Sudah sekitar 4 jam lebih mobil ambulance yang ditumpangi Mila dan Jihan melaju. Hari juga sudah mulai sore. Tak ada hal-hal aneh yang terjadi seperti yang dikatakan orang-orang. Sejauh ini aman, dan malah Pak Amin yang digosipkan adalah orang yang sangat aneh dan tertutup, ternyata asik di ajak bercanda.
"Oo, jadi bapak asalnya dari kampung yang akan kita tuju? Pantesan hapal banget jalan. Udah berapa lama pak merantau ke kota?" Tanya Mil penasaran. Ia yang awalnya pling canggung karena takut, sekarang malah paling akrab dengan pak Amin.
"Udah lama banget, Neng. Mungkin sebelum neng-neng lahir, saya udah merantau duluan ke kota." Jawab Pak Amin dengan ramah.
"Wow, berarti dah lama banget dong. Suhu nin suhu ...."
"Neng Mila bisa aj- Astaghfirullah!!!"
Ngikkk!
Ngikkkk!!!
"P-pak kenapa pak?" Tanya Mila yang langsung panik saat Pak Amin berusaha mengendalikan mobil ambulance yang tiba-tiba oleng.
"E-enggak tahu, Neng. Ke-kemudinya tiba-tiba susah digerakin." Jawab Pak Amin yang masih berusaha kuat mengendalikan setir.
Brak!!
"Astaghfirullah ya Allah!!" Pekik Jihan ketakutan saat mobil tiba-tiba berhenti kuat. Tapi untunglah mereka tidak menabrak pembatas jalan yang di sebelahnya ada jurang dalam.
"Huh, Alhamdulillah. Neng Mila, Neng Jihan, gak papa kan?" Tanya Pak Amin dengan wajah khawatir.
"Alhamdulillah, aman, Pak." Jawab Jihan seraya merapikan hijabnya yang sedikit berantakan.
"A-aduh, sakit ....."
"Mila!! Astaghfirullah kamu kenapa?" Jihan langsung menghampiri Mila yang merengkuh kesakitan memegang area perutnya.
"P-perut gue, Han. Habis di tubruk barang. S-sakit banget ...." Keluh Mila dengan suara pelannya.
Ceklek
"Ya Allah, Neng Mila." Pak Amin masuk ke bagian belakang ambulance untuk mengecek keadaan Mila.
"Aduhh, kayaknya kita perlu bawa neng Mila ke rumah sakit secepatnya, Neng Jihan. Takut ada pendarahan dalam di perut neng Mila." Jihan mengangguk setuju. Sedangkan Mila sudah setengah sadar.
"Ini semua salah saya. Maafin bapak, Neng." Pak Amin benar-benar merasa bersalah, harusnya ia lebih fokus lagi dalam menyetir.
"Udah Pak, gpp. Ini udah takdir Allah, bapak jangan terlalu merasa bersalah." Nasihat Jihan yang sebenarnya juga berusaha kuat melihat temannya yang kesakitan.
"Han ...." Panggil Mila dengan suaranya yang kian melemah.
"Iya, Mil. Gue di sini, lo butuh apa?" Tanya Jihan seraya menggenggam erat tangan Mila yang terbaring lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Sayangnya Gus
General FictionKehidupan Gus Ihzam sangatlah ketat dan penuh aturan agama yang selalu membatasinya. Hingga takdir mendatangkan seorang gadis kota yang super gila di dalam hidupnya. Merenggut hidup tenagnya dan menggantinya dengan kehidupan penuh kewaspadaan. Bagai...