PROLOG

975 252 176
                                    

brak! tumpukan buku usang terjatuh dari lemari, saat Bitna sedang mencari paspor miliknya.

"hadeh pake jatoh segala! nambah-nambahin kerjaan aja," umpat Bitna dengan kesal sembari mengembalikan buku itu ketempat asalnya. Namun ada satu buku yang menarik perhatiannya.

Buku diary berwarna ungu yang warnanya sudah kusam karena berdebu dengan label di depannya bertuliskan "Diary Depresi Bitna". Ia mencoba mengingat tentang buku itu.

"Ini diary punya aku? Tapi kapan ya aku punya diary ini?" Dengan sekuat tenaga Bitna mencoba mengingatnya, lalu dia teringat sesuatu yang berkaitan dengan masa lalunya yang kelam saat masih bersekolah.

"h-hah? bu-buku ini?" Bitna menangis dengan tersendu-sendu sambil memeluk buku diary itu. Ia terlihat begitu rapuh, Bitna tak mampu menopang tubuhnya hingga akhirnya dia terkulai lemas di lantai.

"M-maaf Bitna, ma-maaf kan a-aku. Maaf dahulu a-aku terlalu lemah ti-tidak bisa mem-membela di-diriku sendiri," ucap Bitna dengan terbata-bata, cairan bening membasahi pipinya dan menetes mengenai kertas di buku itu.

Seperti mendapatkan transferan energi, Bitna menghapus air matanya dan bertekad bulat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia akan kembali bersinar. "Aku tidak boleh terpuruk seperti ini! Ini kesempatan emas, saatnya aku bangkit! Akan ku kembalikan cahaya ku yang telah redup! Bersinarlah Bitna Arunika!"

Bitna ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang