13 - Pembuktian

10 2 0
                                    

"Oke! Jadi kita putuskan bahwa cerita yang akan kita tampilkan adalah Swan Lake. Dimana Kenta akan berperan sebagai Siegfried, Yura sebagai Odet, Hana sebagai Odeil, Aika sebagai Ibu Ratu, Izaki sebagai pengawal, Gin sebagai Ayah Odet, Koto sebagai tupai dan Shirikawa sebagai kelinci." Okai sensei kembali menyebutkan daftar pemain.

"Lalu Suki dan Kiyora bertugas memainkan piano dan biola, tolong akur kali ini" Okai sensei menatap kedua orang di depannya penuh arti kemudian kembali melihat catatannya.

"Yuuji, kau bantu mereka berdua di bagian efek. Sekaligus sebagai wasit" ujar Okai sensei yang dijawab setuju Yuuji.

"Moe kau penanggung jawab koreografi di timmu"

"Futarou kau persiapan properti dengan sisa murid yang tidak ikut ambil bagian peran, musik atau tari. Paham semuanya?!" tanya Okai sensei sekaligus menyemangati.

"Ya sensei" jawab mereka serempak

"Semoga semuanya semangat latihan! Dan Ayumi, untuk pertama kalinya dalam hidupku kau kuangkat sebagai asistenku karena bakat senimu sangat luar biasa sehingga sampai tidak cocok di divisi mana pun" Okai sensei menggeleng pelan sementara Ayumi hanya meringis karena perkataan senseinya yang sangat bertolak belakang.

"Dan asisten, tolong secepatnya kau susun naskah drama ini agar minggu depan kita bisa latihan" ujar Okai sensei kepada Ayumi.

"Baik sensei. Akan aku usahakan" Ayumi mengangguk mantap. Meski ia sangat nol besar di bidang seni maupun olahraga, setidaknya ia akan menjadi 'setan' jika sudah menyangkut dunia tulis menulis. Sebutan yang diberikan oleh Suki karena ia bagai hantu yang tidak terlihat dan tidak pernah menyahut jika sedang asik di depan laptopnya. Atau ia akan mendelik tajam jika aktifitas membacanya terganggu.

"Baiklah kalau begitu pelajaran kita akhiri sampai disini karena sebentar lagi bel akan berbunyi." Okai sensei merapikan barangnya dan bersiap untuk meninggalkan ruangan.

"Semuanya bekerja kerasla!!" Okai sensei membungkuk meminta bantuan ke arah muridnya yang dijawab anggukan semuanya.

Tidak lama sepeninggal Okai sensei dari kelas 3E, akhirnya bel pulang pun berbunyi. Beberapa murid merapikan meja mereka dan memasukkan barang bawaan mereka yang berserak ke dalam tas. Suki membuka ponselnya, siapa tahu ada email masuk dari para tutornya mengingat akhir pekan kemarin ia berlibur. Sudah pasti minggu ini ia akan mendapat tugas lebih banyak.

Digulirkannya tangannya ke kotak pesan namun tak ada pesan apapun tutornya sedang baik hati rupanya. Kemudian ia membuka catatan di ponselnya. Nampak satu catatan yang berisi pengingat untuk membayar hutang belanja perlengkapan kemah kemarin.

Suki menyenderkan  tubuhnya ke kursi. Dan dengan segera ia memberi tahu Nanba untuk menjemputnya setengah jam lebih lama karena ia akan menunggu di sekolah terlebih dahulu. Karena sepertinya orang itu seumuran dengan Suki yang bisa jadi ia masih bersekolah. Karena sudah pasti ia pun memerlukan waktu bersiap untuk menuju toko.

"Suki..." panggil Moe pelan. Suki hanya menoleh tanpa membalas apapun.

"Emh, kau tak apa?" tanya Moe kembali dengan penuh keraguan.

Suki menatap Moe sejenak, kemudian ia mengalihkan pandangan ke arah Aika dan Ayumi yang juga sama khawatirnya. Sejak kejadian tadi memang Suki belum berbicara sama sekali dengan ketiga sahabatnya. Menghindar? Tentu saja tidak. Lebih tepatnya ia hanya malas bersuara mungkin.

"Kau bisa cerita jika kau mau. Dan kau tau, kami tidak seperti itu"

"Kami tidak peduli siapa dirimu. Kau adalah Tatsuki teman kami, tak peduli siapa nama keluargamu

Suki hanya menyunggingkan setengah senyumnya. Ia tidak menangkap kebohongan dari ucapan Aika, Ayumi ataupun Moe. Tapi entah kenapa ia seolah terpengaruh oleh ucapan Ryuma. Ia tidak menganggap mereka bohong apalagi memanfaatkannya. Sama sekali tidak. Karena nyatanya mereka tidak pernah meminta, Sukilah yang memberi. Hanya saja mungkin karena mereka terlebih dulu mengenal dirinya sebagai Hinno Tatsuki dibanding 'hanya' seorang Suki sehingga mereka bersikap baik seperti itu. Jujur ia penasaran, bagaimana jadinya jika mereka berteman dengan dirinya tanpa mengetahui asal - usul keluarganya. Akankah semuanya masih sama?

Sorry For Telling You LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang