BAB 12 - Sekolah Lagi

319 212 258
                                    

Matahari bersinar di langit Jakarta. Matahari memberikan kehangatan untuk semua insan di bumi. Orang-orang sudah mulai melakukan aktivitasnya masing-masing. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, semuanya semangat untuk memulai hari di pagi yang cerah ini.

Kini Bitna sudah sembuh, luka-luka yang kemarin sudah mulai berangsur-angsur membaik. Bitna di perbolehkan pulang oleh dokter. Dan sekarang gadis itu sedang bersiap-siap ingin sekolah.

Setelah selesai bersiap-siap, Bitna keluar kamar dan turun ke bawah menuju meja makan untuk sarapan bersama keluarga kecilnya. Di bawah sudah ada bunda, ayah, dan Diego.

"Kakak sudah selesai siap-siapnya, sarapan dulu ya," kata bunda Ratna yang lagi mengoleskan selai cokelat ke roti. Dua potong roti coklat dan segelas susu stoberi tersajikan, Bitna menyantap roti dan susu sampai habis.

Setelah selesai sarapan Bitna, Diego, dan ayah pamit ke bunda, tak lupa juga Bitna dan Diego mencium tangan bunda sebelum berangkat.

"Aku sama Diego sekolah dulu bun, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya."

Mobil ayah Rizky pergi meninggalkan rumah dan menuju ke jalan raya arah sekolah Bitna dan Diego. Untungnya Bitna berangkat lebih awal jadi jalanan tidak terlalu macet.

Setelah sampai di gerbang sekolah, Bitna mencium tangan ayahnya dan turun dari mobil. Tak lupa juga ia berpamitan pada si usil Diego.

"Gue duluan cil."

"Yoi, dadah Rendi," sontak hal itu membuat Bitna dan ayah menatap ke arah Diego. Diego yang ditatap hanya bisa nyengir kuda.

Bitna segera keluar dari mobil dan masuk ke sekolah. Rasanya Bitna cukup lega hari ini, karena Tari dan teman-temannya tidak masuk sekolah akibat ulahnya kemarin. Walaupun besok mereka sudah bisa masuk tetapi setidaknya ada satu hari di mana Bitna bisa sekolah dengan tenang.

"Eh itu Bitna ga sih? Yang di labrak sama Tari?"

"Iya kan itu dia yang kemarin orang tuanya dateng ke sekolah."

"Ih Tari jahat banget ya sama anak orang."

"Tari mah emang begitu, sukanya ngebully orang."

Bitna berjalan di koridor, terdengar suara murid-murid yang sedang bergosip miring tentang Tari. Bitna merasa lega karena banyak orang yang sudah tahu tentang kejelekan Tari dan teman-temannya. Suatu saat nanti Bitna akan menunjukkan video Tari di perpustakaan. Bitna akan menyusun rencana balas dendamnya dari sekarang.

Sesampainya di kelas, banyak teman sekelasnya yang mengerubungi Bitna dan menanyakan tentang kejadian kemarin.

"Lo bener disekap Tari di gudang sekolah?" Tanya teman sekelasnya. Bitna mengangguk.

"Lo di apain aja sama mereka?" Tanya salah satu dari mereka.

"Gue di sekap, tangan gue di siram air panas makanya gue harus di perban," jawab Bitna sambil menunjukkan kedua tangannya yang masih diperban.

"Awalnya gimana sih? Kok bisa separah ini?"

"Ya karena di kelas kemarin, yang gue ngeledek dia tapi dia ga seneng."

"Parah ya si Tari, kenapa ga di keluarin aja sih tuh anak?"

"Iya kan, banyak loh yang udah jadi korban karena dia."

"Dia ga di keluarin karena kan orang tuanya royal ke guru, apalagi sekarang jadi anak emasnya bu Nunung."

Mendadak sekelas ikut bergosip juga tentang Tari. Berita penyekapan kemarin sudah mulai tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Kini Tari menjadi bahan perbincangan hangat oleh murid maupun guru di sekolah.

Bitna ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang