8. Saudara?!

202 5 0
                                    

بسم لله الرحمن الرحيم

"Ana uhibbuki fillah, Zaujati."

—Elbara Abidzar

"Ahabbakilladzii ahbabtani ilahuu, Zauji."

—Syabila Azahra Regina


Sebelum membaca, diharapkan untuk menghargai penulis, dengan cara votment!

Sangat sangat berterimakasih untuk yang melakukannya, semoga kebaikan kalian yang tidak seberapa itu dibalas oleh Allah SWT dengan rezeki yang lebih baik. Aamiin.

Happy Reading!

***

Gus El dan Syabila saling menatap, setelah itu mereka berdua berdiri dan membuka pintu.

"Fatia?"

Fatia, perempuan itu tersenyum. "Mana janji kamu? Katanya mau nikahin aku—"

"MAS?! APA INI?!!" Sentak Syabila menatap Gus El kecewa.

Gus El gelagapan, ia hendak memegang tangan Syabila, namun segera ditepis. "Sya, ini engga—"

"Engga salah?" Potong Syabila tersenyum sinis.

Lalu ia menatap Fatia. "Kamu? Berani sekali berbicara seperti itu kepada lelaki yang sudah mempunyai istri, apa tidak ada lelaki lain yang bisa kamu jadikan pasangan?"

Fatia mengernyit. "Maksudnya, mbak?"

Syabila kemudian menatap Gus El. "Kamu dulu janji mau menikah dengan dia?" Tanyanya.

Gus El terbelalak. "Apa? Engga! Bukan begitu." Elaknya.

"Lalu?"

"Dulu aku—"

"Maksud saya, El dulu berjanji akan menikahkan saya dengan lelaki paham agama, bukan El yang akan menikah dengan saya, mbak salah faham. Lagipula, mana mungkin saya menikah dengan lelaki yang menjadi saudara se susu dengan saya? Hukumnya kan haram." Jelas Fatia.

Yah, Syabila salah faham, ia terlalu terburu buru. Maafin ya, udah bikin kalian paniq, hehee.

"J-jadi, kalian...?" Beo nya menatap keduanya satu persatu.

Gus El tersenyum. "Iya, kami saudara persusuan. Kamu salah faham, sayang..." Ucapnya mencubit gemas hidung mancung Syabila.

Syabila menunduk. "Maafin Bila, ya, udah salah faham sama kalian..." Lirihnya.

"Engga apa apa, mbak. Wajar kok, artinya mbak sangat mencintai El, begitu juga sebaliknya. El juga udah aku anggap sebagai abang aku. Maaf ya, kalau tadi mbak merasa dicueki, maklum, kami sudah tiga tahun ga ketemu."

Syabila mendongak, menatap Fatia. "Tiga tahun? Memangnya kemana?"

Fatia tersenyum. "Aku kuliah, di Arab. Dulu aku juga tinggal disini, di Ndalem. Mungkin nanti kita bisa jadi teman?"

Nahkoda Surgamu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang