04. Rasya-Naren (2)

796 36 2
                                    

Rasya duduk disamping Naren sambil memandangi kekasihnya itu dengan tatapan sendu berharap kondisinya segera membaik dan pulih.

"Naren..." ucap seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan tempat Naren dirawat.

"Naren ini mama sayang..." ucapnya lagi sambil mengelus perlahan ujung rambut putranya itu.

Rasya lantas berdiri dan sedikit menjauh agar memberi jarak antara ibu dan anak tersebut.

"Kamu Rasya kan?" tanya mama Naren begitu menyadari kehadiran seorang remaja cantik diruangan itu.

"I-ya tante, tante tau saya?" ucap Rasya sedikit gugup.

"Waktu itu Naren pernah bawa donat untuk tante, katanya itu buatan pacarnya yang bernama Rasya sambil nunjukin foto kalian berdua" jelas mama Naren yang membuat Rasya tersenyum.

"Kamu tau tentang penyakit Naren?" selidik mama Naren.

"Tau tan, Naren cerita ke Rasya" jawab Rasya.

"Sebenarnya Naren butuh pendonor jantung, tapi sampai sekarang belum ada yang cocok untuk Naren. Tante minta kamu ga ceritain ini semua ke siapapun, cukup kamu dan keluarga tante yang tau" jelas mama Naren sambil memegang tangan Rasya dengan hangat.

"Iya tan, Rasya ga akan cerita ke siapapun" jawab Rasya sambil tersenyum.

***
Ini adalah hari ke 3 Naren tidak masuk. Berulang kali Alara dan Bian mencoba menghubungi Naren namun hasilnya nihil, bahkan saat bian mencoba mendatangi rumahnya pun tidak ada hasilnya sama sekali.

Mereka mencoba mencari informasi lewat Rasya, namun Rasya bungkam. Ia takut bahwa teman-temannya akan menjenguk Naren dan tau penyakit apa yang Naren derita selama ini.

"Minggu depan udah ujian kenaikan kelas, kasian Naren kalau ga masuk pasti dia ketinggalan banyak pelajaran" ucap Alara sambil mengaduk-aduk semangkok bakso yang telah ia pesan di kantin.

"Udah makan dulu, lo ngapain sibuk mikirin Naren? Pacarnya aja keliatan santai" jawab Nindya dengan santainya sambil menyantap bakso miliknya.

Keesokan hatinya Alara, Nindya, dan Bian dikejutkan dengan kedatangan Naren ke sekolah.
Naren memasuki kelas sambil sesekali melirik ke arah Rasya dan tersenyum.

"Widiih udah sembuh ni sahabat gue" ucap Bian sambil merangkul pundak Naren.

"Lo sakit apa sih Ren? kok sampe ga masuk 3 hari?" tanya Alara penasaran yang sudah mengubah posisi duduknya menghadap Naren.

"Ga papa, kecapean aja kok" jawab Naren singkat.

"Ren minggu depan kita UAS, lo ketinggalan beberapa pelajaran kan? Gue mau kok belajar bareng sambil ngajarin lo" tawar Alara pada Naren.

"Ga usah Ra, aku belajar bareng Rasya aja" jawab Naren sambil melihat kearah Rasya.

***
Hari ini tepat hari pertama seluruh siswa/i SMA Galaksi melakukan ujian akhir semester, dan masing-masing mereka sudah melakukan persiapan secara matang.

Alara dan Bian berada disatu ruangan yang sama, sedangkan Nindya, Naren, dan Rasya berada disatu ruangan yang sama.

"Ren, kalo kamu ada yang gatau jawabannya kasi tau aku ya? Aku bakalan kasi tau ke kamu" tawar Rasya pada kekasihnya itu yang mendapat senyuman dari Naren.

3 mata pelajaran terlewati dengan baik, terkhusus bagi Naren yang ketinggalan beberapa mata pelajaran. Naren bukanlah siswa yang terbilang bodoh dan bukan juga terbilang terlalu pintar, ia masih bisa menyelesaikan soal-soal ujian dengan baik.

"Libur semester nanti rencana kamu mau ngapain Sya?" tanya Naren sambil berjalan keluar ruangan kelas berdua bersama Rasya.

"Aku mau jualan donat kaya biasanya aja Ren, lumayan kan dalam 2 minggu aku jualan tiap hari" jawab Rasya dengan santai.

*

Tidak ada sesuatu yang spesial dalam waktu seminggu ini. Mereka semua fokus terhadap ujian yang sedang berlangsung, dan tanpa disadari ini adalah hari terakhir mereka menghadapi ujian akhir.

"Rasya, Nindya selama liburan kita adain kegiatan yuk?" ajak Alara dengan semangat.

"Kegiatan apa?" tanya Nindya.

"Aku ga bisa Ra" jawab Rasya sedikit ragu.

Nindya dan Alara saling bertatapan. Mereka merasa heran mengapa Rasya selalu menolak ajakan Alara.

"Kenapa lo selalu ga bisa Sya?" selidik Nindya.

"A-aku mau jualan donat, lumayan hasilnya kalau aku jualan tiap hari selama 2 minggu" jelas Rasya yang berhasil membuat Alara dan Nindya mengerutkan dahinya.

"Maaf aku ga pernah kasih tau ke kalian, sebenernya selama ini tiap weekend aku jual donat buatanku sendiri" lanjut Rasya.

"Kenapa lo ga pernah cerita Sya? dan apa ada hal lain juga yang gue sama Nindya belum tau?"

"Kalau lo pikir gue sama Nindya bakalan jauhin lo, lo salah besar! Gue sama Nindya ga pernah pilih-pilih temen selagi dia baik ke kita" lanjut Alara lagi.

Rasya hanya diam dan menunduk. Bagaimana cara menjelaskan kepada mereka tentang semua latar belakangnya yang ia tutupi selama ini.

"Aku itu ga seberuntung kalian. Orang tua aku udah meninggal, aku tinggal sama om, tante, dan sepupu aku" jelas Rasya.

"Aku harus belajar nyari uang sendiri, karna aku tau sebenernya mereka keberatan aku tinggal disana dan pasti mereka bisa kapan aja usir aku" lanjutnya lagi sambil meneteskan airmata.

Tanpa sepatah katapun Alara langsung memeluk erat tubuh Rasya dan disusul oleh Nindya.

Bersambung...

Jangan lupa follow, komen, dan vote yaa🤗

Sampai jumpa lagi...

Berhenti Disini (Naren-Alara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang