"Gimana, Ras? Udah ada kabar belom dari Pak Amin?" Tanya Liam yang sedari tadi mondar-mandir karena khawatir. Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Mila dan Jihan, sudah pasti ia dalam bahaya.
"Belum, Lim. Mereka bertiga belum ada yang aktif dari tadi." Jawab Laras, selaku wakil dari Liam yang merupakan ketua rombongan.
"Akhhh!!!" Liam mengacak-acak rambutnya frustasi. Hari sudah malam, harusnya mereka sudah sampai 3 jam lebih awal dari jam sekarang.
Pip pip
Suara klakson mobil mengalihkan pemikiran keduanya. Mereka melihat mobil asing yang memasuki kam penginapan. Liam dan Laras sama-sama mengerutkan kening. Mobil siapa itu? Batin keduanya.
"Good night all!!!" Teriak seseorang yang pertama kali turun dari dalam mobil.
"Mila ....!!" Kaget Laras, tapi Liam ekspresinya sangat datar. Tak lama semua penghuni mobil turun, dan keduanya melihat ada orang asing di antar mereka.
"Assalamualaikum." Salam Ihzam.
"W-waalaikumussalam." Jawab Laras. Ia terkagum-kagum dengan pria tampan yang ada di depannya.
"Ya ampun tampannya ...." Gumam Laras yang membuat seseorang langsung mengarahkan api permusuhan padanya.
"Apa lu lihat-lihat!! Calon suami gue ini. Jadi cewek jangan keganjenan!!" Sarkas Mila cemburu. Detik selanjutnya, Laras langsung menatap tajam ke arah Mila.
"Apa maksud kamu? Siapa yang calon suami kamu?" Tanya Ihzam tak terima.
"Kamu lah, Mas. Siapa lagi coba." Kata Mila yang langsung merubah mimiknya menjadi lebih kalem dan imut.
"Tidak!!" Bantah Ihzam keras. Senyum Mila langsung redup setelahnya.
"Pfftttt. Makanya jadi cewek jangan kepedean!!!" Balas Laras mengejek. Wajah Mila memerah marah mendengar perkataannya.
"Liat aja, gue jamin ucapan gue tadi bakal jadi kenyataan suatu saat!!" tekan Mila dengan tatapan melotot songongnya.
"Cih!!" Decih Laras benar-benar tak yakin. Sedangkan Ihzam sudah tak betah, ia ingin segera pamit segera.
"Pak Am-"
"Pak Amin dari mana aja jam segini baru nyampe?" Tanya Liam mendahului Ihzam. Pria itupun mengalah.
"Ini, Mas Liam. Ambulance bapak tadi mogok, bannya bocor. Trus ini Gus Ihzam kebetulan lewat dan nawarin bantuan sama bapak. Maaf yah, Mas Liam." Jelas Pak Amin bersalah.
"Oh gitu, Pak. Lu berdua, cepetan masuk sono, temen-temen yang lain pada mau masuk kamar, tapi gak jadi-jadi karena nungguin lo berdua dari tadi." Sarkas Liam tanpa basa-basi.
"Iye-iye!! Gak sabaran banget jadi orang ...." Sinis Mila tapi tak ditanggapi oleh Liam.
"Ganteng, bukain bagasinya dong. Calon istrimu ini pengen ngambil barang-barangnya hehe." Pinta Mila. Ihzan tanpa balasan langsung berbuat saja. Ia membuka pintu bagasi lalu segera memasuki mobilnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Sayangnya Gus
General FictionKehidupan Gus Ihzam sangatlah ketat dan penuh aturan agama yang selalu membatasinya. Hingga takdir mendatangkan seorang gadis kota yang super gila di dalam hidupnya. Merenggut hidup tenagnya dan menggantinya dengan kehidupan penuh kewaspadaan. Bagai...