4. Makan Malam Keluarga

230 5 0
                                    

"Jika kamu direndahkan oleh orang lain, maka katakan kepada mereka, kalau aku akan datang dan membuktikan, bahwa kamu adalah perempuan satu satunya yang selalu saya jaga dan menjadi pendamping saya."

—Elbara Abidzar

Sebelum membaca, diharapkan untuk menghargai penulis, dengan cara votment!

Sangat sangat berterimakasih untuk yang melakukannya, semoga kebaikan kalian yang tidak seberapa itu dibalas oleh Allah SWT dengan rezeki yang lebih baik. Aamiin.

Happy Reading!

***

"PERGII!! HUAAA!! MAMAHHH"

Gus El segera mendekati Syabila dan mendekapnya. "Ini saya, suami mu, sayang."

Syabila mengerjap, ia segera menjauhkan tubuhnya yang bergetar ketakutan. "Hiks..." Isaknya.

"Shutt, udah, jangan takut. Mas ga akan apa apain kamu, tenang."

"T-tapi tadi hiks..."

"Saya tidak sengaja, tadinya mau kasih tahu kamu, kalau kita belum sholat, lalu saya kembali kesini dan terjadilah seperti itu."

"Hiks...j-jangan kaya gitu la-lagi."

"Iya, tidak lagi, maaf ya."

"Ayo, kamu ganti pakaian dikamar mandi. Mas tunggu disini, kebetulan mas juga akan wudhu dulu kebawah, kamu wudhu ya kalau sudah selesai. Kita sholat bareng, mas wudhu dulu."

¤¤¤

Setelah sholat, keduanya kelantai bawah dan menuju ruang keluarga, disana sudah ada keluarga Gus El. Karena keluarga Syabila sudah pulang sejak acara selesai.

"Lama banget, el, ngapain dulu, nih?" Goda sepupu lelaki Gus El.

"Diam, Faiz." Ya, Faizka Abi Ghadir. Sepupu Gus El yang kerap disapa Gus Faiz, putra dari adik Kyai Jaenal, Kyai Mustofa.

"Peace, bang gus!" Ujar Gus Faiz.

"Rambutnya kok basah, bar?" Celetuk sepupunya  yang lain.

"Ya, kan, habis keramas, Al." Balas Gus El malas menatap sepupu dari Ummi nya itu, Aldian Ginanjar. Sering disapa dengan Aldi.

Ummi Fatimah memang bukan dari keluarga Kyai, maka sepupu Gus El yang dari sang Ummi tidak pernah ia panggil Gus. Tetapi, Aldi sering sekali memaksanya untuk memanggilnya dengan gelar 'Gus'.

Tetap saja ia turuti, waktu itu, Gus El memanggilnya dengan sebutan. "Gus Al! Kesini sebentar!" Tak lama Aldi menghampiri dengan raut wajah bahagia, dengan memeluk erat Gus El dan berjingkrak jingkrak. Membuat Gus El merinding, ia pun membacakannya do'a ayat kursi. Membuat sang empu kembali kesal.

"Memangnya abis ngapain, bang?"

"Mandi, lah, memangnya apalagi?" Ujar Gus El.

Aldi menghela nafas. "Terserah, el, pusing gue." Ucapnya.

"Bahasamu, Al." Tegur Gus El.

"Hehee, sorry, el. Gue ga terbiasa, biasanya dijakarta manggilnya kan gitu, lo-gue"

"Jangan dibiasakan, al. Lebih bagus memakai bahasa aku-kamu, karena itu lebih sopan, dan tidak bingung saat berbicara dengan yang lebih tua atau yang lebih muda."

Nahkoda Surgamu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang