Sesuatu tampak canggung dan kaku saat motor Gilang melaju. Baik Gilang dan Alvia mereka berdua seakan terpaku di jok motor seperti patung. Kejadian tadi saat di parkiran membuat keduanya larut dalam pikiran mereka sendiri.
Gilang yang sebaik mungkin menyembunyikan rasa salah tingkahnya yang sedari tadi ingin ia luapkan dan Alvia dengan rasa malu hingga dia ingin segera sampai di rumah.
Kondisi jalanan saat itu cukup lumayan. Lumayan tidak terlalu macet dan tidak terlalu lancar juga. Gilang melirik ke arah sisi bajunya yang terdapat tangan Alvia yang menggenggam erat sisi bajunya. Laki-laki itu hanya tersenyum dan terus melakukan motornya.
Mungkin sekitar tiga puluh menit perjalanan, Alvia malah terheran dengan tempat kini berdiri. Ia sampai memicingkan mata melihat sekitar lalu menatap Gilang meminta penjelasan.
"Jalan-jalan bentar, boleh, kan? Nggak sampai malem, kok," ucap Gilang tersenyum menggandeng tangan Alvia memasuki pintu mall.
Grand Galaxy Park. Di sinilah mereka saat ini. Tanpa ada persetujuan dari Alvia, laki-laki di sampingnya ini dengan enaknya membawa dia ke mall. Apa lagi di saat mereka baru saja pulang sekolah dengan seragam yang masih melekat di tubuh.
Ini pertama kalinya bagi Alvia keluar dengan masih menggunakan seragam sekolah. Dia merapatkan tubuh pada Gilang merasa terganggu dengan pandangan orang-orang pada dirinya. Alvia berbisik pada Gilang, tangannya secara tak sadar meremas lengan Gilang. "Pulang aja, yuk. Kita masih pakai seragam sekolah, nih."
Gilang menatap sekitar lalu pada Alvia yang memicing menatap mereka. Tatapannya melirik ke sana ke mari, sangat terlihat jelas sekali jika gadis itu tidak nyaman. Dia menurunkan tangan Alvia pada lengan dan menggenggam tangan itu.
Laki-laki itu mencoba mengajaknya untuk menepi, menenangkan Alvia terlebih dahulu. "Kenapa? Lo nggak suka ke sini?" tanya Gilang.
Alvia menggelengkan kepala. "Pulang aja, ya." Ia menatap Gilang yang entah kenapa membuat dia Gilang mengiyakan permintaan Alvia, tetapi dengan syarat mereka akan berhenti untuk makan terlebih dahulu.
Alvia mengangguk saja asal tidak di mall dengan kondisi seragam yang masih melekat. Mereka kembali turun menuju tempat parkir. Alvia sebenarnya tidak enak hati pada Gilang karena dia sudah membawanya jauh-jauh ke sini, walaupun tanpa persetujuan dan izin dari Alvia sendiri.
"Pakai jaket gue." Gilang melampirkan jaket yang ia pakai di tubuh Alvia dan membalikkan badan mengeluarkan motornya.
Sungguh, gadis yang biasanya akan mengeluarkan segala protesan pada Gilang dan selalu menolak apa yang diberikan pada laki-laki itu kini dia hanya diam tak berkutik. Ia seolah tak sadar dan membiarkan begitu saja jaket yang Gilang berikan.
"Malah bengong, cepetan dipakai itu jaketnya. Nanti keburu malem sampai rumah," protes Gilang yang tampak gemas melihat Alvia tak kunjung segera memakai jaket sedari tadi.
"Cari makannya nggak usah di restoran, cari di dekat perumahan kita aja," ujar Alvia menaiki jok belakang setelah selesai mengenakan jaket Gilang.
"Nggak di resto aja?" Gilang menoleh ke samping bertanya memastikan.
Alvia menggeleng sembari mengenakan helm. "Nggak usah, cari makan depan perumahan kita aja." Tepat setelah itu, Gilang melajukan motornya.
Selama perjalanan, Alvia memikirkan maksud dari salah satu murid yang tak sengaja dia dengar. Entah dari siswi kelas berapa tadi yang bergosip di toilet, ia tak sengaja mendengar di bilik toilet jika Gilang sedang mendekati Farah dan juga dirinya.
Gosip yang para siswi tadi bicarakan juga memberi tahu jika Gilang beberapa kali bertemu dengan Farah. Pikirannya jadi terfokus pada foto yang dikirimkan oleh Fatah beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Tapi Mesra
Teen Fiction[CERITA INI DIIKUTKAN DALAM EVENT GREAT AUTHOR FORUM SSP X NEBULA PUBLISHER] "Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Soal perasaan nggak ada yang tau ke depannya akan gimana. Awas nanti bisa berubah jadi cinta lho!" Mungkin kalimat itu sudah serin...