SUGAR MUFFIN'S | 19

201 22 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Saat ini Abel dan Javier tengah dalam perjalanan pulang menuju ke apartemen, sedari tadi Abel melihat pemandangan luar— macetnya jalan raya saat menjelang maghrib ketika semua aktifitas yang melelahkan seharian ini akhirnya usai.

Lagu sorai dari Nadin Amizah terputar begitu merdu memenuhi ruang mobil, Abel memalingkan wajahnya menatap Javier yang tengah fokus menyetir. Tangan Abel terulur meraih satu tangan Javier yang tergelatak diatas paha Javier sendiri.

Betapa teduhnya wajah laki-laki itu, dengan lesung pipi yang selalu menghiasi ketika dia tersenyum dan tertawa. Kulitnya yang berwarna putih, dan bibir ranumnya yang berwarna merah muda alami, rambut tebal berwarna cokelat, alis tebal, tubuh yang berotot dan berotak cerdas sudah menandakan betapa sempurnanya Javier.

Selain itu tidak bisa dipungkiri kalau Abel merasa jauh lebih baik, merasa satu bebannya terangkat setelah bercerita pada Javier. Abel berharap Javier menepati janjinya sampai akhir, bersama dengan Abel dan tidak akan pernah meninggalkan Abel dalam kondisi apapun.

“Terima kasih, Javier.”kata Abel lalu mengecup punggung telapak tangan Javier.

Javier hampir menarik tangannya ketika Abel tiba-tiba mengecup punggung telapaknya, namun gagal ketika Abel tetap menahan tangannya untuk tetap berada digenggaman Abel.”Kaget ya? Maaf, aku sekarang lagi ngerasa bersyukur banget bisa kenal kamu.”

It's not your fault, it's true i was just a little surprised. Seharusnya aku yang ngerasa bersyukur bisa kenal kamu hari itu, kalau aja aku enggak kenal sama kamu enggak tahu deh gimana nasib aku sekarang.”tutur Javier sambil terseyum dan kembali fokus menyetir, karena sebentar lagi mereka akan sampai di apartemen.

***

Sesampainya diapartemen setelah membersihkan diri, Abel langsung keluar dari kamarnya menuju dapur. Rencananya sekarang Abel ingin membuat tiramisu cake, sebuah dessert yang bercita rasa coffee, manis dan gurih secara bersamaan.

Abel itu sebenarnya tipe seseorang yang menyukai coffee tapi bukan sejenis coffee pahit, karena Abel lebih cenderung menyukai coffee manis yang biasanya bercampur susu dan sebagainya. Awal mula Abel menyukai coffee saat masih duduk dibangku SMP, diam-diam meminum coffee instant yang memang selalu disimpan oleh orang tuanya hingga kecanduan sampai sekarang.

Sebagian orang mungkin mengatakan bahwa minum coffee itu buruk untuk kesehatan, memang benar adanya begitu. Tapi lain lagi dengan Abel, jika dirinya merasa stress selain merokok terkadang Abel selalu mengalihkan rasa stress itu dengan coffee sehingga Abel tidak perlu merasa pusing dan berakhir akan tertidur dengan pulas dikamarnya.

“Lagi mau buat apa?”

Abel menegakkam tubuhnya karena tadi membungkuk untuk mengambil beberapa bahan dilaci meja bawah.”Mau bikin tiramisu cake, kamu suka kan?”tanya Abel sedikit tidak fokus karena Javier sekarang bertelanjang dada, hanya menggunakan boxer untuk menutupi bagian bawahnya.

“Suka, asal jangan cokelat.”

“Tapikan bahan dasar tiramisu cake selain coffee itu cokelat, atau batalin aja aku bikin tiramisu cake nya?”

“Eh jangan.”Javier langsung menahan pergerakan Abel, ketika Abel ingin kembali memasukkan bahan-bahan tiramisu cake kedalam laci.”Aku suka kok, asal cokelatnya jangan berlebihan.”kata Javier mengkoreksi, karena ia tidak ingin Abel membatalkan sesusuatu hanya karena dirinya sekarang.

“Alasan enggak suka cokelat kenapa?”Abel bertanya penasaran.

“Sebenarnya bukan enggak suka, cuman menghindari karena menurutku makan cokelat terlalu berlebihan rasanya malah kayak lagi makan kayu.”

”Emangnya kamu pernah makan kayu kah?”

“Enggak itu cuman ibaratnya karena kamu suka jadinya aku ngehargain apa yang kamu suka, kamu bebas mau bikin tiramisu cake sekarang bakalan aku makan kok nanti.”

***

Abel berdecak kesal bagaimana tidak kesal sedari tadi Javier terus mengikuti pergerakannya kesana-kemari, belum lagi Javier yang selalu menempelkan tubuhnya pada Abel justru membuat Abel kehilangan fokusnya karena merasakan delapan kotak tersusun rapi yang ada diatas perut Javier.

“Anjing!”akhirnya misuhan itu keluar juga dari mulut Abel sambil sedikit membanting loyang yang berisi tiramisu cake.”Bisa enggak sih jauh-jauh dulu?”

Bukannya langsung menuruti Javier malah semakin merapatkan tubuhnya, dengan tangan yang ia lingkarkan diperut Abel dan juga wajahnya yang ia telusupkan di ceruk leher Abel.”Kenapa tiba-tiba misuh kayak gitu?”tanya Javier dengan suara deep nya, yang langsung membuat Abel merinding seketika saat mendengarnya.

“Ngeganggu aku!”

“Kapan aku ngegangguin kamu, dari tadi cuman diem begini disebut ganggu gimana kalau aku beneran gangguin?”Javier menjawil ujung dagu Abel.

“Kamu emang enggak ada gangguin yang gimana-gimana, masalahnya kamu tu enggak pakai baju cuman boxer-an begitu. Aku jadinya enggak fokus, mana dari tadi nempel-nempel terus dibelakang aku.”

“Iya-iya aku enggak ganggu kamu lagi, sekarang aku mau pergi ke balkon. Nanti kalau tiramisu cake nya udah selesai, kita makan dibalkon, ya.”

Setelah kepergian Javier menuju balkon akhirnya Abel bisa berngerak dengan leluasa, sekarang waktunya untuk Abel mengambil pisau, piring kecil dan juga garpu. Ketika semuanya telah lengkap, Abel memotong beberapa bagian tiramisu cake lalu meletakkan kedalam piring kecil dan kemudian menaruh piring itu diatas nampan beserta garpu dan juga minuman.

Dapat Abel lihat bahwa Javier tengah duduk dikursi balkon dengan mata yang terpejam, sialnya lagi alih-alih fokus pada Javier— Abel justru melihat kearah lain. Lebih tepatnya jalan raya dibawah sana dan gedung-gedung tinggi yang penuh dengan gemerlap cahaya lampu untuk penerangan disaat malam hari.

Beautiful scenery.”ucap Abel seraya menaruh nampan itu diatas meja, lalu mendudukkan dirinya disebelah Javier.

“Lebih indah mana sama pemandangan yang kamu lihat sekarang?”Javier tiba-tiba menyahuti ucapan Abel.

“Hah, maksudnya?”

“Lebih indah mana, aku atau cahaya-cahaya lampu itu?”ulang Javier bertanya dengan bibir yang menyeringai, menggoda Abel.

“Mulai deh kepedean.”cibir Abel lalu menyodorkan satu piring kecil berisi tiramisu cake itu ke Javier.

“Suapin dong, Muffin.”

“Manja banget sih,”kata Abel sambil mencubit sebelah pipi Javier gemas.

Javier tertawa geli sebagai tanggapan ketika Abel mencubit dan menyebut dirinya manja, sehabis itu Abel benar-benar menyuapkan satu suap tiramisu cake ke Javier.

“Vier...”

Javier seketika memincingkan matanya tak suka dengan mulut yang masih mengunyah tiramisu cake.”Apa sih manggil-manggil Vier gitu.”

“Temen-temen kamu manggil kamu Vier, kenapa enggak aku enggak boleh?”protes Abel ketika Javier tidak suka mengenai panggilannya pada laki-laki itu.

“Karena kamu special, beda dari yang lainnya. Lagian udah bagus kok kamu manggil aku Javi daripada Vier pasaran.”

[.]

Dih Javier, udah ngomong special aja lagian apa coba maksudnya begitu wkwkw.

Sampai ketemu beberapa hari lagi!

𝗝𝗔𝗘𝗪𝗜𝗡 : 𝗦𝗨𝗚𝗔𝗥 𝗠𝗨𝗙𝗙𝗜𝗡'𝗦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang