Bab 10

366 22 0
                                    

Tok tok tok!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok!!!

"Assalamualaikum, Pak Kiyai, Bu Nyai!!"

"Assalamualaikum!!"

Tok tok tok!!

"Waalaikumussalam. Bentar, mang Ucup." Jawab Umi Iyas yang buru-buru membukakan pintu untuk tamunya. Di belakangnya juga ada sang suami yang mengikuti.

Pintu itu pun terbuka. "Waalaikumussalam. Ada apa, Mang? Masuk dudu atuh." Kata Kiyai Abdurrahman. Ia melihat Mang Ucup yang merupakan salah satu satpam di pesantrennya ini sedang tergesa-gesa seperti di kejar sesuatu.

"Tidak usah, Pak Kiyai, Bu Nyai. Mamang ke sini cuma mau menyampaikan amanah."

"Amanah? Dari siapa, Mang?" Tanya Pak Kiyai penasaran.

"Itu .... Di musholla, katanya sedang terjadi kericuhan Pak Kiyai." Jawab Mang Ucup sedikit heboh.

"Ya Allah, bukannya di sana sedang ada acara baksos, Mang? Kok bisa?" Tanya pak Kiyai yang mulai panik. Umi Iyas yang peka, ia segera mengambil kopiah dan sendal untuk sang suami.

"Mamang kurang tahu, Pak Kiyai. Bagusnya kalau kita segera ke sana saja untuk mengecek dan mengondusifkan keadaan." Usul Mang Ucup.

"Yasudah. Ayo, Mang. Kebetulan saya juga niat akan ke sana tadi." Ajak Kiyai Abdurrahman yang segera memakai sendal yang dipersiapkan sang istri.

"Abi, Umi juga ikut yah." Pinta Umi Iyas. Ia tiba-tiba khawatir dengan Mila. Untungnya sang suami mengiyakan.

Tapi baru saja mereka akan keluar rumah, seseorang dari belakang tiba-tiba datang mengehentikan langkah ketiganya.

"Umi, Abi, mau kemana? Loh ada Mang Ucup juga. Ada apa ini?" Tanya orang tersebut.

"Ini loh, Gus. Katanya ada kekacauan di musholla, tempat sunatan itu loh. Abi sama Umi mau ngecek ke sana dulu." Jelas Kiyai Abdurrahman.

"Astaghfirullah. Kalau begitu Ihzam juga ikut yah Abi. Ihzam takut kalau di sana terjadi apa-apa." Kata pria itu yang tak lain adakah Gus Ihzam.

"Yasudah. Ayok cepat-cepat kita ke sana." Ajak Kiyai Abdurrahman segera. Gus Ihzam mengunci pintu rumah terlebih dahulu. Barulah mereka berangkat ke musholla.

***

"Tidak!! Pokoknya saya mau anak saya di sunnat oleh dokter yang ada di dalam sana. Tidak mau yang lain!!"

"Saya juga!!"

"Anak saya juga!!"

"Kami tidak mau anak kami kesakitan seperti saat di tangani oleh dokter yang lain."

"Benar-benar!! Kami tidak mau!!"

Riuh para orang tua meminta agar anak mereka di sunnat oleh Mila. Padahal koas-koas dan dokter-dokter yang lain sedang kosong semua, tak punya pasien. Hanya Mila yang masih memiliki pasien di dalam meja pemeriksaannya yang dibatasi oleh tirai putih.

Dokter Sayangnya Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang