BAB 18 - Obsesi Arvian

299 185 261
                                    

"Cantik juga dia," gumamnya sembari memperhatikan Bitna yang ada di sampingnya.

Arvi mulai menggoda Bitna. Mula-mula Bitna tidak menggubris Arvi. Tetapi Arvi makin menjadi-jadi, dengan tidak sopan Arvi mencolek-colek Bitna. Dan ketika Miss Riska sedang lengah Arvi dengan berani merangkul Bitna.

"Na jadian yuk, gue suka sama lu. Please kita jadian, ya?" tangan nakalnya mulai merangkul bahu Bitna membuat gadis itu risih.

Sial, Arvi jatuh cinta pada seorang Bitna Arunika yang notabenenya adalah gadis yang suka ia bully, bahkan tak segan-segan Arvi pernah bermain tangan pada Bitna. Gadis itu juga yang menjadi musuhnya Tari, kekasihnya Arvi saat ini.

"Arvi lepas, aku ga mau pacaran sama kamu!" tegas Bitna sambil mencoba melepaskan tangan Arvi.

Tetapi Arvi tidak berhenti sampai situ saja, ia bahkan berbuat lebih gila lagi. Arvi menyodorkan bibirnya ke arah bibir Bitna, seolah-olah ia ingin menciumnya. Dengan cepat tanggap Bitna segera menonjok muka Arvi sebelum sang pelaku melumat bibirnya.

"ARVI GA SOPAN KAMU! DASAR MESUM!" kata Bitna sambil memukul-mukul tubuh Arvi dengan buku tulisnya. Sontak teriakan Bitna membuat seluruh orang yang ada di ruang itu menoleh ke arahnya.

"Ada apa ini?" Tanya Miss Riska.

"Tadi Arvi ga sopan, pegang-pegang tangan aku Miss, terus dia mau cium bibir aku," kata Bitna dengan emosi yang menggebu-gebu.

Miss Riska melemparkan pandangannya ke arah Arvi yang sedang memegang pipinya. Terlihat bekas tamparan yang memerah di pipinya.

"ARVIAN! CEPAT KELUAR DARI TEMPAT INI!" Tegas Miss Riska sambil meyeret Arvi keluar.

"Saya tidak mau mengajari anak yang tidak sopan! Panggil orang tua kamu besok!" Miss Riska meninggalkan Arvi.

"Bagaimanapun caranya, Bitna harus menjadi milik gue!"

________________

"Pokoknya gue mau putus dari lo!" ketusnya. Si ketua basis itu sengaja memutuskan Tari karena ia ingin segera menjadikan Bitna pacarnya.

"A-apa? Putus?" Matanya mulai bercucuran air mata. Ia tak sanggup mendengar perkataan itu. "Jangan putus, aku mohon," Tari memohon hingga bersujud-sujud di kaki sang kekasihnya.

"Lepasin gue! Gue ga mau dipegang lo!" Dengan tega Arvi menendang Tari hingga gadis itu tersungkur ke tanah.

"Kamu kenapa putusin aku?"

"Bitna lebih cantik dari lo, dia lebih menarik! Gue mau pacaran sama dia aja," jawab Arvi dengan jujur.

Tari yang mendengar bahwa Bitna adalah orang yang membuat hubungannya hancur, ia langsung naik pitam. Tari menampar dan menonjok wajah Arvi berkali-kali hingga membuat bibir pria itu berdarah.

"LAKI-LAKI BRENGSEK!"

Lalu Tari meninggalkan Arvi yang sedang kesakitan itu. Ia berlari sekencang-kencangnya menjauhi tempat itu. Tak peduli jika nanti ia akan terjatuh atau tertabrak oleh kendaraan.

Ia mengambil ponselnya yang ada di tasnya dan mulai menelpon Sasya dan Mita. "Halo? Malem ini lo temenin gue clubing," ajaknya lalu memutus panggilan telpon.

Club malam dan minuman keras adalah pelampiasannya ketika ia sedang merasakan dunianya sedang tidak baik-baik saja. Contohnya saat seperti ini, saat ia sedang putus cinta. Tari akan melampiaskannya dengan mabuk-mabukan sampai pagi.

Bitna ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang