08. Naraya Amira

101 11 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raya mendengus tak suka, matanya sudah memanas karena emosinya yang meluap-luap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raya mendengus tak suka, matanya sudah memanas karena emosinya yang meluap-luap. Melihat kemesraan antara Airi dan Rama membuat mentalnya benar-benar sakit. Bunga-bunga yang tidak bersalah pun jadi korban amukan Raya. Semuanya tercabut. Hancur berkeping-keping, ulah tangan Raya yang sangat tidak sadar. Benar-benar menggambarkan hatinya saat ini seperti apa.

"Rama tuh goblok banget sih?! Jelas-jelas gue lebih cantik. Lebih anggun. Apalagi kita tuh setara! Kenapa dia lebih milih cewek miskin kayak dia sih?!" Sarkasnya yang lagi-lagi memotek bunga yang ada di hadapannya.

Iya. Raya bersembunyi di balik semak-semak taman sekolah. Dan usut punya usut, di tempat itu beredar rumor tempatnya angker, jadi meskipun bel istirahat berbunyi, tak banyak siswa yang berani pergi ke sini. Tapi tidak berlaku bagi Airi dan Rama. Bagi mereka taman angker itu dijadikan rumah-rumahan bagi mereka. Raya yang selalu kehilangan jejak Rama-nya, membuatnya menguntit Rama, kemana pun lelaki itu pergi. Dan dia malah ngeri sendiri, ternyata Rama pergi ke sini. Tapi ya rasanya takutnya malah termakan oleh kecemburuan.

Usut punya usut lagi, kalau Airi yang menyebarkan rumor tak berdasar itu. Iya, Airi hanya ingin menciptakan tempat damai bagi dirinya dan Rama. Dan Rama, benar-benar menyukai rumor yang Airi buat.

Rumah untuk pulang || JIN-LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang