"Ayo liburan Papa," Usul Kevan yang saat ini sedang di pangku Gio dia memang sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu.
"Kenapa tiba-tiba minta liburan Nak?" Ujar Gio heran setau dia anaknya ini jarang meminta sesuatu maka dari itu dia heran dengan alasan sang anak.
"Gapapa biar kumpul aja." Bukan hanya ngumpul saja sebenarnya. Alasan Kevan adalah dia ingin mendekatkan Kevin dengn keluarganya karena Kevan sadar hubungan keluarganya dengan kembarannya tak sebaik itu.
"Yaudah mau liburan kemana?" Tanya Gio lembut.
"Ke pantai."
"Oke nanti Papa siapkan yang lain mau kan?" Tanya Gio memastikan.
Mentari dan Areksa yang mendengar ucapan sang Papa hanya mengangguk sebagai tanda menyetujui.
"Jangan capek-capek ya tapi." Ujar Gina sambil mengusap pelan kepala Kevan.
"Oke Mama, ajak Kevin ya."
Mereka yang mendengar ucapan Kevan hanya terdiam bingung mau menjawab apa.
"Kok diem?" Ujar Kevan lagi merasa tidak ada jawaban dari mereka.
"Iya boleh sayang." Jawab Gio.
"Yaudah ayo istirahat," Ucap Gina sambil mengajak Kevan ke kamarnya.
Merasa Adiknya sudah istirahat Areksa dan Mentari memilih kembali ke kemarnya.
"Inget, jaga Kevan melebihi dirimu," Ujar Gio setela itu pergi meninggalkan Kevin sendiri.
***
"Kenapa Den nggak ikut ngumpul?" Tanya Bibik saat melihat Kevin hanya melihat keluarganya dari kejauhan. Dia memang di ajak liburan untuk membantu Gina jika kesusahan atau terjadi sesuatu.
"Gapapa Bi," Ujar Kevin pelan sambil melihat keluarganya yang saat ini sedang tersenyum bahagia disana.
Rasanya Kevin ingin sekali gabung, tapi tidak akan mungkin karena jika di gabung pasti tidak akan ada senyum bahagia yang ada hanya kecangguhan.
"Yaudah Bibik mau ke toilet dulu ya gapapa kan sendiri di sini." Ucap Bibik memastikan dia takut Majikanya merasa kesepian.
"Gapapa." Setelah mendengar jawaban sang Majikannya Bibik langsung bergegas-gegas mencari toilet.
Di banding sendiri disini, Kevin memilih pergi melihat pemandangan sekitar. Banyak orang yang dia lihat rata-rata bersama keluarganya sedang berlibur.
Mendekatkan diri ke air laut Kevin mendudukan dirinya di sekitar batu-batu.
"Vin kenapa disini?" Tanya Kevan tiba-tiba, dia memang sengaja pergi tanpa memberi tau karena melihat kembarannya tidak ada di sekitarnya akhirnya memilih mencarinya.
"Ngapain kamu disini?" Bukanya menjawab Kevin memilih menanyakan pertanyaan
"Cari kamu," Jawab jujur Kevan.
"Nggak penting mending balik sana," Ucap Kevin dengan suara tidak suka, dia hanya tidak ingin di salahkan lagi lagi pula pasti keluarganya tidak mengijinkan Kevan berkeliaran sendiri dan dia yakin saat ini Kevan pergi tanpa ijin.
"Kok gitu si," Bukannya menurut Kevan memilih duduk di samping Kevin.
"Vin kamu tau." Kata tiba-tiba Kevan.
"Punya penyakit itu nggak enak Vin, harus nahan sakit tengah malam dan bisa aja sampek pingsan karena ga kuat nahan rasa sakitnya. Kalau boleh jujur aku pingin hidup normal kek kamu kemana - mana tanpa perlu mikir bakal ngerepotin orang kalau jatuh atau pingsan." Lanjut Kevan pelan, sambil memandang laut di depannya. Jika boleh jujur Kevan lelah dengan penyakitnya di selalu merasakan sakit saat penyakit itu kambuh.
"Punya penyakit emang nggak enak, tapi lebih nggak enak nggak pernah di hargai sekali buat kesalahan di marahin habis-habisan Van."
"Punya penyakit emang nyakitin, tapi Van pernah nggak si kamu ngerasa sakit hati waktu liat Papa marah ke kamu apalagi bentak kamu, tapi kamu cuman bisa diem karena tau buat ngomong ataupun bela diri aja pasti nggak akan ada kesempatan."
"Van disini yang capek nggak kamu aja, aku juga ngerasain capeknya jika di suruh milih aku lebih suka capek fisik di banding capek hati." Lanjut Kevin masih memandang ke depan tanpa menoleh kearah Kevan.
***
"Kenapa kamu bawa Kevan sama kamu?" Bentak Gio merasa marah, dia panik di buat anaknya tidak ada ternyata bersama orang di depannya ini.
"Kevin nggak bawa Kevan Pa, Kevan sendiri yang nyamperin Kevin." Ujar pelan Kevin.
"Alasan, kamu tau kan saya kasih kepercayaan buat kamu jaga Kevan tapi bukan gini caranya cukup jaga dia dari jauh."
"Iya Pa maaf,"
"Selalu saja maaf, berapa kali saya mendengar perkataan maaf dari mu sialan. Terserah kamu mau ngelakuin apa saja asal jangan libatkan Kevan di dalam hidup mu karena Kevan sudah cukup menderita dengan penyakitnya jangan kamu tambah beban penderitaanya." Teriak Gio dengan nada kemarahannya.
"Iya Pa maaf, jangan teriak di lihat banyak orang." Ujar sekali lagi Kevin, bukan apa malu saja di marahin di depan umum. Papanya boleh memarahi dia sepuasnya asal jangan di depan umum.
"Biarin, biarin mereka tau kalau saya punya anak tidak berguna sama sekali, stop merasa tersakiti, dan stop menjadi beban untuk saya." Setelah mengatakan itu Gio pergi membawa Kevan dalam gedonganya tak lupa di ikuti keluarga yang sedari tadi diem melihat Kevin di marahin.
"Baru juga bilang udah ngerasain aja." Ucap Kevin sambil berjalan menjauhi kerumunan.
"Maaf Vin, aku pengecut nggak bisa belahin kamu dan cuman diem aja aku takut sama kemarahan Papa." Batin Kevan memandang Kevin dari kejauhan.
"Padahal aku ingin kita bisa bersama-sama nyata sulit sekali mendekatkan kamu ke keluarga kita Vin." Lanjut Kevan dalam hati.
***
segini aja ya kawan, soalnya nnti part² selanjutnya ga aku publis, mungkin cuman di draf and ini part terakhir aku...
walaupun part terakhir janlup vote ya jangan part satu doang yang di vote yg lain enggak ttp vote oke..☆☆☆
gaes maaf jelek, pasti mikirnya kok latarnya di rumah mulu, terus kok gada org bru sudut keluarga mulu yang di liatin, sory yaa aku emg gada ide makanya ga ku lanjutin, bakal ku lanjutin kalau uda ada ide and pd. Sebenernya uda kepikiran end nya cuman buat ngelanjutin ke bab selanjutnya kek nya agak susah. Oke itu aja byee sayonaraaa
Makasi udah mau baca sama vote...
Jumpa lagi di hari waktu ga males publis...
😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (END)
Teen Fiction"Jadi gini rasanya jadi anak kandung, tapi di anak tirikan." Kevin. "Sampai kapan kamu mau ngehindar terus Vin? aku pingin deket sama kamu, pingin ngenal kamu lebih jauh," Kevan. Mereka kembar akan tetapi Kevan dan Kevin itu beda... Kevan yang sela...