SUGAR MUFFIN'S | 27

181 16 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Javier menyisir rambut sebahu milik Abel dari samping menggunakan jari tangannya, mereka berdua masih duduk diatas bangku meja rias atau lebih tepatnya Abel duduk diatas pangkuan Javier. “You are beautiful, you are kind and considerate to those closest to you. Don't be sad, don't be too attached to the pain of your past because you are not alone now. You know that right? You can make me a place for your complaints and a place to come home to when you are not okay.”

( Kamu cantik, kamu baik hati dan perhatian kepada orang-orang terdekatmu. Jangan bersedih, jangan terlalu terikat dengan kepedihan masa lalumu karena kamu tidak sendiri sekarang. Kamu tahu itu kan? Kamu bisa menjadikanku tempat untuk keluh kesahmu dan tempat pulang ketika kamu sedang tidak baik-baik saja. )

Mendengar ucapan Javier seketika membuat Abel benar-benar sulit menampung air matanya, yang sedari tadi ia tahan. “Thank you Javier, for making me better than before.”balas Abel dengan suara yang bergetar hebat karena air mata yang perlahan jatuh membasahi pipinya.”Makasih juga karena mau jadi pendengar yang baik buat aku, kalau aku enggak ketemu kamu mungkin aku enggak akan pernah berubah dan stuck disana.”

Don't cry and be sad, Muffin. Kamu enggak perlu berterima kasih karena kita bisa sama-sama saling melengkapi.”tutur Javier sambil mengusap air mata Abel.”Makasih juga karena udah nganggep aku jadi pendengar yang baik buat kamu, walaupun kamu tahu bahwa aku masih terlalu banyak kurangnya buat sekedar kata good listener buat kamu karena aku enggak pintar ngerangkai kata-kata buat nanggepin cerita kamu. Tapi kamu tahu, kan, kalau misalkan aku selalu ada buat kamu dan akan selalu jadi tempat kamu berpulang ketika kamu lagi enggak baik-baik aja.”

“Aku tahu, Javier. Makanya aku pengen  sembuh dan nerima semua takdir yang udah jadi bagian dari hidupku, karena aku enggak mau terus-terusan ngelihat masalalu, rasa sakit dan juga terjebak trust issue. Semoga ada hal-hal baik kedepannya, dan aku berharap kamu pegang janji kamu buat enggak ninggalin aku  sekalipun dalam kondisi terburuk.”

***

Abel menutup mulutnya sendiri ketika rasa kantuk mulai menyerang dirinya, saat ini Abel baru saja keluar dari apartemen dan akan kembali lagi ke apartemen karena ia baru saja selesai membeli bubur ayam yang tak jauh dari warung sate ayam saat itu. Abel yakin sekali sebenatar lagi matahari akan keluar dari persembunyiannya, kira-kira Javier sudah bangun atau belum, ya?

Jika sudah bangun Abel yakin sekali pasti Javier tengah mencari dirinya, apalagi sekarang Abel sama sekali tidak membawa ponsel atau kalaupun belum bangun, setelah ini Javier harus segera bangun karena laki-laki itu harus berangkat kesekolah. Lima menit setelah itu akhirnya Abel sampai di apartemen lalu naik menggunakan lift, begitu Abel membuka pintu apartemen tangannya langsung ditarik dan juga didorong kedinding.

Javier mendorong pundak Abel hingga punggung wanita itu menempel pada dinding, setelahnya tangannya berpindah padah tengkuk Abel. Melumat kasar bibir Abel sebelum Abel mengeluarkan suaranya, ciuman Javier pada Abel saat ini benar-benar berantakan tidak berpola. Bahkan tanpa sadar Abel melepaskan kantong kresek yang berisi bungkus bubur ayam itu kelantai, dan mulai mengimbangi ciuman Javier sehingga kedua belah bibir mereka saling melumat rakus.

Terhitung sudah empat menit sejak mereka berciuman, nafas Abel mulai terengah-engah. Memukul pundak Javier, memaksa agar laki-laki itu berhenti nyatanya tak kunjung berhenti untuk melumat bibirnya, satu-satunya cara agar Javier menyudahi ciumannya pada Abel adalah dengan cara mengigit bibir laki-laki itu kuat dan benar saja setelahnya Javier langsung menjauhkah wajahnya dengan teriakan kesal karena merasa sakit.

This hurts, Muffin.”ujar Javier sambil meringis merasakan bibir bawahnya yang tergores.

( Ini menyakitkan, Muffin. )

I’m sorry, kamu sih aku suruh berhenti tapi enggak berhenti juga.”balas Abel mendekati Javier mengarahkan jari tangannya pada bibir Javier yang tergores karena gigitannya tadi.

“Aku kesel banget sama kamu!”ungkap Javier ingin mengangkat Abel kedalam gendongannya namun Abel menjauh, karena mengambil kantong kresek yang berisi bubur ayam tadi.”Keluar rumah enggak bilang-bilang, mana enggak bawa hp lagi.”

“Aku beli bubur ayam bentar doang, buat kita sarapan. Lagian enggak jauh-jauh banget dari sini.”

“Iya, aku tahu memang enggak jauh dari sini, masalahnya kamu enggak bilang-bilang perginya, mana subuh banget lagi. Udah gitu enggak bawa hp, kalau ada orang yang niat jahat ke kamu gimana?”

Abel terkekeh, Javier selalu seperti ini. Khawatir berlebihan padanya, padahal tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena Abel sudah dewasa, bisa menjaga diri sendiri. “Tenang, enggak ada orang yang punya niat jahat, kok. Lagipula lingkungan disini aman, makanya aku berani pergi sendiri.”

“Seaman-amannya lingkungan disini, kita enggak pernah tahu akan ada hal apa yang bakalan terjadi. Jadi jangan sepelein keselamatan kamu sendiri, aku enggak suka kamu keluar sendirian apalagi di jam-jam rawan, kamu itu perempuan, Abel.”

“Iya, Maaf, aku enggak akan ngulangin lagi. Jangan marah-marah lagi, ya.”

***

“Javierrrrrrrrrrrrrrrrr.”

Javier membungkukkan badannya dengan kedua tangan yang secara refleks menutup telinga, ketika suara melengking seperti seseorang terjepit tengah memanggil namanya. Seseorang itu adalah seorang perempuan dengan rambut gelombang sepinggang, wajah tembem, kulit putih dan bertubuh pendek itu menghampiri Javier yang baru saja keluar dari ruang guru karena mengurus sesuatu.

Javier do you miss me?”tanya perempuan itu mendekati Javier, dan yang lebih parahnya lagi dia ingin memeluk Javier namun dengan segera Javier mendorong perempuan itu menjauh sebelum dia berhasil memeluk Javier.

“Hah, lo siapa?”Javier bertanya balik dengan kening yang mengerut kebingungan.

“Calon masa depan kamu!”ujarnya bangga dan percaya diri setinggi langit.

“Orang gila.”balas Javier setelahnya membalikkan tubuhnya ingin segera pergi dari sana karena malas untuk berinteraksi lebih jauh lagi dengan perempuan yang ada didepannya.

“Ih Javier! Jangan tinggalin aku dong! Atau kamu lupa sama aku, iyakannn, ngaku?”katanya sambil mengejar Javier, lalu berdiri didepan Javier dan juga merentangkan tangannya guna menghalangi Javier.

“Gue enggak lupa sama lo, lebih tepatnya kita enggak pernah kenal sebelumnya. Jadi jangan sok kenal apalagi sok dekat.”

Perempuan itu mengerucutkan bibirnya sok imut seolah-olah Javier akan terpesona saat Javier membalas ucapannya dengan ketus, nyatanya Javier sama sekali tidak tertarik apalagi terpesona. “Kalau kamu lupa sama aku, biar aku ingetin lagi, ya. Aku cewek yang enggak sengaja ketemu sama kamu waktu di warung sate ayam malam itu, yang minta nomor whatsApp kamu. Pasti kamu udah ingat, kan? Nama ak—“

Belum sempat perempuan itu melanjutkan ucapannya, Javier terlebih dahulu meninggalkannya. Javier malas untuk mendengarkan suara seseorang yang tidak Javier sukai, apalagi seseorang yang tidak berkepentingan dalam hidup Javier.

[.]

Semoga kalian enggak bingung sama alur cerita ini kedepannya 😔

Akhir-akhir ini aku agak sibuk di real life, bab ini juga baru selesai sekarang, tapi aku bakalan mastiin tetap update walaupun sesibuk apapun aku di real life, karena aku juga punya target buat kapan cerita ini selesai.

Sampai ketemu beberapa hari lagi!

𝗝𝗔𝗘𝗪𝗜𝗡 : 𝗦𝗨𝗚𝗔𝗥 𝗠𝗨𝗙𝗙𝗜𝗡'𝗦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang