بسم لله الرحمن الرحيم
"Aku memang belum menjadi perempuan idamanmu, tetapi In Syaa Allah, aku akan menjadi perempuan terbaikmu."
—Syabila Azahra Regina
Sebelum membaca, diharapkan untuk menghargai penulis, dengan cara votment!
Sangat sangat berterimakasih untuk yang melakukannya, semoga kebaikan kalian yang tidak seberapa itu dibalas oleh Allah SWT dengan rezeki yang lebih baik. Aamiin.
Happy Reading!
***
Sebenarnya, jarak dari rumah Syabila dan pesantren Al-Ikhlas milik Kyai Jaenal tidak terlalu jauh, kira kira selama 20-25 menit diperjalanan. Tetapi, Gus El lebih memilih jalan lewat gerbang belakang pesantren, supaya santri yang masih berkeliaran tidak mengetahui kepulangan mereka.
Ya, Gus El memilih untuk merahasiakan kepulangan mereka malam ini, pernikahan mereka akan diumumkan besok pagi, sekalian penyambutan di kediaman pengantin lelaki.
Setelah mobil keluarga Ndalem sudah berada didalam pesantren, Gus El segera membawa barang barang milik sang istri ke Ndalem. Syabila pun mengikuti dibelakang bersama Kyai Jaenal dan Ummi Fatimah.
"Bagaimana rasanya, nak bila, setelah menikah dengan El?" Tanya Ummi Fatimah memecahkan suasana hening.
"L-lumayan, ummi..." Jawab Syabila gugup.
"Alhamdulillah, semoga rumah tangga kalian selalu diberkahi Allah swt, ya, nak. Kalau El bentak atau kasarin kamu, bilang sama ummi, ummi akan hukum El nanti." Ucap Ummi Fatimah bercanda.
Syabila terkekeh. "Iya ummi, terimakasih."
"Sya, sudah siap, mari masuk kamar." Ucap Gus El yang baru saja keluar dari Ndalem untuk menjemput sang istri.
"Tuh, suaminya udah jemput. Buru buru banget, el, mau ngapain sih?" Goda Ummi Fatimah.
Syabila tersipu malu, ia hanya bisa menunduk menyembunyikan rasa aneh ditubuhnya. Sedangkan Gus El gelagapan, pasalnya, ia hanya ingin menjemput Syabila takut tersesat atau digigit nyamuk.
Sama nyamuk aja posesif, apalagi sama lelaki lain, haduhh, Gus El.
Gus El pun menarik pelan lengan Syabila, membuat Ummi Fatimah semakin gencar untuk menggoda.
"Jangan kasar sama istrinya, el. Waktunya masih banyak!" Seru Ummi Fatimah tertawa melihat telinga Gus El yang memerah.
"Sudah, lihat, telinganya sudah merah begitu, sayang." Ucap Kyai Jaenal.
Ummi Fatimah pun menghentikan tawanya. "Iya, sayang. Lucu banget anak kita itu, kayak kepergok lagi pacaran, hhaa"
"Namanya juga pengantin baru. Udah yuk, masuk, udah malem, besokkan harus pergi ke Tasik, jenguk mamah." Ucap Kyai Jaenal.
"Iya, tadi juga de Nazwa kabarin aku lagi, katanya mamah nanyain kita terus." Ucap Ummi Fatimah.
Tasikmalaya, adalah kota yang menjadi tempat lahir Ummi Fatimah, tepatnya di Kecamatan Cipatujah. Tempat diujung negara Indonesia itu, menjadi saksi bisu bertemunya Kyai Jaenal dengan Ummi Fatimah.
Sama sama memiliki darah Sunda, membuat mereka sefrekuensi, apalagi jika sudah berdebat, bahasa Sunda mereka akan keluar. Bahkan, Gus El yang terkenal datar pun dapat tertawa mendengar bahasa yang keluar dari kedua orang tuanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahkoda Surgamu [ON GOING]
General FictionJudul awal: Perjodohan Membawa Kebahagiaan Dizaman modern ini, kata 'Perjodohan' sudah dianggap kuno. Tetapi mungkin, dibeberapa kalangan orang, yang mengutamakan untuk kebaikan sang anak, hal tersebut menjadi lazim. Beberapa anak juga menentang ker...