Bab 11

415 22 1
                                    

Prok prok prok!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prok prok prok!!!

Semua orang memberikan tepuk tangan yang meriah kepada Mila. Mereka dibuat terkagum-kagum dengan kelihaian gadis itu dalam mengambil hati anak kecil. Bahkan bisa membuat mereka menjadi penurut dalam sekejap.

"L-loh. Kok pada ngumpul di sini sih?" Tanyanya heran. Ia pikir keriuhan yang sedari tadi di dengannya itu bukan dari depan tempat operasinya. Ternyata ia salah.

"U-umi ...." Mila menghampiri Umi Iyas dan berlindung di belakangnya karena malu terus di tatap oleh orang-orang.

"M-Mila takut Umi. Mila buat kesalahan yah?" Tanyanya takut-takut.

Umi Iyas mengusap kepala Mila dengan sayang. "Tidak, Nak. Para warga malah sedang mengapresiasi kamu sebagai dokter yang baik dan tentunya keren banget. Dari tadi Umi liat loh gimana nak Mila memperlakukan anak-anak dengan sangat baik."

"Beberan, Umi?" Tanyanya dengan mata berbinar-binar lucu. Mila menatap semua orang dengan sangat menggemaskan.

"Benar, Bu dokter. Saya juga mau anak saya di sunnat sama dokter."

"Anak saya dulu, Bu! Saya dari tadi udah antri ini!"

"Saya yang datang duluan, Pak!! Anak Saya dulu!"

"Tidak anak saya dulu!!"

"Anak saya, Pak!!"

"Anak kami, Bu dokter!!"

"Anak saya!!"

Suasana yang tadinya hening terkendali, sekarang malah jadi riuh kembali. Ekspresi Mila sudah tidak bisa dikontrol lagi. Dikelilingi oleh bapak-bapak dan ibu-ibu yang saling dorong-mendorong membuat dia sedikit pusing.

"Stooooppp!!!" Teriaknya menggelar.

"Bapak-bapak, ibu-ibu harap tenang!! Saya sendiri kok situ rame-rame, kan gak adil!!" Ucap Mila dengan dada yang nik turun.

"Lagian nih yah, bukan karena saya yang sunnat trus anak-anak bapak-bapak dan ibu-ibu gak kesakitan. Tapi itu dari dorongan diri mereka sendiri yang kuat. Tanya keada semua pasien saya tadi, mereka merasa kesakitan apa tidak. Saya jamin mereka bilang rasanya sakit saat di suntik, tapi dengan dorongan kecil dari saya dan orang tua mereka lah sehingga mereka memperkuat diri dengan cara tertawa dan lain sebagainya. Itu bukan karena saya lihai atau semacamnya bapak-bapak, ibu-ibu." Jelas Mila mencurahkan isi hatinya.

"Jadi tolong, bukan seperti ini caranya. Kami semuanya sama dalam memberikan penanganan, pengalaman saya, pengalaman mereka juga, karena kami sejawat. Kami saja tidak membeda-bedakan anak kalian, tapi kenapa kalian membeda-bedakan kami sebagai pemberi pelayanan?"

"Anak-anak bapak ibu hanya butuh sedikit dorongan. Jangan buat mereka takut dengan membicarakan rasa sakit, alihkan perhatian mereka dengan hal-hal yang anak-anak kalian sukai. Itu saja yang mau saya sampaikan. Pasien saya selanjutnya!!"

Dokter Sayangnya Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang