SUGAR MUFFIN'S | 01

916 44 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Masih sangat jelas dalam ingatan Abel dulu saat ia masih belum menjadi apa-apa ada banyak orang yang meremehkan dirinya didunia ini, bahkan keluarga nya pun ikut meremehkan Abel. Rasanya sakit sekali ketika mengingat bagaimana perlakuan buruk mereka pada dirinya.

Sampai dititik dimana Abel akhirnya sukses berkat dirinya sendiri. Sebelum mencapai kesuksesan yang sekarang Abel pernah merelakan mengubur cita-citanya yang sudah ia persiapkan sejak kecil dengan alasan ekonomi keluarga.

Saat itu rasanya bohong jika Abel tidak iri melihat teman-teman sebayanya berkuliah di kampus impian dan jurusan impian, bertahun-tahun Abel mencoba move on dari rasa inginnya untuk berkuliah. Tapi tetap saja ada yang ada yang menghina dan meremehkan dirinya terkhusus dari kalangan keluarga- entah dari pihak Mama ataupun Papa.

Abel waktu itu diremehkan dan dicaci habis-habisan, apapun yang Abel lakukan rasa-rasanya selalu salah dimata mereka. Bahkan ketika Abel berdoa agar menjadi orang kaya pun tetap salah dimata mereka, karena menurut mereka doa orang yang tidak berpendidikkan seperti Abel tidak akan pernah terkabul.

Tapi percaya atau tidak, tuhan itu baik. Tuhan itu tidak tidur, tuhan selalu mendengarkan doa hambanya, jadi seberat apapun cobaan yang diberikan oleh tuhan kepada manusia pasti akan ada balasannya dan Abel percaya itu.

Seperti sekarang, doa Abel beberapa tahun lalu saat masih remaja, sudah hampir terkabul semua dan Abel sangat bersyukur akan hal itu.

"Iya kabar aku baik-baik aja, aku lagi dihalte bentar lagi pulang kok."Abel menyahuti telpon dari seseorang diseberang sama.

Mata Abel tidak bisa diam, meskipun saling berbicara dengan seseorang dari telpon, ia tetap melihat kesekitar dan jalan raya. Bahkan Abel sempat membatin saat melihat seorang anak laki-laki berseragam SMA tengah menyebrangi jalan- That boy is so handsome, Abel thought to herself.

Anak laki-laki itu ternyata sama seperti Abel menunggu bus selanjutnya, bahkan dia menundudukkan diri disebelah Abel dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Sayang sekali, padahal dia tampan tapi tidak bisa menunjukkan wajah ramah walaupun pada orang yang tidak dikenal.

"Please deh, kenapa sih selalu nanyain aku kapan nikah? Aku masih masih muda."kata Abel mulai menyahuti dengan sebal.

"Jaman udah berkembang, Ma. Nikah bukan lagi tujuan utama selama kita bisa sukses dan bisa mencukupi hidup sendiri aja udah cukup kok. Contohnya Mama liat aja Prilly dia udah cukup umur bahkan lebih tua daripada Kakak, tapi belum nikah kok. Ingat Ma nikah bukan cuma buat setahun atau dua tahun, tapi semumur hidup."Abel malah berakhir seperti menasehati Mamanya.

"Ah udah lah Ma, daripada aku berdosa karena nyautin omongan Mama terus mending aku tutup telponnya sekarang."Abel benar-benar menutup telpon dari Mamanya, bahkan mood nya sekarang seketika hancur dan juga dari gerak-geriknya Abel sangat kesal pada saat membuka tas kecil miliknya untuk memasukkan ponselnya kedalam sana.

𝗝𝗔𝗘𝗪𝗜𝗡 : 𝗦𝗨𝗚𝗔𝗥 𝗠𝗨𝗙𝗙𝗜𝗡'𝗦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang