Chapter 9

8 3 0
                                    

Bintang menuruni anak tangga menuju ruang makan, dilihatnya Zara Ibunda Bintang yang tengah menyusun makanan di atas meja.

"Pagi Bunda" Sapa Bintang seraya memeluk Zara.

Zara tersenyum ia lalu mengusap tangan putra semata wayangnya itu.
"Pagi sayang"

Bintang meraih roti sandwich dan segera duduk di meja makan.

Zara tersenyum sambil menuangkan susu ke dalam gelas.

"Ayah udah berangkat Bun?"

"Hmm, ayah mu sudah berangkat dari pagi dia sangat sibuk di kantor" Jawab Zara lalu duduk di depan Bintang.

Bintang mengangguk, lalu meminum susunya.

"Shinta gak datang ke rumah kita udah lama, kamu gak lagi ada masalah kan sama dia?!" Tanya Zara.

Bintang menggelengkan kepalanya cepat.

"Gak kok Bun, cuma akhir-akhir ini aku juga sibuk ngurusin Mulan, jadi belum ada kesempatan ajak Shinta main kesini."

"Oh iya Bunda juga udah lama gak ketemu sama Mulan ajakin juga sekalian kesini"

"Kalau ada waktu Bintang pasti ajakin mereka kesini"

Bunda Zara tersenyum ia kembali melanjutkan acara makannya kembali.

"Bintang pamit dulu ya Bun, mau jemput Shinta" Bintang meraih punggung tangan Bundanya lalu mengecupnya singkat.

"Assalamualaikum" Pamitnya lantas beranjak pergi dari ruang makan.

"Walaikumsalam, hati-hati di jalan jangan ngebut bawa mobilnya pelan-pelan aja" ucap Zara mewanti-wanti.

"Iya Bunda ku sayang, Bintang pergi sekarang" Bintang menutup pintu rumahnya lantas pergi ke mobilnya dan mengendarainya keluar dari pekarangan rumahnya menuju rumah Shinta.

🌠🌠🌠🌠

Shinta tersenyum senang saat melihat mobil Bintang kini berhenti di halaman rumahnya, ia bahagia karena Bintang menepati janjinya pada Shinta.

Pagi tadi Shinta sengaja bangun lebih pagi untuk menunggu Bintang menjemputnya.

"Pagi cantik" Sapa Bintang yang baru saja turun dari mobilnya.

"Hmm, pagi Bintang yang ngeselin" jawab Shinta.

Bintang cemberut, ia mengacak gemas rambut Shinta.

Shinta menepis tangan Bintang cepat lalu menatapnya dengan kesal. "Bintang"

Bintang terkekeh mendengar gadisnya itu memanggil namanya dengan raut wajahnya kesalnya, yang terlihat menggemaskan.

"Lucunya pacar siapa sih ini" Goda Bintang.

"Pacar lo lah, pacar siapa lagi" Ketus Shinta.

"Iya-iya cantik, Shinta pacar Bintang yang menggemaskan ayok berangkat sekarang nanti kita telat lagi" Ajak Bintang seraya meraih lengan Shinta menuju mobil Bintang.

Shinta kini duduk anteng di mobil Bintang, sambil menatap jalanan yang sudah cukup ramai.

Shinta mengeluarkan sekotak bekal dari tasnya lalu menyerahkan nya pada Bintang.

"Nih buat kamu"

Bintang tersenyum menerima kotak bekal tersebut dengan senang.

"Wah keliatan enak, makasih kesayangan Bintang" Bintang menepuk kepala Shinta pelan.

"Hmm, iya itu isinya nasi goreng seafood kesukaan kamu wajib di makan kalau gak aku ngambek seminggu"

Bintang menoleh sekilas bibirnya kini menyunggingkan senyum.

"Iya sayang, pasti aku makan" Bintang kini menggenggam tangan mungil Shinta.

Shinta ikut tersenyum ia menoleh ke arah Bintang.

"Bintang fokus nyetirnya, jangan sampe nabrak" Titah Shinta.

Bintang kembali tersenyum sambil melepas genggaman tangan gadisnya itu dia tau, Shinta mengatakan itu karena gadis itu malu.

Di lihat dari wajah gadis itu yang memerah seperti kepiting rebus.

15 menit kemudian mereka pun sampai di depan SMA Tunas Bangsa.

Bintang turun mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Shinta dengan cepat.

Shinta segera turun dan meraih tangan Bintang,dan mereka pun pergi ke arah kelas Shinta.

Bintang berhenti tepat di kelas Shinta, Bintang melepas tangan Shinta lalu menepuk kepala Shinta dengan lembut.

"Yang semangat belajarnya" ucap Bintang sambil mencubit gemas pipi Shinta.

Shinta mengangguk, ia melepaskan tangan Bintang dari pipinya.

"Kamu juga yang semangat, jangan ganjen sama cewe lain juga" titah Shinta pada Bintang.

Bintang mengangguk, ia lalu melangkah menuju kelasnya yang berada tepat di atas kelas Shinta.

"Aww... awww... aww.. Ada yang baru mesra-mesraan nih di depan kelas" Goda Putri pada Shinta.

Shinta menjulurkan lidahnya, dan duduk di bangkunya dengan tenang.

"Lo baikan sama Bintang?"

"Iya"

"Pantesan manis banget lo berdua kayak pasangan baru. "

"Biarin lah, iri bilang aja"

"Eh, siapa yang iri"

"Lo lah"

"Gak tuh, gak ada sejarahnya seorang Putri tuh mengiri"

"Yakin nih" Shinta mencolek bahu Putri menggoda temannya sedikit.

"Ya-yakin dong. "

Shinta menganggukan kepalanya.

"Put, si Ifana di mana tumbenan banget belum datang?" Tanya Shinta.

Putri mengedikan bahunya, "entah, tadi gue gak berangkat sama Ifana soalnya"

"Owh, gitu"

🌠🌠🌠🌠

"Stop" ucap Ifana.

Angkasa langsung mengerem mobilnya, dan menatap Ifana dengan dalam.

"Apa?, kenapa tatapan gitu banget!" ujar Ifana sambil melepaskan sealt beat nya.

Angkasa kini merentangkan kedua tangannya sambil menatap Ifana dengan puppy eyes menggemaskan nya.

"Kenapa?!"

"Mau peluk" ucap Angkasa sedikit manja.

Ifana menepis tangan Angkasa menatap nya sedikit tajam, tempat ini lumayan ramai bagaimana jika ada yang melihat mereka,kacau sudah.

"Jalanannya agak ramai Kasa, nanti di liat orang"

Angkasa menggelengkan kepalanya cepat. "Pokoknya peluk, lagian gak akan keliatan tembus pandang kok dari luar"

Ifana menghela napas sedikit berat, namun akhirnya Ifana tetap memeluk Bayi besarnya itu yang begitu manja padanya.

Angkasa tersenyum senang mengeratkan pelukannya dan mencium kepala Ifana berkali-kali.

"Udah-udah, gue mau turun" Ifana melepas pelukan Angkasa.

Angkasa menekuk wajahnya ketika Ifana melepaskan pelukan mereka.

"Ingat nanti belajar yang bener, gak usah genit sama cewek lain kalau berani genit sama cewek lain, gue sunat lagi lo" Cetus Ifana.

Angkasa bergidik ngeri mendengar ucapan Ifana, ia lalu menganggukkan kepalanya.

Angkasa menoel pipi Ifana. "Gak akan kan kamu satu-satunya di hati aku."

"Good, awas aja kalo sampe ketauan main cewek lain di belakang. Meskipun kita Backstreet inget lo punya gue Angkasa"

Angkasa mengangguk kembali. "Iya Angkasa punya Ifana dan sebaliknya"

Ifana mengacungkan jempolnya, mengacak sedikit rambut Angkasa gemas lalu segera turun dari mobil Angkasa yang jaraknya sedikit jauh dari sekolah supaya tidak ketauan bahwa mereka pergi bersama.


Ineffable (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang