"Bilang ke gue, siapa yang buat lo begini, Ri?!"
Airi Niskala Putri si Cantik yang tak pernah mendapatkan haknya di kalangan sosialita dikarenakan statusnya yang tak lain adalah anak dari seorang pelayan, terlebih lagi pelayan keluarga Alvaro yang sudah terkenal dikalangan sekolah SMA bergengsi yang mereka tempati.
Pembullyan tidak dapat ia hindari.
"Gue jatoh tadi elahhh. Tau sendiri gue orangnya kek gimana?" Sanggah Airi lalu menjauhkan kedua tangan Rama dari wajahnya, lalu tersenyum semanis mungkin.
Mereka pun akhirnya berdiri, kedua mata Rama berkeliling, seolah mencari pelaku diantara kerumunan siswa yang tengah memerhatikan mereka di tengah lapangan. "Si Raya bukan? Babi emang itu cewek!" Kesalnya mengepalkan kedua tangan dengan rahangnya yang mulai mengeras, namun kesemuanya luruh saat Airi menggenggam tangannya kanannya paksa. "Udahlah lagian salah guenya sih heheheh," ujarnya yang langsung dapat pelototan dari Rama, "kocak lu! Mana ada lu yang salah bego!"
"Gue yang salah asli! Gue yang bandel nggak mau jauh-jauh dari ..., elu." Katanya begitu pelan di akhir kalimatnya. Pipinya yang merona pun kini ia sembunyikan dengan tertunduk ke bawah. Menatap sepatu usangnya, yang selalu saja terlihat tak pantas dengan sepatu milik Rama jika berdampingan. 'Gue emang nggak tau diri. Ya.'
Spechless
Rama pun berdehem untuk membuyarkan perasaan dag dig dugnya saat ini. "Ya lagian siapa juga sih yang mau jauh dari lo." Canggungnya. Lalu mengeratkan genggamannya, kemudian membawa Airi pergi dari kerumunan.
Sementara dibanyaknya siswa, si Pelaku yang sempat dicari tadi berdecih tak suka. Mata sipitnya jelas memancarkan betapa tidak sukanya ia melihat pujaan hatinya harus peduli dan perhatian terhadap gadis lain. "Liat ajah nanti. Rama bakalan ninggalin lo! Dasar nggak tau diri!" Gerutunya yang diangguki oleh beberapa teman segengnya.
***
"Btw, hari ini lo terapi Uap lagi, kan? Gue ikut, ya--"
"Nggak! Kalo lo ikut, yang ada lo nangis lagi kayak kemarin. Jadi lo nggak usah ikut, gue sendirian ajah!"
"Ya kocak siapa sih yang nggak bakalan nangis, liat lo lemes banget terus dimasker oksigen gitu. Beneran sakit tau liatnya--"
"Ya makanya, lo nggak usah ikut!--"
"Halahhh, pokoknya gue ikut, atau gue telpon Kak Panji supaya anterin lo ke Rumah Sakit--
"Dih! Apaan sih! Jangan ganggu abang gue. Dia sibuk kerja Anjing!" Bentak Rama dengan matanya yang melotot. Bukannya takut, Airi malah terkikik, "ya makanya, daripada repotin Kak Panji, mendingan repotin gue."
Perdebatan usai ketika bel istirahat selesai pun berbunyi.
"Yaudah gue masuk kelas dulu yaaa." Pamit Airi sambil melambai-lambaikan tangannya, sementara Rama hanya menganggukan kepalanya sembari ia pun berjalan ke kelasnya dengan tangan kirinya yang ia masukan ke dalam saku celananya. Image cool tercetak jelas di sana, saat ia berjalan banyak pasang mata menatap takjub padanya. Bahkan si Pelaku yang membuat Airi lebam itu pun terpaku akan keindahan Rama yang seperti tak ada duanya itu. "Rama emang ganteng banget, ya. Ihhh makin cinta deh gue." Tuturnya yang diangguki teman-teman segengnya yang juga memang pemuja Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah untuk pulang || JIN-LISA [END]
FanfikceBagi Rama, Airi adalah tempatnya untuk pulang. Begitu pun sebaliknya. Airi tahu segalanya tentang Rama, baginya Rama adalah kenyamanan tersendiri. Begitu pun sebaliknya. Kehidupan pelik yang mereka alami, mengatarkan mereka untuk saling ketergantung...