BAB 1 - Kehangatan

359 257 134
                                    

tok tok tok!
Ada orang yang mengetuk pintu kamarnya. Bitna langsung menghapus air matanya agar tidak terlihat dirinya habis menangis. Bitna yang sekarang tidak mau terlihat lemah dan cemen di hadapan siapapun, walaupun itu keluarganya sendiri.

Lalu Bitna beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu. "Eh bunda? Kenapa bun?"

"Ngapain aja si kak? Di panggil kok ga denger? Di bawah ada temen kamu tuh" umpat bunda Ratna sambil menarik napas. Untung saja Bunda adalah orang yang sabar.

Belum sempat Bitna menjawab, bunda Ratna sudah menyadari ada yang berbeda dari anak gadisnya. "Kamu habis nangis ya? Itu juga buku apa?" Tanya Bunda Ratna dengan khawatir terhadap kondisi anak gadisnya itu.

Sayangnya Bitna baru menyadari satu hal, ia belum menyembunyikan diary itu sebelum membuka pintu. Bitna masih menggenggam diary itu di tangannya.
Bunda Ratna mengambil buku itu dan tersenyum setelah melihat label "Diary Depresi Bitna".

"Sudah jangan sedih, kejadian nya sudah 6 tahun yang lalu. Kamu anak bunda yang hati dan mental nya sekuat baja, sini sayang bunda peluk." Bitna merasakan pelukan hangat dari bunda Ratna, pelukan yang selalu ada saat suka & duka.

Bunda Ratna memang sudah tau tentang masa lalu Bitna. Tentang diary usang itupun bunda Ratna juga sudah tau. Sebab diri nya lah tempat curhat dan support system nya Bitna saat anak gadisnya selalu di remehkan oleh lingkungan di sekitarnya.

"Terima kasih Bunda" hanya kalimat "terima kasih" yang dapat Bitna ucapkan. Ia tak mampu berkata-kata untuk kebaikan & pengorbanan Bunda nya yang sudah di keluarkan untuk diri nya.

"Ya sudah jangan bersedih terus ya, di bawah ada Hanna sama Desya lagi nungguin kamu"
"Sejak kapan mereka di sini?"
"Sudah dari tadi lho, Bunda panggilin tapi kamu ga nyaut-nyaut"
"hehehe maaf bun, aku ke bawah dulu ya bun"

_______________

Di ruang tamu ia melihat 2 sahabatnya sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel. Hanna dan Desya adalah teman dekat nya Bitna. 4 tahun yang lalu mereka bertemu secara virtual lalu lama-lama mereka bertiga akrab.

Mereka juga membuat nama panggilan untuk diri mereka sendiri yaitu Anna, Eca, dan Ina. Panggilan yang hanya digunakan ketika mereka sedang bersama.

Bahkan mereka sering kali pergi untuk quality time. Karena mereka bertiga ternyata satu kota. Kehadiran Hanna dan Desya membuat hidup Bitna menjadi tidak monoton dan lebih berwarna. Tiap hari ada aja tingkah konyol mereka yang membuat Bitna selalu tertawa.

"Gue kira mati di telen megalodon lo" ucap Hanna saat menyadari ada Bitna. Hanna memang suka ceplas-ceplos saat berbicara, gadis itu sedikit tomboy dan bar-bar. Padahal kalau di lihat dari muka, muka Hanna terlihat seperti cewek feminim.

"Inaaa huaa!! Besok lo udh balik lagi ye, titip jodoh ye na" Desya langsung memeluk Bitna dan merengek layak nya anak kecil. Berbeda dengan Hanna, Desya adalah gadis yang feminim dan manja meskipun begitu dia memiliki otak yang sangat random.

"Orang mah nanyain dulu kek kabar gue, temen luknut lo pada" Bitna memamyunkan bibirnya dan memutar bola mata malas bak orang yang sedang ngambek.

"Gimana kabarnya tuan putri?" Ucap Desya si gadis feminim sambil memijat² tangan sahabat nya. Bitna terkekeh melihat aksi Desya yang di luar nurul.

"Baik, terimakasih" ucap Bitna sambil tersenyum ke arah Desya. Sedetik kemudian ia memukul bahu sahabat nya sambil tertawa "Ca apaan sih lo? Kocak beud dah".

"Tuan putri saya ada oleh-oleh untuk tuan putri"
Kini Hanna ikut-ikutan Desya memanggil Bitna "Tuan Putri". Hanna menyodorkan kotak kado berwarna pink dengan pita di atas nya yang berwarna merah.

Bitna ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang