34. Pulang

65 5 0
                                    

Hari ini adalah hari ke-3 pasangan itu berada di Bali untuk menghabiskan waktu berdua.
Rencananya mereka akan mencari oleh-oleh untuk orang-orang tersayang agar besok tidak terlalu buru-buru.

Pesawat dijadwalkan akan terbang besok pukul 20.00 waktu setempat, itu artinya mereka masih memiliki waktu sampai besok sore di Bali.

"Kita beli oleh-oleh yang kaya barang-barang gitu dulu aja ya? besok pagi baru makanan, kan deket" ucap Alara sambil mempersiapkan beberapa perintilan yang akan ia bawa pergi.

"Emang kamu mau beli oleh-oleh untuk siapa aja?" tanya Naren.

"Bunda, papa, Nindya, Bian, bibi di rumah papa, bibi di rumah kamu, temen-temen kantor aku, karyawan kamu" jawabnya sambil menghitung menggunakan jarinya.

"Itu kebanyakan sayang, karyawan aku gausah ya?" bujuk Naren.

Dddrtttt!
Bunyi ponsel terdengar secara tiba-tiba yang berasal dari dalam sling bag berwarna hitam milik Alara.
Ia kemudian membuka tas tersebut lalu mengambil ponsel untuk melihat siapa yang menelfonnya pagi ini.

"Siapa?" tanya Naren penasaran setelah Alara menatap layar ponselnya.

"Tari, pegawai di toko aku" jawabnya.

Awalnya Alara berbincang lewat telfon sembari berdiri disamping Naren, kemudian Alara mulai berjalan mencari laptop yang ia bawa untuk berjaga-jaga soal pekerjaan.

"Kamu kirim sekarang laporannya ke email saya ya Tari, sekarang" ucap Alara lalu menutup sambungan telfon tersebut.

Naren yang merasa bahwa ada masalah yang terjadi, ia berjalan mendekati sang istri yang sedang duduk disofa sembari mengotak atik sebuah laptop.

Raut wajah Alara yang tadinya bahagia kini berubah menjadi kesal dan panik. Secara bergantian ia mengotak atik laptop lalu ponsel miliknya.

"Kenapa Ra?" tanya Naren.

"Ini kayanya kita harus pulang hari ini deh Ren" jawab Alara sembari tetap fokus menatap layar laptop miliknya.

"Ada yang aneh sama laporan keuangan toko selama 2 bulan ini" lanjutnya.

Setelah cukup lama toko milik Alara berjalan, ia memiliki 6 pegawai dan diantaranya ada seseorang yang menjadi orang kepercayaannya.

Pekerjaan di perusahaan milik orang tuanya serta persiapan pernikahannya dengan Naren membuat Alara terlalu sibuk sampai sedikit mengabaikan laporan keuangan toko.

Alara adalah tipe orang yang jika ada kendala dengan pekerjaannya, ia akan terus berusaha dan berpikir agar kendala tersebut dapat teratasi secepat mungkin.

"Sayang kamu bisa tolong pesankan kita tiket pulang kan?" pinta Alara kemudian bangkit dari duduknya.

"Aduh ini belum packing lagi, berantakan pula".

"Oleh-olehnya gimana Ren?".

"Atau kita beli sesuatu di bandara aja?" oceh Alara sambil berjalan bolak-balik tak tentu arah.

"Ra?" ucap Naren lalu berjalan menghampiri istrinya tersebut.

"Kita selesaiin satu-satu, kuncinya harus tenang" ucap Naren sambil memegang kedua pundak Alara.

"Kamu kan udah biasa ngadepin kendala bahkan yang lebih besar dari ini, jadi jangan terlalu panik" lanjut Naren berusaha menenangkan Alara.

Naren lalu menarik badan Alara perlahan agar jatuh dalam pelukan hangatnya. Secara perlahan pula Naren mengusap kepala Alara sebagai cara agar menenangkan sang istri.

Alara membalas pelukan Naren sembari menenggelamkan kepalanya didada bidang milik Naren, ia merasa sangat nyaman dan lebih tenang dalam pelukan sang suami.

Setelah acara berpeluk-pelukan selesai dan dilanjutkan dengan rencana yang telah mereka susun. Pertama, Naren memesan tiket untuk pulang dan pesawat yang mereka naiki akan berangkat pukul 4 sore waktu setempat.

Kedua, karena masih ada beberapa jam waktu luang mereka pergi untuk membeli oleh-oleh yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan villa mereka untuk kerabat dan keluarga.
Terakhir, mereka bisa packing secara bersama-sama sebelum akhirnya bertolak ke Bandara.

"Ga ada yang ketinggalan kan?" tanya Naren ketika keduanya bersiap meninggalkan villa.

Alara menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan sang suami. Ia yakin bahwa tidak ada barang apapun yang tertinggal didalam villa.

"Yaudah, ayo" ajak Naren.

Keduanya berangkat pukul 2 sore, dan selama diperjalanan Alara hanya diam memikirkan persoalan tokonya saat ini.
Tak memakan waktu yang lama, mereka sampai Bandara dan langsung bergegas dengan membawa barang-barangnya.
Tak berselang lama, seluruh penumpang pesawat yang akan Naren dan Alara naiki dipersilahkan untuk masuk ke dalam pesawat karena waktu keberangkatan hampir tiba.

"Nanti kita ke rumah mama aja ya? biar kamu ada nemenin di rumah" ucap Naren sembari berjalan ke arah pesawat yang akan mereka tumpangi.

"Iya, tapi boleh ga aku minta sesuatu?" tanya Alara.

"Aku minta sebelum kita pindah, aku liat dulu rumahnya terutama kamar kita. Aku mau desain dan suasana kamar kita itu bagus" lanjutnya.

"Oke" jawab Naren singkat.

Keduanya duduk bersampingan dengan Alara duduk didekat jendela pesawat, dan Naren disampingnya.

"Maaf ya, kita jadi harus pulang lebih awal karna keteledoran aku" ucap Alara sambil menatap lekat wajah sang suami.

Naren tersenyum, sangat manis.

"Ga perlu minta maaf, lagian cuma lebih cepat satu hari aja ga masalah kok" jawab Naren.

Bersambung...

Maaf ya kalau menurut kalian jalan ceritany lambat dan ceritany kurang panjang tiap babnya🙏🏻

Sampai jumpa di bab selanjutnya yaa🥰

Berhenti Disini (Naren-Alara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang