13. Kepergian Fatia

204 5 0
                                    

بسم لله الرحمن الرحيم

"Ini bukan akhir, tapi awal dari kehidupan baru yang akan dijalani nanti."

Fatia Kalana Abisha

"People come and go.
Disetiap manusia pasti akan ada pertemuan, tetapi jangan lupa, jika disetiap pertemuan juga pasti ada perpisahan."

Syabila Azahra Regina

Sebelum membaca, diharapkan untuk menghargai penulis, dengan cara votment!

Sangat sangat berterimakasih untuk yang melakukannya, semoga kebaikan kalian yang tidak seberapa itu dibalas oleh Allah SWT dengan rezeki yang lebih baik. Aamiin.

Happy Reading!

•••

Kicauan dan hembusan angin menerpa hijab sage yang dikenakan oleh Fatia, ia merenung didepan masjid dengan berbagai hal dikepalanya.

Sudah satu minggu ia menghindari keluarga Ndalem, termasuk Syabila dan Gus El. Alasannya satu, ia hanya masih enggan untuk bertatap muka dengan putra sulung Kyai Jaenal, Gus Algara, juga istrinya.

Ada sedikit hal yang membuatnya seperti itu, sesuatu dimasa lalu bersama putra sulung Kyai pengampu Ponpes itu membuatnya menjadi segan untuk kembali bertemu.

Bahkan, kini ia tidak tidur di Ndalem, ia tidur diruang astatidz bersama beberapa Ustadzah yang bertugas diruangan tersebut.

Kini, keputusannya sudah bulat untuk kembali ke Arab, dengan alasan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, padahal sebetulnya, ia hanya ingin mencari kehidupan baru dengan menjauh dari keluarga yang sudah memberinya kehidupan.

Sudah cukup, sudah cukup ia terus bergantung kepada keluarga Abi/Kyai Jaenal. Kini, ia akan membalas budi dengan membuktikan bahwa ia sudah bisa mencari uang sendiri, juga menghindari yang seharusnya ia hindari.

Untuk janji konyol yang ditawarkan Gus El, mungkin akan ia tolak, ia tertawa geli saat mengingat janji abang angkatnya itu.

Netranya memandang bangunan Ndalem yang memancarkan aura positif, jujur saja, ia merasa tenang dan nyaman saat berada disana, ditambah sikap keluarga tersebut sangat membuatnya merasa dikeluarga sendiri.

Fatia memejamkan mata sejenak seraya menghela nafas panjang, ingatannya kembali disaat saat masih bersama keluarga Ndalem, yang hanya ada dirinya, Kyai Jaenal, Ummi Fatimah, dan Gus El.

Kemudian ia menegakkan tubuhnya, kakinya melangkah menuju bangunan yang menjadi letak utama dari peta Ponpes itu.

Setelah sampai didepan pintu, ia hendak mengetuknya, namun lebih dulu dibuka oleh pria yang menjadi alasannya itu.

Gus Al.

"G-gus..." Cicitnya menyadari didepannya bukan Gus yang selalu ramah kepadanya.

"Fatia? Kamu disini? Saya kira kamu belum kembali dari Arab." Ujar Gus Al.

Lalu semalam siapa yang merencanakan kejutan buat Gus El sama Bila? Arwah saya gitu?! Batin Fatia.

Nahkoda Surgamu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang