31 - Orang Ketiga

3 0 0
                                    

Pukul sembilan pagi. Suki akhirnya sampai di rumahnya setelah dijemput Nanba di rumah Izaki pukul delapan tadi. Sebelum turun dari mobil, ia menyempatkan diri merapihkan rambutnya. Tak lupa ia membawa tumpukan buku yang sudah disiapkan Izaki sebelumnya sebagai alibi ia 'menginap'.

Suki bergegas turun sembari menghela nafas. Mempersiapkan diri jika ia berpapasan dengan ayahnya nanti. Dan sepertinya ayahnya sedang berada di ruang kerjanya jika dilihat dari mobilnya yang masih terparkir di garasi. Artinya kecil kemungkinan ia berpapasan dengan ayahnya tapi tetap saja ia harus berjaga - jaga.

Suki memasuki rumah dengan langkah sesantai mungkin agar ayahnya tak curiga nanti. Dan ternyata tebakannya meleset. Ayahnya tidak sedang berada di ruang kerja melainkan di ruang makan keluarganya. Ayahnya tengah sarapan di kursinya yang biasa sembari melihat ipad nya

"Selamat pagi otousan." Sapa Suki.

"Dari mana saja kau?"

"Oh.. aku menginap di rumah bibi Shizune semalam mengerjakan tugas dengan Izaki. Maaf aku lupa mengabari  ayah."

"Tugas apa?" Tanya Ayahnya tanpa melihat Suki.

"Biologi. Kebetulan kami sekelompok. Kami membuat jurnal."

"Bisa ayah lihat?"

"Ah.. jurnal yang sudah jadi ada di rumah Izaki." Suki beralasan.

Sato hanya menaruh kedua tangannya di atas meja makan sembari menatap Suki seolah memikirkan sesuatu. Suki hanya bisa berharap ayahnya percaya kebohongannya.

"Syukurlah kau bisa mengerjakan sesuatu yang serius kali ini. Tidak seperti latihan drama kemarin, buang - buang waktu" Ujar Sato singkat sembari melanjutkan makannya. Suki hanya tersenyum miris. Kesukaannya pada hal yang berbau seni tak pernah mendapat apresiasi dari ayahnya. Bahkan ia lebih sering mendapat celaan.

"Kalau begitu aku mau mandi dulu. Maaf tidak ayah menemani sarapan karena bibi mengajakku sarapan di sana."

Suki pun berpamitan pada ayahnya dan bergegas menuju kamarnya. Sesampainya di kamar Suki hanya bisa menghela nafas panjang. Bukan karena lelah atau sakit hati karna itu sudah biasa. Ia hanya tidak bisa merasa lega karena kadang pemikiran ayahnya sangat tidak bisa ditebak. Dan sepertinya kali ini pun sama.

Suki berjalan menuju arah tempat tidur kemudian segera membaringkan tubuhnya. Namun saat menengok ke arah nakas, ia melihat ponselnya yang tertinggal di kamar Ayano.

Suki pun bangkit dan meraih ponselnya. Ternyata di bawahnya ada sebuah catatan

Maaf
Aku sungguh tidak bermaksud untuk mempermainkanmu..

Suki mematung membaca catatan Ryuma. Entah ia harus bersikap bagaimana sekarang. Ia tidak lagi merasa sedih. Juga tidak merasa kesal pada Ryuma. Seolah kesedihannya menguap begitu saja sejak ia melihat matahari terbit tadi pagi.

Ia pun kemudian menyimpan catatan Ryuma di laci nakas. Kemudian ia membuka ponselnya, mengabari Izaki kemudian memutuskan untuk tidur karna sejujurnya badannya terasa sedikit kaku.

*****

Senin pagi. Seperti biasa setelah upacara siswa diberikan waktu sepuluh menit untuk mendinginkan diri. Kesempatan ini dimanfaatkan Izaki untuk menyeret Suki ke rooftop. Setelah sampai, Izaki pun segera mengunci pintu.

"Kenapa harus dikunci?" Tanya Suki heran.

"Agar tidak ada yang kemari. Apalagi mencuri dengar." Ujar Izaki serius

"Jadi, bagaimana ceritanya. Kau sudah berjanji akan mengatakan semuanya." Tuntut Izaki tak sabar.

Suki berjalan ke arah pembatas dan menatap langit di hadapannya.

Sorry For Telling You LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang