepertinya perjuangannya itu nihil kakinya masih terasa licin membuatnya hampir terjatuh dari tangga.

Buliran air mata mulai keluar dari sisi mata sikecil, Ethan menggigit bibir bawahnya.
Erangan kecil dan air mata keluar darinya.

Jay yang sedang menyirami bunga di halaman rumah, mendengar sendu anak kecil dari dalam rumah.
Jay berlari kedalam rumah meninggalkan keran yang airnya masih mengalir deras (gapapa lah buang buang air, Owen kan kaya)
Sementara Ethan masih sesenggukan di tangga,

"Aduh aduh po' o kok nangis"Jay mengendong Ethan dari duduknya dan memangkunya, bocah yang di pangkuannya tetap menangis keras meskipun sudah ditenangkan.
Jay berfikir keras bagaimana cara menenangkan bocah yang dari tadi meraung Raung di pangkuannya.
Mengelus punggung anak kecil itu sebagai usaha agar tangisnya mereda, untunglah usaha itu tak mengkhianati hasilnya.
Ethan berhenti menangis tetapi masih ada bekas buliran air yang jatuh, si kecil bermata biru itu mengelapnya.

"Ucucu ... Ethan makan ya, mau di masakan apa?" Jay mencubit pipi anak itu gemas. Si kecil hanya membalas dengan menatapnya dalam.

"Kenapa?" Jay mendekat kan wajahnya pada si kecil.

"Kamu mirip mama" jemari kecil Ethan meraih pipi dingin Jay, si empu hanya tersenyum kecil lalu mengangkat bocah itu. Tapi yang tak mereka ketahui, ada sesosok wanita yang memerhatikan mereka dari tadi.

Alicia knight, ibu dari Owen itu memperhatikan cucunya yang ditimang timang oleh pria yang mirip menantunya.

"Aku jadi semakin yakin menantuku tidak mati."gumamnya lalu pergi dari rumah itu.








Jay membawa Ethan turun untuk makan. "Makan ini dulu ya, nanti sore biar kakak beli bahan bahan masakan." Jay memberikan sepiring makanan di depan Ethan, melihat ayam goreng dan nasi yang masih hangat cacing cacing diperut anak itu meronta minta di isi.

"Ethan makannya pelan pelan masih panas bocah tolol!"

Dan di meja makan itu Ethan pertama kali merasakan rasanya menjadi seorang anak, bukan hanya keponakan.















To be continue

Jeje Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang