18. Makam

895 35 10
                                    

Seminggu selepas kepergian Rasya, namun Alara dan Bian belum menemukan keberadaan keluarga Rasya dan Naren.
Entah memang sengaja atau kebetulan mereka menghilang secara bersamaan, bahkan toko kue milik Rasya pun tertera "tutup sementara".

Pagi ini Alara dan Nindya berniat untuk keperusahaan milik keluarga Alara dimana Nindya akan mulai bekerja disana.

"Lo yakin mau nemenin gue ke kantor? Pikiran lo kan lagi runyam banget Ra" tanya Nindya sambil tetap fokus menyetir mobil miliknya.

"Gimanapun hidup gue harus tetap berjalan. Walaupun gue pengen banget ngeliat Naren dan makam Rasya" ungkap Alara.

"Lo yakin Rasya bener meninggal?"

"Bian tau darimana kalau Rasya meninggal? sedangkan keluarga Rasya dan Naren tiba-tiba hilang gatau kemana" lanjut Nindya.

"Kenapa gue ga pernah nanya ke Bian dia tau soal Rasya darimana ya?" Alara menoleh ke arah Nindya.

Nindya menepikan mobil yang mereka tumpangi dan berhenti membuat Alara keheranan.

"Kenapa berhenti?" tanya Alara.

"Lo hubungin Bian sekarang, lo ajak ketemu. Lo tanya semuanya secara detail".

"Gue bisa ke kantor bokap lo sendiri" ungkap Nindya.

Alara mengangguk lalu merogoh saku celananya, ia mencari benda persegi panjang miliknya guna menghubungi seseorang yang bernama Bian.

Alara mengangguk lalu merogoh saku celananya, ia mencari benda persegi panjang miliknya guna menghubungi seseorang yang bernama Bian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo gapapa gue tinggalin?" tanya Alara memastikan setelah meletakkan handphone miliknya kedalam saku.

"Aman, tapi mobil lo gue bawa dulu ya" jawab Nindya.

Suara klakson mobil terdengar dari arah belakang. Sesorang keluar dari dalam mobil berpakaikan setelan jas navy lengkap serta memakai kacamata hitam berjalan kearah mobil milik Alara.

Tok! Tok! Suara ketukan kaca pintu mobil milik Alara.
Alara dan Nindya sontak keluar dari dalam mobil untuk menemui Bian.

"Hai Ra, hai Nin" sapa Bian dengan senyuman hangat.

"Widiih makin keren aja lo" ungkap Nindya.

"Duh ntar aja reuninya. Bian ayo, Nin gue tinggal dulu ya" ucap Alara sembari menarik lengan Bian menuju mobil.

Bian langsung menancapkan mobilnya tanpa tahu tujuan sebenarnya ingin kemana. Sesekali ia melirik kearah Alara yang sedang menatap kosong kearah depan sambil melipatkan kedua tangannya.

"Ra sebenernya kita mau kemana?" tanya Bian membuka keheningan dalam mobil.

"Eh astaga gue lupa belum ngasi tau lo ya?"

"Kita ke Sweet Cafe aja, biar enak ngobrolnya" lanjut Alara.

Mendengar jawaban Alara, Bian fokus mengarahkan setir mobilnya kearah tujuan yang sudah ditentukan.
Sampailan mereka ketempat yang dimaksudkan, tanpa berlama-lama Alara dan Bian masuk dan memilih tempat duduk yang bisa disebut strategis untuk membicarakan hal ini.

Berhenti Disini (Naren-Alara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang