BAB 5 - Aku, Kamu, dan Angkringan

275 200 125
                                    

Langit semakin gelap perlahan-lahan gerimis pun sudah mulai turun. Gemuruh pun terdengar saling bersahut-sahutan.

"5 menit lagi deres nih" Rendi.

"Mau neduh dulu ren?" Tanya Bitna.

"Iyalah, nanti kita kebasahan"

Rendi memberhentikan motornya tepat di sebelah tenda angkringan. "Lo laper? Makan dulu ya," Rendi lagi-lagi menawarkan kebaikannya untuk Bitna.

"Ngga laper," tolak Bitna, sebenarnya ia sangat lapar tapi uangnya sudah habis. "Tadi gue denger perut lo keroncongan di jalan, tenang gue yang bayarin," ucap Rendi sambil berjalan ke arah tenda angkringan.

Rasanya Bitna malu sekali mendengar ucapan Rendi, dia merasa sudah jelek duluan namanya di depan mata laki-laki. Tapi dia sangat berterimakasih pada Rendi karena mau mengantarkan pulang dan membayarkannya makan.

Rendi mengambil beberapa gorengan seperti tempe goreng, tahu isi, dan bermacam-macam sate. "Pak teh tawar anget satu," Rendi memesan minuman. "Lo mau apa?" Tanya Rendi. "Teh manis anget satu," Bitna ikut memesan.

"Siap di tunggu mas, mbak." ucap bapak penjual angkringan sambil mempersilahkan mereka duduk. Dan benar saja hujan turun dengan deras saat mereka baru duduk.

"Lo ngapa si ngelamun mulu?" Tanya Rendi dengan muka bingung.

"Gue kesambet!" jawab Bitna asal.

"Idih ngeri, kunti kesambet kunti," Rendi bergidik ngeri.

"Serius lu kenapa?" Tanya Rendi sekali lagi tapi Bitna tidak menjawab, Bitna hanya melamun sedari tadi. "Woy kunti lo ngapa?" Rendi bertanya sambil menepuk bahu Bitna, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Gue udah anggep lo sebagai sahabat, jangan lo pendem apa-apa sendiri. Walaupun gue budek, gue bakal pasang alat bantu dengar kalo lu mau cerita." Rendi membujuk Bitna dengan cara yang kocak agar gadis itu mau bercerita dan tertawa.

"Lu aja budek gimana gue mau cerita?" Benar saja cara kocak Rendi terbukti ampuh, gadis itu tertawa sambil memukul-mukul bahu Rendi dengan sangat kencang.

"Nih gue kasih buat lo, lo bebas ungkapin masalah lo sebrutal apapun" ujar Rendi sambil memberikan buku diary berwarna ungu yang terlihat masih baru dan belum terbuka dari plastik bungkusannya.

"Makasih Ren atas perhatiannya" Bitna menerima buku itu dan tersenyum manis ke arah Rendi. Sial, Rendi jatuh cinta berkali-kali pada pemilik senyuman itu. "Iya sama-sama, kita kan sahabat".

"Sayangnya, gue menganggap lo lebih dari itu. Meskipun orang bilang fisik lo jauh dari kata cantik, tapi menurut gue lo cantik dengan kebaikan dan kemuliaan hati lo." Rendi membatin dan ia menjadi salah tingkah sendiri.

Sementara itu, "Mas, mbak? Ngobrol nya udah selesai? Pesanannya udah jadi" ucap Bapak penjual angkringan yang menjadi nyamuk di antara mereka.

"Maaf pak sudah menunggu lama" Rendi terkekeh.

"Terimakasih pak" Bitna mengambil pesanan milik nya dan pesanan milik Rendi.

Bitna makan sangat lahap sekali karena kelaparaan, "Buset dah lu makan kaga napas?" Rendi yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"Serem dong kalo kaga napas," Bitna menimpali lelucon Rendi.

Setelah selesai makan Rendi segera membayar makanan ke bapak penjual angkringan. Bertepatan dengan itu juga Hujan sudah berhenti jadi mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka.

Saat hendak menaiki motor, Rendi mengambil sapu tangan miliknya lalu ia membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sekitar area mulut Bitna.

"Lo lucu ya kalo makan nya belepotan," Rendi meledek Bitna.

"Rendi apaan sii, kesel ahh," Bitna membalas dengan memukul-mukul Rendi.

"Santai dong bos" Rendi terkekeh. "Kalo ngambek lebih lucu lagi."

"Astaghfirullah!! RENDI INI UDAH TERLALU MALAM" Bitna berteriak mengingat bahwa ini sudah melewati batas waktu pulangnya. "Aduh gawat ini. Ren cepetan agak ngebut ya" Bitna menepuk-nepuk bahu Rendi supaya lelaki itu ngebut.

"Lo pegangan gue," Perintah Rendi, Bitna pun langsung memeluk tubuh Rendi dari belakang. Rendi membawa motornya dengan sat-set-sat-set seperti di adegan film Fast And The Furious.

Hingga sampailah motor Rendi di depan gerbang komplek perumahan Bitna. Bitna tergesa-gesa langsung masuk ke dalam komplek dan meninggalkan Rendi di depan begitu saja. Bitna lupa, bahwa ia masih mengenakan jaket milik Rendi.

Rendi masih stand by di motornya, mengawasi Bitna dari belakang "Malam ini gue bahagia banget bisa makan berdua sama lo, kapan lagi ya kan gue bisa berduaan sama lo," Rendi membatin. Setelah Rendi memastikan Bitna memasuki halaman rumahnya baru Rendi pergi.

Bitna masuk ke dalam rumahnya, ia membuka pagar dan membuka pintu perlahan supaya tidak terdengar oleh penghuni rumah. Bitna takut ketahuan ayahnya, bisa-bisa ia di marahi kalau ketahuan.

Tiba-tiba "Dari mana aja kamu?"

- Bersambung -

Rendi Graviel Bratajaya as Rendi

Hallo author up lagi nih! Seru ga guys? Refreshing sejenak biar ga tegang-tegang banget hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hallo author up lagi nih! Seru ga guys? Refreshing sejenak biar ga tegang-tegang banget hehehe...

Mau bilang apa nih untuk Rendi? Wkwkwk

Jangan lupa follow, vote, dan komen biar aku makin semangat buat update dan kalian ga ketinggalan sama lanjutan ceritanya :)

Terimakashii....

Bitna ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang