33 - Paris

1 0 0
                                    

Sepulang sekolah Suki berencana langsung kembali ke rumah. Ia menyandarkan badannya dengan lemas di kursi penumpang. Hari ini ia merasa sangat lelah karena pelajaran olah raga di mana ia berlari sejauh dua putaran (padahal seharusnya tiga). Plus dia baru saja ulangan fisika di jam terakhir sehingga otaknya terasa terbakar. Nyatanya Suki dengan kegiatan fisik dan kumpulan rumus adalah perpaduan yang tidak serasi sama sekali.

Ponsel Suki berdenting menandakan ada sebuah pesan masuk. Ternyata dari Daichi. Laki - laki itu baru membalas pesannya setelah satu minggu. Bravo! Laki - laki ini terlalu berbakat untuk membuat kesal seorang Hinno.

From : Daichi
Maaf aku baru sempat membalas pesanmu. Adikku menyembunyikan ponselku beberapa hari ini.
Aku sudah kembali bekerja sore ini. Kau tidak perlu khawatir.

Suki membaca pesan Daichi beberapa kali. Kemarin ia memang bertanya apakah Daichi sakit karna Izaki mengatakan itu kemarin. Dan syukurlah laki - laki itu sudah kembali bekerja sekarang yang berarti dia memang sudah sehat.

Suki kemudian membuka salah satu retsleting tasnya. Ia masih menyimpan beberapa vitamin yang ia beli tempo hari saat hendak menjenguk Daichi. Awalnya ia ingin membeli buah, namun karna ia sendiri masih ragu apakah ia sebaiknya menjenguk Daichi atau tidak, jadi ia memutuskan untuk membeli vitamin saja. Karna buah - buahan tidak akan bertahan lama, berbeda dengan vitamin. Dan terbukti bahwa ia baru bisa memberikan ini lima hari kemudian.

"Nanba, bisakah aku mampir ke toko perlengkapan kemah waktu itu?" Tanya Suki kepada Nanba.

"Baik ojou. Tapi saya sarankan jangan terlalu lama karna Tuan Hinno ada di rumah."

"Tentu. Oh ya, seperti biasa kau parkir agak jauh dari toko ya" pinta Suki. Nanba hanya mengangguk tak ingin mencampuri urusan Suki seperti biasa dan kembali fokus ke jalanan.

Setelah memasuki kawasan Namba, Nanba parkir sejauh satu blok dari toko yang Suki maksud. Suki pun bergegas turun dari mobil dan berjalan gontai menyusuri deretan pertokoan di sana. Seperti biasa kawasan ini cukup ramai karna lumayan dekat dengan Dottonbori.

Suki melihat beberapa kedai yang menjual berbagai macam makanan di sana. Baunya sangat harum dan membangkitkan cacing - cacing di perut Suki namun ia tidak bisa singgah terlebih dahulu karena ia harus segera menyerahkan paperbag di tangannya lalu pulang sebelum ketahuan ayahnya. Suki hanya bisa menelan ludah saat ia melihat shortcake aneka rasa yang dipajang di etalase. Tahu begini ia harusnya berjalan lebih cepat saja sejak tadi.

Suki pun dengan segera mempercepat langkahnya untuk menghindari panggilan dari bakery di belakangnya. Namun setelah sampai di depan toko tempat Daichi bekerja ia malah bergeming. Ia melihat ada beberapa siswi SMA tengah mengantri di depan kasir yang dijaga Daichi sembari membawa beberapa benda tidak penting seperti kaus kaki olah raga juga beanie. Hampir semua gadis itu menatap genit ke arah Daichi, beberapa ada juga yang mengajaknya mengobrol namun hanya dibalas dengan balasan formal dan ucapan terimakasih karna sudah berbelanja di toko.

Setelah semua gadis itu meninggalkan toko, barulah Suki memutuskan untuk masuk. Dengan segera ia menuju ke arah kasir dan meletakkan paperbag bawaannya di atas meja. Daichi yang tengah menyusun display di belakang kasir menoleh begitu mendengar bunyi gemerisik kertas di belakangnya. Dan seperti biasa wajah datar laki - laki itulah yang menyambut Suki.

"Aku ke sini hanya ingin memberikan ini." Ujar Suki sembari mendorong paperbag yang berisikan obat - obatan ke arah Daichi. Daichi pun meraih paperbag tersebut dan melihat isinya.

"Apa ini?" Tanyanya bingung.

"Vitamin, dan beberapa benda yang mungkin dapat membantumu saat sakit."

"Aku sudah sembuh." Ujar Daichi, dan memang begitu kenyataannya.

Sorry For Telling You LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang