24. Ragu?

333 23 3
                                    

Kegiatan kantor yang sangat padat dengan berbagai pekerjaan membuat Alara sangat sibuk sehingga dalam seminggu ini jarang bertemu dengan Naren.

Bukan hanya Alara saja yang sedang menghadapi pekerjaan segudang, Naren pun menghadapi hal yang sama.
Keuntungannya adalah mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan kantoran, jadi keduanya saling memahami kesibukan masing-masing.

"Hello bu bos" sapa Nindya dari balik pintu.

"Eh Nin, lo kapan masuk? Bukannya lo cuti?" tanya Alara melirik sekilas kearah pintu lalu kembali fokus membolak balikan dokumen yang berada diatas meja kerjanya.

Nindya tersenyum lalu berjalan mendekati sahabatnya itu. Ia mendudukkan tubuhnya tepat dimeja kerja Alara.

"Makanya jangan sibuk pacaran mu lo!"

"Gue cuti cuma 4 hari" lanjut Nindya.

Alara tidak menghiraukan Nindya yang sedang berada dihadapannya. Ia tetap fokus dengan segudang pekerjaannya.
Selain pekerjaan kantor, Alara juga sedang dihadapkan dengan bebeapa dokumen mengenai toko skincare dan make-up yang akan ia buka.

"Ra?" panggil Nindya.

"Hm" jawab Alara.

"Makan dulu Ra, gue udah bawain makan siang" ajak Nindya.

Melihat Alara yang tidak merespon ajakannya sama sekali, Nindya berdiri dari duduknya dan menutup semua dokumen dihadapan Alara.

Alara sedikit mendongak dan menatap kearah sahabatnya.
"Makan dulu Ra, lo butuh tenaga buat nyelesaiin ini semua".

Alara menurut, kini keduanya sudah berada disofa dalam ruangan Alara.
Dimsum ayam kegemaran Alara menjadi menu makan siangnya hari ini.

"Lo beneran udah jadian sama Naren, Ra?" tanya Nindya disela-sela mereka sedang menikmati makan siang tersebut.

"Lo tau darimana?" tanya Alara heran. Pasalnya ia memang belum memberitahukan apa-apa pada sahabatnya itu.

"Bian" jawab Nindya singkat.

"Gue seneng banget akhirnya sahabat gue bener-bener bahagia, tapi lo yakin nerima Naren Ra?" lanjut Nindya bertanya.

Alara menyeritkan dahinya, ia meletakkan sumpit yang berada ditangannya. Pandangan yang tadinya fokus pada makanannya kini beralih fokus pada sahabatnya itu.

"Soal Almh. Rasya?" tanya Alara.

"Gue tau Naren sama Rasya itu pacaran lama dan pasti Naren belum bisa sepenuhnya lupain Rasya. Gue ga berharap Naren lupain Rasya, Nin. Gue cuma berharap Naren bisa bener-bener sayang sama gue, itu udah cukup" ungkap Alara.

Nindya sempat mematung sejenak mendengar ucapan sahabatnya. Bukannya ia ingin mempengaruhi Alara, namun ia takut jika sahabatnya patah hati lagi.

"Semoga harapan lo terwujud ya, Ra. Gue selalu dukung apapun keputusan lo, dan bakalan selalu siap jadi orang pertama yang bakalan bantu lo".
Nindya menarik lengan Alara dan membawa tubuh Alara kedalam pelukannya.

"Makasi ya Nin udah jadi sahabat terbaik gue" ucap Alara.

Setelah melewati momen yang cukup melow itu, mereka kembali fokus menghabiskan makanan yang tersisa sambil berbincang mengenai banyak hal.
Tanpa terasa semua makanan telah habis tanpa tersisa, kini mereka harus  kembali pada pekerjaannya masing-masing.

"Yauda gue balik ke ruangan gue dulu ya Ra" pamit Nindya sambil membuang sampah bekas makanan mereka kedalam tong sampah.

"Makasih ya Nin udah bawain gue makan. Gue bener-bener sibuk banget sampe lupa makan" ungkap Alara.

Berhenti Disini (Naren-Alara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang